5.

1.4K 108 22
                                    

Happy reading

Entah kenapa perasaan ku tidak enak setelah mendengar permintaan Alif tadi.

"Alif hanya ingin ayah dan bunda akur, gak berantem lagi."

Kata-kata itu terus terngiang dikepala ku, aku bertanya-tanya sudah sejauh Mana Alif sering melihat pertengkaran orang tuanya.

Saat ini aku sedang berdiri di balkon kamarku diatas lantai 3, sedangkan Alif sudah tertidur lagi.

Entah apa yang membuat dia selalu mengantuk, jam menunjukkan pukul 12:30.

Aku melihat dari atas balkon kamarku masuk sebuah mobil ke halaman rumah ku.

Orang itu turun dari mobil berjalan dengan gaya tegas dan coolnya.

Aku turun kebawah dan bertatap muka langsung dengan pria yang kemarin mengambil first kiss ku.

"Aku ingin menjemput Alif" aku mengangguk.

"Alifnya tidur lagi, mungkin dia lelah menonton film kartun!"

"Benarkah? Aneh, biasanya dia sangat susah tidur!" Mata ku membelalak kaget.

Hening

"Silahkan duduk dulu" ucap Sarah memecahkan keheningan diantara mereka.

"Terima kasih."

Sarah mengangguk dan hendak berjalan kearah kamar berniat membangunkan Alif tapi, langkahnya terhenti.

"Aku ingin bertanya padamu, tapi aku mohon Jawab dengan jujur."

Dion menolehkan kepalanya dari ponsel cerdasnya ke arah Sarah lalu memasukkan ponselnya ke saku jas kerjanya.

"Silahkan" jawabnya dengan sangat santai sekali dengan raut wajah yang sangat sulit sekali ditebak.

"Ehem" Sarah berdeham sebentar untuk menormalkan suaranya dan juga menarik nafas dalam.

"aku ingin bertanya perihal soal Alif, Rani, dan juga.. dirimu!" Kening Dion berkerut mendengar pertanyaan Sarah.

"Maksudnya?"

"Sebenernya ada hubungan apa diantara kalian bertiga?"

"Dari yang aku tangkap oleh pikiran ku bahwa Alif adalah anakmu dan juga Rani! Benarkan?"

Hening tapi detik berikutnya Dion tergelak mendengar ucapan Sarah.

Sarah menatap Dion aneh, 'gila' batinnya.

Setelah tawa Dion reda dia kembali menatap Sarah dengan bersedekap dada dan kembali memasang wajah datar tanpa ekspresinya.

"Kau cemburu?" Pertanyaan yang dijawab pertanyaan aneh dari Dion untuk Sarah.

Sarah jengah mendengar ucapan Dion "cemburu? Ti-tidak." Sarah terbata-bata menjawabnya.

"Lagian untuk apa aku cemburu?"

"Lalu untuk apa kau bertanya seperti itu Sarah, kalau bukannya cemburu!"

Sarah terdiam bibirnya terasa keluh untuk menjawab, dia memalingkan wajahnya kearah lain.

Sebenernya memang Sarah cemburu bahkan sampai galau memikirkannya. Tapi, masa iya dia dulu yang mengutarakan isi hatinya.

Gengsi donggg.

Sebuah tarikan nafas panjang dan berat terdengar dikedua telinga Sarah.

"Baiklah, Aku akan menceritakan semuanya padamu" Sarah menoleh kearah Dion yang tampak sudah serius.

Sarah's Love Story (Sudah Di Bukukan & Tersedia Versi E-booknya)Where stories live. Discover now