Nama di Ujung Buku

16 7 1
                                    

"Bang." sebuah mungil terdengar di teras rumah.

Seorang remaja laki-laki menoleh ke arah gadis cilik imut berkucir satu.

"Apa, Dek?" tanya remaja tadi, Reza, kepada adik perempuannya.

"Aster Wulan Hapsari itu siapa, Bang?"

Deg

Pertanyaan adiknya ini berhasil membuat Reza membelalakan kedua matanya.

"E ... emang, Adek tau nama itu dari mana?"

"Di buku ini, Bang."

Lily --adik perempuan Reza-- menunjukan sebuah nama yang dilingkari pada ujung bawah buku.

Reza sangat terkejut hingga reflek merebut buku miliknya dari tangan adik.

🎐🎐🎐

Malam tiba. Hanya ada cahaya malam dan suara jangkrik yang menemani. Reza termenung di meja belajarnya sambil menatap nama yang ada di ujung bukunya. Tak menyangka jika adiknya berhasil menemukan buku dengan nama Aster yang kecil di ujung buku miliknya. Bahkan adiknya yang memiliki ke-kepo-an tingkat dewa ini terus menanyakan tanpa berhenti tentang Aster. Hingga ia angkat tangan untuk membelikannya (Lily) es krim Cornetto Red Velvet.

Angin berhembus menerbangkan korden biru di jendela kamarnya. Reza berjalan untuk menutupnya. Namun, ia urungkan ketika melihat cahaya rembulan dan bintang-bintang.

'Malam ini sangat cerah.'

Ia menopang dagunya dengan tangan yang diletakan di bingkai jendela yang setinggi dengan perutnya.

"Jadi ingat waktu itu," ucapnya sambil mengingat kejadian satu setengah tahun lalu.

Flashback

Reza POV

Tap tap tap

"Permisi! Saya buru-buru!"

Suara yang terdengar cukup nyaring itu menarik perhatianku. Kumenoleh ke belakang dan ....

BRUK! DAK!

Rasanya bahu dan pantatku terasa nyeri. Sudah ditabrak, jatuh pula.

APES!

Di hari pertama sekolah setelah liburan setengah semester.

Kulihat pelaku yang menabrakku juga terjatuh. Dalam hati aku berkata, 'Kasian, ikut jatuh.'

Tapi sudah tak kupikirkan lagi. Sebagai laki-laki yang baik dan berwibawa, aku membantunya. Aku bangkit dan hendak mengulurkan tangan sebagai bantuan.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanganku yang hendak mengulur tadi seketika berhenti ketika gadis itu --orang yang menabrakku-- menatapku dengan raut wajah tajam nan dingin. Wajah itu membuatku membeku sekaligus merasakan hangat di rongga dadaku. Dan mungkin saja sudah ada garis-garis merah muda di kedua pipiku. Aku melamun, termenung menatap wajah cantiknya.

Lamunan seketika hilang. Aku tersadar. Dan gadis tadi sudah menghilang dari hadapanku. Kapan dia berdiri? Kapan dia berjalan? Aku tak tahu. Yang jelas perasaan ini membuatku nyaman. Rasa yang timbul saat melihatnya.

Penghapus JarakWhere stories live. Discover now