Jika mimpi itu cinta
.
..
...
Trun on the music and happy reading
fall in feel
.Aku benar-benar di buat bingung dengan pengelihatanku sendiri. Apakah aku tidak salah lihat, dia berdiri di hadapanku tersenyum. Pakaiannya serba putih dan wajahnya tetap sama seperti saat ia berusia 17 tahun.
"raka" ucapku pelan.
Rasanya dadaku kembang kempis, sesak dan rindu. Aku tidak menyangka akan bertemunya lagi.
"Raka gue..."
Raka mengangkat tangannya di udara menyuruhku diam. Dia mengerakan mulutnya sedang berbicara namun telingaku tidak mendengar apapun yang dia katakan. Aku mengerutkan dahiku bingung. Saat aku ingin bertanya ia terus menyuruh diam. Sampai tangannya terulur membuatku terdiam.
Kemana dia akan mengajakku?
Aku mengangkat tanganku mencoba membalas uluran tangannya. Kemudian tangan Raka menenggam erat tangan itu. Tapi itu bukan tanganku, seorang perempuan lain melewati tubuhku. Aku tidak bisa melihat wajahnya hanya pakaiannya yang terang.
Dan selanjutnya Raka melambaikan tangannya padaku berjalan bersama perempuan itu. Aku diam namun kedua lututku gemetar dan aku terjatuh.
"astaghfirullah" ucapku terbangun.
Aku melihat jam dinding yang menunjukan jam 3 dini hari. Well, tidak terlalu cepat untuk bangun pagi. Aku menyingkap selimutku lalu mengoyangkan tanganku yang sedikit kebas.
Aku bermimpi lagi. Semenjak buku yang selama setahun ini ku cari ketemu, aku sering bermimpi tentang Raka. Hanya saja perawakan Raka selalu sama. Baju long sleeve putih dan celana kain putih. Ia terlihat bersinar.
Aku menghela napas sambil membuka pintu. Setiap kali aku ingin mengatakan apa yang ingin sekali ku katakan. Dia mengilang tapi kali ini ia menghilang bersama seorang perempuan. Aku tidam ingin mengingatnya.
Aku melangkahkan kakiku menuju dapur. Mungkin segelas air putih bisa menenangkanku.
"mbak!" Dinda melambaikan tangannya yang sedang memegang sendok.
Aku tersenyum seadanya. Dinda pasti sedang bersiap untuk sahur. Aku tahu itu, dia lebih sering puasa sunnah ketimbang aku. Tanpa bertanya dia sedang apa aku langsung menuangkan air putih dan duduk di hadapannya.
"nightmare?" tanya Dinda mengoleskan selai nanas di roti tanpa melihatku.
"mh-hm, but its to almost every night" jawabku menengguk air.
"kali ini siapa? Cowo aneh itu atau kak Raka?" Dinda menangkup rotinya.
Aku menaikan salah satu alisku tidak ingin menjawab. Dinda sudah tahu terlalu banyak.
YOU ARE READING
YES; Ketika Hanya Ada Satu Jawaban
General Fiction[SELESAI] Rutinitas padat telah menyita seluruh perhatian Alya Rayhanna. Gadis yang terkenal alim namun sangar itu adalah seseorang yang ambisius dengan tujuannya. Cerdas dan bertalenta adalah 2 kata yang menghiasinya. Tekadnya yang utama tidak akan...