PART 29

815 33 0
                                    

Menuntaskan ritual mandi setelah pulang bekerja sudah selesai dilakukannya. Kini tinggal merebahkan badan yang terasa lelah seharian dengan suasana baru. Nay melemparkan tubuhnya hingga terbaring di tempat tidur yang empuk dan nyaman untuk tidur di hari keduanya tinggal di rumah Alvaro.

Ketika baru saja memejamkan mata untuk menyambut dunia mimpi, ketukan pintu sayup - sayup terdengar oleh Nay yang sudah setengah sadar. Dengan wajah malas Nay turun dari tempat tidur untuk membukakan pintu.

Pintu terbuka menampakan wajah tampan Alvaro. Sambil menggaruk kepala dengan rambut setengah berantakan dan wajah yang sudah sangat mengantuk, Nay bertanya. “Ada apa, apa kamu lapar lagi?” Alvaro menggeleng. “Aku merindukanmu.” Jawaban Al membuat Nay sadar sepenuhnya dari rasa kantuk.

“Maksudmu?” “Karena itu kamu membangunkanku!” “Aku, aku sangat mengantuk.” Alasan Nay untuk menutupi gugupnya dan detak jantungnya yang terasa tidak beraturan. Tak menghiraukan jawaban Nay, Al menutup pintu kamar Nay dan masuk mendahului Nay untuk berbaring di tempat tidur Nayara.

“Hei, aku tidak mengizinkanmu tidur disini!” Nay mendekat dan menarik tangan Alvaro untuk membuatnya bangun. “Aku memerintahmu untuk tidur bersamaku.” Al menatap mata Nay, tampak keseriusan di mata Al. Nay tak bisa menolak dan akhirnya berbaring di sebelah Al.

Posisi Nay yang memunggungi Al, membuatnya mudah untuk memeluk pinggang gadis yang kini tidur satu ranjang dengannya. “Bisakah tiap malam kita tidur bersama seperti ini! Bisik Al di telinga Nay, membuat Nay merinding seketika.

“Tidak bisa!” Dengan cepat Nay menjawab pertanyaan Al. “Kenapa?” Pertanyaan Al membuat Nay diam. “Jika tidak bisa memberikan alasan berarti kita bisa tidur bersama setiap hari.” Al meyakinkan. Nay berbalik untuk menghadap Alvaro, menampakan wajah Al yang serius, meskipun tetap tampan.

“Karena aku di sini bekerja untukmu, bukan untuk jadi teman tidurmu!” Ujar Nay mantap, yang sebenarnya Nay tidak mempermasalahkan jika dirinya dan Al selalu tidur bersama. Hanya tidur tentunya. Yang Nay takutkan hal - hal yang diluar itu. Walaupun sudah beberapa kali berhubungan dengan Al, dirinya tidak ingin diremehkan nantinya.

“Baiklah, tidak tiap malam, jika aku sedang ingin tidur bersamamu saja aku akan mengganggumu.” Al memberi keputusan terakhir. “Terserahlah.” Nay kembali memunggungi Al dan membiarkan pria itu memeluknya lagi. Malam ini berlalu benar - benar tanpa terjadi sesuatu yang lebih.

***

Jam dinding menunjukan pukul empat pagi. Pagi ini Alvaro terbangun lebih cepat daripada Nayara. Masih dengan posisi yang sama dari awal tidur, Nay memunggungi Al. Namun terasa ada yang berbeda, suhu panas terasa menyengat kulit tangan Al ketika menyentuh tubuh Nay.

Bergegas Al bangkit dan memeriksa keadaan Nay dengan menyentuh keningnya. Memang benar terasa panas, sepertinya Nay mengalami demam. Merasa khawatir Al mengguncang tubuh Nay untuk membangunkannya, namun hanya racauan Nay yang terdengar. Disela racauan Nay, Al bisa mendengar jelas Nay menangis menyebut ibu.

Al turun dari tempat tidur seraya berlari keluar kamar untuk mengambil air hangat untuk mengompres Nay. Dengan handuk kecil di tangan dan baskom berisi air hangat Al kembali masuk ke kamar Nay.

Ini kali kedua Al harus merawat Nay saat sakit, setelah sebelumnya Nay kabur dari Alvaro. Al tersenyum mengingat hal itu, membuat senyumnya mengembang. Beberapa kali Al mengganti air dalam baskom karena sudah mulai dingin.

Hati Al tergugah melihat Nay terbaring lemah, dengan racauannya yang tak berhenti. Dalam lubuk hati Al terasa berat melihat kondisi Nay yang seperti ini. Al yakin dan berjanji pada dirinya sendiri, akan menjaga Nayara seumur hidupnya.

Tapi benarkah, menjaga seumur hidup berarti harus bersama selama hidupnya. Apakah ada perasaan yang semakin berkembang dalam hati Alvaro. Tapi sudahlah, yang terpenting sekarang adalah mengurus gadis di hadapannya itu.

Tidak sia - sia usaha Al selama satu jam terjaga menunggu Nay, akhirnya demamnya turun. Al mengusap pucuk kepala Nay dan memberi kecupan pada keningnya, sembari bangkit dari duduknya Al pergi ke dapur.

Ingin menyiapkan sarapan untuk dirinya dan membuatkan bubur untuk Nay. Empat puluh lima menit berkutat di dapur, akhirnya semuanya telah siap di meja makan.

Alvaro kembali ke kamar untuk melihat kondisi Nayara yang dilihatnya masih tertidur. Sambil berjongkok di tepi tempat tidur, perlahan Al menyentuh kening Nay lagi, sudah tidak terasa panas. Dalam hati Al bersyukur, gadisnya sudah pulih. Kembali Al mengusap pucuk kepala Nay, membuat gadis itu terbangun.

“Apa aku kesiangan, kenapa kamu tidak membangunkanku?” Al menyaksikan Nay bangun dan turun dari tempat tidur dengan tergesa - gesa membuat Nay terbelit selimut dan terjungkal di lantai.

Terdengar pekikan Nay menahan sakit di lututnya sambil menoleh ke arah Alvaro. Al tersenyum - senyum sendiri melihat tingkah Nay yang seperti anak kecil. Walaupun biasanya terlihat tegar, melihat Nay seperti ini Al tetap melihat sisi kanak - kanak gadis itu.

“Iiiih...bukannya dibantu, malah bengong!” Gerutu Nay sambil menoleh ke arah Alvaro. Al bangkit dan membantu Nay untuk bangun. “Apa sebegitu semangatnya dirimu untuk bangun pagi?” “Atau kamu terlalu perhatian padaku?” Ledek Al pada Nay membuat Nay mengerucutkan bibirnya.

Sambil membantu Nay untuk bangun, sebuah pertanyaan keluar dari bibir Al. Masih tersimpan rasa khawatir dalam pikiran pria itu. “Apa kamu sudah merasa lebih baik?” Nay yang mendengar pun mengedikan bahu. “Apa sih maksudnya, sudah aku mau masak dulu!” Seru Nayara, keluar dari kamar menuju dapur.

Namun langkahnya terhenti saat pandangannya tertuju pada meja makan, yang sudah tersaji sarapan pagi ini. Nay berbalik ingin kembali ke kamar, tapi hampir saja Nay menubruk tubuh tegap Al yang sudah berada di belakangnya entah sejak kapan.

“Apa kamu sudah merasa lebih baik?” Al mengulang pertanyaan sebelumnya. “Aku tidak apa - apa, apanya yang lebih baik!?” Celetuk Nay. “Jika sudah merasa lebih baik, mandi, sarapan setelah itu kita ke kantor.” “Tapi jika belum, mandi, sarapan setelah itu istirahatlah kembali.”

Hanya kata itu yang Al ucapkan tanpa menghiraukan ucapan Nay sebelumnya. Al kembali ke kamarnya sendiri untuk membersihkan diri. Sedangkan Nay masih bingung dengan apa yang terjadi dengan pria itu, karena dari tadi dia hanya menanyakan keadaan Nay.

Nayara juga pergi ke kamarnya, tidak ada yang aneh, semua seperti biasa. Hanya saja ada tambahan sebaskom air dengan handuk kecil di dalamnya yang diletakan di atas nakas. Nay berpikir itu untuk apa, Nay mencoba mengingat namun tidak berhasil.

Nay merasa dirinya sedikit lengket, tapi tunggu, dalam ruangan dengan pendingin badannya lengket apalagi saat tidur. Nay mendekati cermin besar yang ada di kamarnya. Sedikit kaget Nay melihat wajahnya agak pucat.

Mulai terpikir, mungkinkah dirinya tadi malam mengalami demam dan Al menjaganya. Nay menyentuh kening dan lehernya, masih terasa sedikit hangat. Jadi hal itulah yang membuat pria tampan tadi menanyakan keadaannya.

Tersadar, Nay berlari ke kamar Al, ingin bertanya benarkah apa yang dipikirkan oleh dirinya. Tak menghiraukan Al yang baru menyelesaikan mandi yang hanya mengenakan handuk di pinggangnya, sedang berdiri di sebelah tempat tidur. Nay langsung menanyakan apa yang dia pikirkan.

Anggukan kepala dan sebuah senyuman yang Nay dapat sudah menjelaskan semuanya. Tak peduli Nay berlari dan menabrak tubuh Al, hingga terjengkang di tempat tidur. Menyeruak aroma wangi dari tubuh Al, membuat Nay semakin erat memeluk tubuh pria itu.

“Terima kasih, apa aku menyusahkanmu tadi malam?” Pertanyaan yang tulus keluar dari bibir Nay. Al menjawab pertanyaan Nay dengan membalas pelukan gadis yang telah membuatnya khawatir tadi pagi.

Sebuah kecupan terasa di pucuk kepala Nay membuat Nay mendongak. “Jaga dirimu, jangan buat aku khawatir!” Kalimat itu membuat jantung Nay mulai tidak nyaman, berdetak tidak karuan. Ada desiran yang menyejukan dalam diri Nay yang tak dapat dirinya sebutkannya.

SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang