03. segaris senyuman

954 60 5
                                    

Matahari dengan malu malu sudah mulai menampakkan cahaya nya untuk menerangi semesta

Pagi yang cerah di kediaman Dhea, gadis itu sudah berdiri dimeja rias dengan satu sisir di tangannya

"Dhe cepeta-" ucapan El terhenti saat melihat adiknya sudah rapi dengan seragamnya

Manuel Ranial putra, adalah kakak laki laki nya Dhea. Laki laki yang berusia 3 tahun lebih tua darinya ini biasa dipanggil El

El melongo nelihat perubahan adiknya itu, pasalnya dirumah ini Dhea lah yang selalu telat bangun

"Tumben udah bangun" selidik El dengan menatap Dhea curiga

"Emang nggak boleh?" Tanya Dhea cuek

"Alhamdulillah akhirnya adik saya sadar ya Allah" alih alih menjawab El malah berdoa dengan mengangkat kedua tangannya

"Lebay lo bang" Dhea melewatinya dan sengaja menabrak bahu El yang berdiri di pintu

Dhea menuruni tangga di ikuti oleh El dibelakangnya

"Pagi ayah bunda" Dhea berteriak heboh saat menginjak anak tangga terakhir

"Pagi sayang" sahut Runi bundanya Dhea dan El dengan lembut

"Tumben tuan putri bangun cepet, ada apa ini?"ledek Dani ayah mereka seraya mengacak rambut Dhea

"Ih ayah mah gitu" Dhea memanyunkan bibirnya karena kesal

El malah tertawa diikuti ayah sedangkan bunda hanya geleng geleng kepala melihat tinggah mereka yang selalu menggoda tuan putrinya

"Emang kenapa sih anak bunda ini semangat banget hari ini" tanya bunda disela sela menyiapkan sarapan

"Bunda masih ingat nggak sama Khanza, sahabat SMP Dhea?" Dhea langsung antusias dan tak kesal lagi

"Inget, kenapa emang?" Bunda tanya lagi

"Dia itu sekarang udah pindah lagi ke jakarta dan satu sekolah sama Dhea" dia bercerita dengan heboh sedangkan ayah dan abangnya menunjukkan wajah datarnya karena tak begitu menarik, cuma bunda lah yang menanggapi pembicaraan

"Loh kenapa gitu? dia ada masalah lagi?"

"Iya, mamanya nikah lagi. Makanya dia pilih tinggal sama papanya" ucap Dhea yang mengambil roti dan memakannya

"Makanya dhe kamu itu harus bersyukur karena mempunyai keluarga lengkap dan selalu sayang sama kamu" kata ayah seperti biasa yaitu menasehati dengan bijak

"Iya yah, Dhea bersyukur punya ayah, bunda, abang El yang nggak ganteng ganteng amat, punya sahabat juga" senyum Dhea simpul

"Eiitss eiits tunggu dulu siapa bilang kagak ganteng, gue ini kembaran manu rios. Liat aja namanya" ujar El tak mau kalah

"Hadeuuuh gini nih kalo manekin diberi nyawa" celetuk Dhea lagi

"Udah jangan ribut disini, cepetan ke sekolah" ucapan ayah melerai pertengkaran yang hampir tiap hari itu terjadi

"Ya udah kita berangkat, assalamualaikum" Dhea berdiri dan menyalami kedua orangtuanya begitu pun dengan El mengikuti dari belakang

              🍁🍁🍁🍁🍁

Dhea melangkah kan kakinya disepanjang koridor kelas saat melewati belokan dia melihat punggung cowok yang sudah sangat dikenalinya, siapa lagi kalo bukan Rey

"Pagi Rey" Dhea menyapa Rey dengan senyum lebar sehingga memperlihatkan deretan giginya

"Hmm..pagi" sepertinya biasa nya dia hanya membalas dengan datar dan senyum simpul

SINCERE [TAMAT]Where stories live. Discover now