31

664 66 4
                                    

.
..
Turn on the music for a reading experience
...

Turn on the music for a reading experience

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

.

Hari ini datang juga. Aku selalu menghitung hari ini tiba. Sudah 5 tahun sejak kematian Raka dan aku masih mengingatnya sebagai kesalahanku. Mungkin bukan tapi kematian Raka terlalu mempengaruhiku.

Angin berhembus menerbangkan kerudung hitam yang kukenakan. langit cerah dengan warna biru yang menyenangkan. Harusnya orang-orang pergi keluar lalu berpiknik atau jalan-jalan ke pantai. Ah benar ini masih hari kerja, kantor, sekolah adalah tempat rekreasi yang wajib untuk berburu uang. Namun aku sendiri tidak ke kempus meski Fellas sedang mengajakku untuk nongkrong di kampus atau aku harus ke café karena sebentar lagi menuju jam makan siang.

Yang ku lakukan sekarang berdiri mematung di luar pemakaman. Diam. Tidak bergerak sama sekali untuk masuk ke dalam mencari nama Raka disana. Aku hanya berdiri di dekat mobil sambil memegang sebuket mawar putih. Seharusnya aku meletakannya di pusara Raka berdoa semoga Allah mengampuni setiap kesalahannya. Kakiku berat rasanya ingin masuk ke dalam. Rasa getir mempengaruhi hatiku untuk datang menjenguk.

"Neng nggak masuk?" tanya penjaga kuburan membuyarkan lamunanku.

Aku mengeleng pelan seraya menyodorkan mawar putih yang ku bawa, "pak tolong ya taruh di kuburan yang namanya Galang Raka Satriano".

"kenapa nggak taruh sendiri neng kan sekalian bisa doain?".

Pengennya juga gitu Pak.

Aku mengelengkan kepala, "nggak bisa, Pak. Tiba-tiba aja ada urusan mendadak".

Penjaga kuburan itu mengambil mawar yang ku pegang, "sip deh neng. Tapi kalau kesini Neng harusnya masuk, saya sering liat neng berdiri doang terus pulang".

Aku tersenyum saja mendengar serangan fakta dari Bapak penjaga kuburan itu. Toh dia tidak salah tapi aku juga tidak sanggup untuk masuk. Menyedihkannya.

"Makasih ya Pak" kataku tersenyum.

"sama-sama Neng" ucap Penjaga kuburan seraya pergi.

Aku menghela napas. Aku sudah mengambil keputusan. Sekarang aku harus pulang dan kembali melanjutkan perkerjaanku. Aku pun masuk ke dalam mobil dan bersiap untuk melengang di jalan raya namun ada satu pemandnagan yang berhasil ku tangap dengan mataku.

"itu Sahrul kan?" gumanku melihat Sahrul datang bersama seseorang disampingnya. Mungkinkah itu teman dekat Raka yang lain, orang yang tau tentang kematian Raka? Tidak mungkin aku menanyainya soal itu. Pasti Sahrul akan mengatakan bahwa semuanya sudah terjadi. Tapi aku tidak bisa menekan rasa penasaraanku.

Ponselku berbunyi segera aku melapaskan pandangan dari Sahrul dan temannya yang sedang mengobrol sebentar.

"Assalamu'alaikum Halo".

YES;  Ketika Hanya Ada Satu JawabanWo Geschichten leben. Entdecke jetzt