10. Pelakunya Ternyata... [END]

3.5K 480 106
                                    

"Jangan.. Kumohon.."

Jeongin bisa melihat dengan matanya, Minho memohon di depan dua orang berpakaian hitam. Orang-orang yang sama ketika insiden kamar mandi di rumah mereka. Kedua orang itulah yang mencelakai Minho.

Minho memohon, berlutut di depan kedua orang tersebut. Memohon agar mereka menghentikan teror yang mereka lakukan terhadap Stray Kids. Yang lebih pendek tertawa, suaranya melengking.

"Menyenangkan bisa melihatmu memohon seperti ini di depanku, Minho. Tapi, maafkan aku,  aku tidak bisa berhenti, sebelum kalian benar-benar hancur. Dan kurasa yang perlu untuk dihabisi pertama kali adalah dirimu."

Orang itu mengeluarkan sebilah pisau dari dalam sakunya. Mata orang itu berkilat, sepertinya senang ketika mangsanya sudah ada di depannya. Hanya tinggal menunggu waktu untuk menerkam.

Seorang yang berdiri di belakangnya maju dan menurunkan tangan orang yang memegang pisau. Mata orang itu terlihat serius. Yang lebih pendek berdecak. "Kamu menggangu saja, ada apa?"

"Jangan melewati batasanmu, Park! Kamu sudah melukainya saat itu. Jangan kamu lukai dia lagi!" Yang lebih tinggi membentak. Tangannya mengambil pisau dari yang lebih pendek.

"Aku mengerti itu, dasar overprotective!"

Minho terlihat takut dan cemas, ia memegang tangan kosong orang yang pendek. Kemudian, lelaki itu menundukkan kepalanya. "Aku mohon pada kalian, jangan lakukan apapun pada teman-temanku. Lukai saja aku, bunuh saja aku, tapi jangan teman-temanku."

"Kamu tidak perlu memohon demi mereka, Minho. Mereka itu egois, mereka tidak pernah mengerti keadaanmu, karena merekalah orang bejat itu merenggut kehormatanmu."

Bagai disambar petir, Jeongin berdiri membatu di tempat persembunyiannya. Ia tidak sebodoh itu untuk tidak mengerti maksud orang yang lebih tinggi. Kehormatan Minho telah direnggut. Minho telah dinodai, dan itu karena mereka. Karena Stray Kids.

Air mata Jeongin mengalir begitu saja. Membasahi pipi putihnya. Ia masih tidak mempercayai pendengarannya, ditambah ia mendengar Minho yang terisak di depan sana. Jeongin merasa semakin bersalah.

"Itu bukan kesalahan mereka," ucap Minho dengan menggelengkan kepala. "Mereka tidak bersalah, itu semua kesalahanku."

"Tapi, mereka adalah alasan orang itu melakukannya padamu. Kamu diancam olehnya, jika tidak dapat memuaskannya, maka orang itu akan memastikan karir teman-temanmu itu hancur. Aku benar kan, Minho?"

Sekali lagi Jeongin merasa tidak mempercayai telinganya. Kenapa semua menjadi begini? Kenapa Minho menyembunyikan hal sebesar ini? Sudah cukup! Jeongin tidak tahan lagi.

Lelaki itu keluar dari persembunyiannya dan berlari menghampiri Minho. "Hyung!"

Minho menoleh dan terkejut melihat Jeongin berada di sana. Ia berdiri dan langsung mendapat pelukan mendadak dari Jeongin. Jeongin memeluk Minho sangat erat. Lelaki itu menangis, terisak di dada Minho.

"Kenapa..? Kenapa hyung tidak pernah cerita? Kenapa hyung memendamnya sendiri? Kenapa hyung mengorbankan kehormatanmu demi kami? Bodoh...hyung bodoh!" isak Jeongin.

Minho terpekur di tempat, air matanya kembali mengalir begitu saja. Membasahi pipinya yang sudah agak memerah. Kedua orang berpakaian hitam itu saling pandang. Kemudian yang lebih pendek berjalan maju mendekati keduanya.

"Lihatlah, mangsa kita datang sendiri kemari. Apa dia yang sebaiknya kita habisi pertama kali?" tanya orang itu kepada rekannya. Matanya berkilat.

Minho yang mendengar ucapan tersebut segera bergerak cepat. Ia bergerak menyembunyikan Jeongin di balik badannya. Minho menatap keduanya dengan tatapan tajam. "Jangan sentuh Jeongin!"

𝕷𝗶𝗳𝗲 𝗼𝗿 𝕯𝗲𝗮𝗱 ❪ 𖥻𝒔𝒌𝒛 ❫ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang