Chapter 3

53.9K 1.8K 9
                                    

Hati-hati, typo menyesatkan
Happy reading

*Consequent*

Vira menghapus air matanya yang sesekali masih menetes. Tidak memperdulikan sopir taksi yang kadang-kadang meliriknya penasaran dari kaca kecil yang berada di tengah.

Sebenarnya tadi Zidan sudah menawarkan untuk mengantarnya pulang, namun dirinya menolak tawaran itu dengan kasar dan langsung pergi begitu saja. Vira bahkan melupakan alas kakinya yang masih tertinggal di rumah Zidan. Entah cowok itu simpan dimana alas kakinya, karena ia tidak melihat benda itu di kamar Zidan. Keadaan Vira benar-benar kacau saat ini.

Tapi beruntungnya Vira saat ini adalah ia bisa mendapatkan taksi setelah tidak jauh berjalan dari rumah Zidan. Sehingga ia tidak perlu berjalan kaki dengan penampilan berantakan seperti orang gila.

Vira menatap kakinya yang tidak terbalut alas kaki, memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi kedepannya. Dan yang pasti hidupnya tidak akan sama lagi setelah kejadian ini.

Ia memikirkan bagaimana jika ia hamil? Vira sungguh takut memikirkan kemungkinan itu. Jika ia sampai hamil pastilah orang tuanya akan begitu kecewa padanya. Membayangkan wajah kekecewaan mereka saja sudah membuat Vira kembali meneteskan air matanya.

"Neng, udah nyampe." Kata supir taksi menyadarkan Vira dari segala pikiran kacaunya.

Dengan tergesa Vira menghapus air matanya. Segera mengambil uang dari dompetnya, dan memberikannya kepada sopir taksi tersebut. "Kembaliannya ambil aja, pak."

Vira turun dari taksi dan melangkahkan kakinya dengan gontai memasuki gerbang rumahnya. Berjalan memasuki rumah dan menemukan kedua orang tuanya sedang bersantai menonton tv di ruang keluarga.

Tadinya Vira ingin menghindar dengan segera berlalu ke kamarnya, namun sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Loh sayang, ko jam segini baru pulang? Kamu kemana aja?." Itu suara Lita, mamanya.

Vira menghela nafas panjang sebelum membalikan badannya. Memasang senyum yang pastinya kentara sekali dipaksakan. "Iya, mah?"

"Mamah tanya. Ko kamu baru pulang?" Leta beranjak dari sofa untuk menghampiri Vira. Sementara itu Vira masih tetap berdiri diam di dekat tangga, melirik jam yang menempel di dinding ruang keluarga. Sudah pukul sembilan lewat lima belas menit ternyata.

"Ah, oh itu," Vira gelagapan. "Semalem pas pulang dari acaranya Viona, Vira nginep di rumah Rika. Tapi lupa bilang sama mama." Oke, alasan yang bagus, Vira.

Leta menatap Vira curiga, "terus itu kenapa mata kamu, sembab gitu?."

"Semalem nonton drama korea yang edih dulu sebelum tidur, eh pas bangun matanya begini deh." Vira memutar otak, mencari alasan selogis mungkin agar mamanya percaya.

"Drama korea aja ditangisin." Dimas, papahnya Vira meledek putri semata wayangnya itu. Meskipun sedari tadi pria itu sibuk menatap layar televisi, tetapi dirinya tetap menyimak percakapan istri dan anaknya itu. Bahkan ia berkata tanpa menolehkan kepalanya sama sekali.

"Ih papah." Rengek Vira, "udah ah, Vira mau ke kamar." Vira berlalu begitu saja meninggalkan mamah dan papahnya.

"Kamu mau jalan-jalan ga hari ini?" Mamahnya bertanya saat Vira sudah berada di anak tangga bagian tengah.

"Nggak, Vira mau di rumah aja." Jawab Vira masih tetap melangkahkan kakinya.

Leta hanya menatap anaknya heran, tumben sekali anak itu tidak mau diajak jalan-jalan di hari minggu. Biasanya Vira yang selalu merengek untuk pergi jalan-jalan jika hari minggu tiba.

"Udahlah mah, mungkin anak kamu itu lagi pengen di rumah aja." Ujar Dimas. "Mending nonton TV lagi, sini."

Leta hanya menghela nafas, dan kembali bergabung dengan suaminya.

****

Vira membaringkan badannya di kasur setelah membersihkan kembali badannya dan mengganti pakaiannya. Vira hanya ingin menenangkan pikirannya yang benar-benar kacau saat ini.

Untung hari ini hari minggu, jadi Vira bisa mengurung diri di kamar seharian untuk menenangkan pikirannya. Ya meskipun seharusnya hari minggu itu jadwal ia dan kedua orang tuanya pergi jalan. Tapi untuk sekarang, Vira benar-benar tidak ingin pergi kemanapun.

****

Zidan kini sedang duduk termenung di kursi meja makan setelah kepergian Vira beberapa saat lalu. Ia tadinya ingin mengantar Vira pulang, namun cewek itu malah menolaknya kasar sambil menangis dan kemudian pergi begitu saja.

Dan saat ini Zidang sedang memikirkan hal yang telah ia perbuat pada Vira. Tidak menyangka bahwa rasa sakit dan rasa direndahkan di hatinya akibat perkataan Vira tempo lalu bisa membuatnya bertindak sejauh ini. Dan cowok itu menyesalinya sekarang.

Perasaannya saat ini kacau, tapi ia yakin bahwa perasaan Vira pastilah lebih kacau dari dirinya. Cewek itu telah kehilangan hal paling berharga dari dirinya, yang sialannya dirinya lah yang merenggutnya.

Zidan berfikir, andai saja waktu itu ia mengabaikan ucapan Vira. Tidak memasukannya ke dalam hati. Tidak mendendam. Pastilah kejadian ini tidak akan terjadi. Tapi apa boleh buat, menyesalpun tidak akan bisa mengembalikan keadaan seperti semula.

Tapi, bagaimana jika cewek itu hamil?

"Arghhh." Zidan membanting gelas yang sedari tadi ada di genggamannya ke lantai sambil berteriak frustasi.

Cowok jangkung itu beranjak dari kursi dan berjalan menuju kamarnya. Sepertinya ia butuh berendam untuk menenangkan pikirannya.

TBC
************************************

Jangan lupa VOTE cerita ini jika kalian suka:)

Dan kalian bisa KOMEN buat kasih kritik dan saran, apa aja kekurangan cerita ini supaya aku bisa memperbaikinya..

16 jan 2019

Consequent (MBA Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang