Hari ini Hujannya Deras 'ya?

10 2 0
                                    

Cahaya mentari di hari Rabu pagi begitu hangat, bahkan di cuaca yang gerimis ini. Aster sedang terlelap dalam tidur terpaksa bangun ketika jam alrm membangunkannya secara paksa.

"Aduh! Berisik amat! Emang jam berapa, sih?"

Saat Aster mematikan alarm, ia juga melihat waktu yang ditunjukkan oleh alarm kesayangannya itu.

"Wah! Udah jam segini! Busa telat!"

Aster berlari menyambar handuk yang digantung dan langsung menuju kamar mandi sebagai targetnya.

Sekarang adalah pukul 6:15. Waktu yang memungkinkan ia akan terlambat.

🎐🎐🎐

"Aster! Kenapa hari ini kamu terlambat?!" introgasi guru Fisika, Pak Budi.

"Ma ... maaf, Pak. Saya telat. Jalanan tadi macet," ucap Aster menyesal sambil menunduk. Memang jalanan sedang macet karena gerimis yang mulai deras. Akhirnya Aster tiba di sekolah 5 menit setelah bel masuk. Bahkan tubuhnya sudah setengah basah.

"Ya sudah, sekarang kamu terima hukumannya. Kamu paham 'kan hukumannya?" tanya Pak Budi dengan nada tegas nan berwibawa.

"Iya, Pak. Aster paham," Aster menjawab masih dengan kepala menunduk.

Ia berjalan menuju bangkunya untuk meletakkan tas ranselnya. Reza yang sedang duduk di bangkunya hanya menatap Aster dengan pandangan sayu.

Setelah Aster meletakkan tasnya, ia berjalan keluar untuk menjalankan hukuman dari Pak Budi. Adalah kebiasaan Pak Budi menghukum muridnya--yang melakukan kesalahan--dengan menyuruh berdiri di luar kelas hingga jam pelajarannya habis.

"Baiklah, sekarang buka buku hala ...."

Sayup-sayup terdengar suara Pak Budi menerangkan pelajaran. Aster yang ada di luar kelas menatap sepatunya sambil mengingat wajah Reza barusan.

'Tadi Reza kayaknya khawatir banget. Ekspresinya jadi tambah imut,' batin Aster yang mulai merona. Lima detik setelahnya Aster menepuk-tepuk pelan kedua pipinya.

'Aduh, Aster! Kamu kenapa, sih? Kok jadi mikirin ekspresinya Reza?' lagi-lagi Aster berbicara dalam hati.

'Tapi, kalo ingat ekspresinya Reza pas di pasar malam waktu itu serem juga. Baru pertama kalinya aku liat Reza semarah itu. Kenapa tiba-tiba Reza bisa marah gitu 'ya? Atau gara-gara aku cuekin? Tapi kenapa kalo aku cuekin, Reza jadi gitu?' pikir Aster sambil mendekatkan jarinya ke dagu, persis seperti pose orang yang sedang berpikir.

Berselang lima menit, Aster menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya secara tiba-tiba. Pipinya pun juga merona.

'Jangan-jangan'--menggeleng-geleng secara tiba-tiba, kedua telapak tangan mengepal di depan dada--'ah! Aster! Kamu ini mikir apa sih?'--memegang kedua pipi yang merona--'Jangan mikir macem-macem. Gak mungkin Reza suka sama kamu. Tau sendiri 'kan, Reza sendiri yang bisik ke Reyhan kalo dia nganggap kamu cuma temen.'

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 27, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Penghapus JarakWhere stories live. Discover now