PART 34

920 30 8
                                    

Dalam hati Al juga merasakan hal yang sama. Kenapa gadis di hadapannya ini selalu bisa menggoda dirinya tanpa melakukan apapun. Tak memikirkan tempat umum, Al mencoba meraih bibir Nayara. Merasakan bibir Nay yang sedikit kering.

“Bibirmu sedikit kering, aku akan membuatnya terlihat lebih sehat.” Al kembali memagut bibir Nay. Terdengar lenguhan Nay saat tangan Al mulai menyusuri area dada dan meremasnya pelan. “Al ini tempat umum.” Nayara mengingatkan.

Namun Al tak peduli dengan itu. Justru Al semakin berani. “Ini akan menjadi pengalaman pertamamu Nay.” Nayara terlihat bingung dengan kata - kata Al. Kini bibir Al menjelajah liar ke area leher dan turun ke bagian dada, membuat Nay meremas tirai disebelahnya.

“Hentikan Al, ini tidak benar.” Alvaro tetap tidak menggubris permintaan Nayara. Bibir pria itu tetap saja menjelajah area – area sensitif di tubuh Nay. Perlahan Al turun hingga berjongkok untuk dapat memancing keinginan Nay. Benar saja Nayara tak sanggup lagi menahan suara – suara yang sejak tadi sengaja ditahannya.

Nay yang tak sanggup mengontrol diri akhirnya membiarkan setengah dress yang dicobanya merosot dan jatuh ke lantai. Tampak kulit putih bersih hanya dengan balutan celana dalam bertali samping warna hitam membuat Nay semakin terlihat bersinar. Di bawah terangnya cahaya lampu ruangan itu, Al tak henti – henti mengagumi seorang Nayara.

Tangan Nay menyilang diantara kedua dada untuk menutupi gundukan sempurna yang selalu menggoda Al.

Melihat pria dihadapannya masih berjongkok, Nay berniat memintanya untuk berdiri . Namun berbeda dengan Alvaro, pria itu justru mendekatkan wajahnya pada bagian sensitif Nay yang masih terbungkus sehelai kain.

Nay sudah tidak dapat mengelak lagi, kini apa yang akan Al lakukan harus dia terima. Tubuh yang bersandar di dinding dengan tirai putih mengelilingi, Al mengangkat sebelah kaki Nay dan meletakkannya di pundak. Nayara menutup wajahnya membayangkan dirinya kini telah benar – benar menjadi wanita pemuas nafsu seorang Alvaro.

Berpikir dirinya tak ada bedanya lagi dengan para wanita penghibur, mata Nay mulai berkaca – kaca. Benar – benar hidupnya kini telah berubah gelap.

Walaupun hanya dengan satu pria, tapi dirinya bukanlah siapa – siapa dan tanpa statu apapun. Mungkin semua itu harus terjadi, alasan membiayai beberapa adik kini hanya sebuah alasan.

Sebelumnya, tanpa mengorbankan tubuh, Nay tetap bisa membiayai adiknya. Tanpa hasil akhir yang tak pasti dirinya harus rela bercinta dimana saja dan kapan saja.

Meskipun tidak munafik, sentuhan Alvaro memang sangat membuai dirinya dan mampu membuat Nay bahagia.

Lepas dari pikirannya,  Nay bisa merasakan Al mulai menarik ikatan tali celana dalamnya sehingga kini tubuh Nay benar – benar polos.

Tanpa aba- aba lidah Al sudah menyelinap di antara belahan sensitif milik Nay. Nay mendongak merasakan sentuhan lembut lidah Alvaro. Pria ini selalu bisa membangkitkan gairah Nay disaat apapun.

“Aku tidak akan pernah melepaskanmu Nay, kamu hanya akan jadi milikku.” Sambil terus menjilat, menghisap dan menggigit kecil milik Nay yang telah basah.

Desahan demi desahan lolos dari bibir manis Nay, tak menghiraukan orang – orang di luar sana jika mendengar desahan mereka.

Nay benar – benar menjadi wanita yang bejat saat ini. Tak menghiraukan pikirannya, Nay mendorong tubuh Al untuk menjauh darinya.

Nay menarik tangan Al untuk memintanya berdiri. Kini giliran Nayara yang melucuti pakaian bawah Al. Meremas batang Al yang sudah mengeras sedari tadi.

“Uuuh..aah..ssssss” Suara Al saat Nay berhasil melepas celana Al untuk meraih batang yang mengeras dan menyentuhnya dengan lidah gadis itu. “Uuuuh ..ini sungguh luar biasa Nayara.” Seru Al dengan suara penuh gairah. Nay mengulum batang Al dan membuat gerakan maju mundur.

Sudah tak sanggup menahan sesuatu dalam dirinya, Al meminta Nay untuk bangkit dan memunggungi dirinya. Dengan batang yang sudah tegak sempurna ingin segera Al membuat miliknya merasakan hangat dalam liang gadisnya itu. Namun nasib sial seseorang terdengar mengetuk pintu dan memanggil nama Alvaro.

Terpaksa aktivitas mereka terhenti ditengah jalan. Merasa kecewa, Al nampak menekuk wajahnya saat meraih celana dan memakainya kembali. Al membantu Nay memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Tak lupa Al menyerahkan celana dalam yang ia lepaskan tadi.

Dengan tergesa Nay memakai kembali bajunya, merapikan rambut dan berlari kecil menuju pintu. Nay membuka pintu dengan wajah pura – pura tenang, memperlihatkan wanita pemilik butik berdiri di depan pintu hendak bicara dengan Alvaro. Padahal dalam hati Nayara bisa dibilang sedikit kecewa karena gagal bercinta dengan Alvaro.

Saat melihat Al keluar dari balik tirai, wanita itu langsung saja berkata yang membuat Nay sangat malu. Seandainya wajahnya saat ini bisa dilepas dan dibuang kemana saja, mungkin Nay sudah melakukannya.

“Aku tidak pernah melarang apapun yang kamu lakukan, tapi apa tidak bisakah kamu melakukannya di rumah saja.” “Aku tidak ingin mengganggu, tapi baru saja Mr. Robert memesan beberapa pakaian wanita dengan ukuran mungkin cocok dengan kekasihmu ini.”

“Apa kalian akan segera menikah?” Pertanyaan itu membuat rasa malu Nay berkurang dan lebih menjadi rasa penasaran.

“ Apa hubungan Mr. Robert memesan pakaian wanita dengan Al menikah?” Alvaro yang tadinya bersikap santai, mulai menampakan raut wajah sedikit bingung. Dan dia pun menjawab sedikit gelagapan.

Tapi itu hanya sementara, semua kembali normal setelah Al mengajak wanita pemilik butik bicara dan sedikit menjauh dari Nay. Tak peduli, Nay pergi mendahului Al keluar dari butik dan menunggu di parkiran. Disusul Al yang masih terlihat kecewa dengan hal tadi.

Tak mengeluarkan sepatah katapun, Al membuka pintu mobil dan meminta Nay untuk masuk. Tanpa basa – basi, Al menutup pintu mobil dan melajukannya dengan cepat.

Tak ada pembicaraan selama perjalanan pulang. Suasana sangat canggung,. Nay hanya melihat keluar jendela untuk mengurangi rasa malu yang masih melekat jelas dalam benak Nayara.

Tak terasa mobil Al sudah masuk di garasi rumahnya. Mungkin karena suasana sepi membuat perjalanan lebih cepat, itulah yang ada dipikiran Nay.

Setelah masuk ke dalam rumah dengan tas belanjaan di tangan,  Al menyeret Nay untuk masuk ke kamar Alvaro. Melempar tas belanjaan di sofa dan meninggalkannya di sana.

Nayara meronta meminta untuk dilepaskan, namun genggaman tangan Al terlalu kuat untuk dilepaskan.

Nay hanya bisa mengekor dan terseret – seret mengikuti langkah Alvaro menuju kamarnya. Al menarik lengan Nay kemudian menghempaskannya di tempat tidur besar miliknya.

“Kamu kenapa Al, ada apa denganmu?” Nay mencoba mencari tahu akan sikap Al yang berubah. Tidak mendapat jawaban, justru Al melucuti seluruh pakaiannya hingga menampakan tubuh polosnya.

Nay tetap bersikap biasa, padahal dalam hati rasa takut yang sangat besar saat ini menghinggapi pikiran Nayara. Al mendekati Nay, meraih kemeja gadis itu dan melepaskannya paksa.

Ingin berusaha melawan tapi tidak mungkin, jadi biarkan saja semua terjadi seperti keinginan Alvaro. Itulah  yang ada dalam pikiran Nay.

Dari rok span, bra hingga celana dalam Nay, kini sudah berada di lantai. Tubuh polos Nay tengah berbaring pasrah di tempat tidur milik Alvaro.

Wajah Al tetap datar, tidak menunjukan kelembutan ataupun gairah bercinta seperti tadi saat di butik. Perasaan takut Nay semakin bertambah saat Al menarik kakinya dan membukanya lebar.

Nayara menjerit saat miliknya dihujam dengan keras dan paksa oleh Alvaro. Tangisan Nay pecah, seakan dirinya hanya sebuah barang yang bisa seenaknya dipakai setelah itu dibuang tanpa perasaan.

Al terus saja menghujam milik Nay tanpa menghiraukan jerit kesakitan gadis itu. Air mata Nayara membanjiri pipinya, ternyata seorang Alvaro tidak selembut seperti yang dirinya selalu bayangkan.

SISI GELAP dalam kehidupanku (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang