Chapter 4

48.9K 1.7K 9
                                    

Hati-hati typo menyesatkan.
Happy reading.....


                      *Consequent*

Vira saat ini tengah melangkahkan kakinya di koridor sekolah menuju kelasnya. Setelah membolos sekolah selama seharian kemarin dengan alasan sakit, kini Vira sudah kembali masuk sekolah. Sebenarnya sakit bukanlah alasan cewek itu yang sebenarnya, Vira hanya masih enggan bertemu dengan Zidan. Mengingat cowok itu saja sudah membuat Vira ingin menangis.

Baru saja Vira sampai di dalam kelasnya, ia sudah di sambut heboh oleh teriakan Sinta, temannya.

"Yaampun bebep Vira, lo kemana aja?"

Vira menjawab pertanyaan heboh temannya itu setelah mendudukan diri di kursinya. "Gue sakit."

Rika yang memang kebetulan duduk sebangku dengan Vira, memegang kening cewek itu. "Udah mendingan, kan?"

Vira hanya menganggukan kepalanya saja sebagai jawaban dari pertanyaan Rika.

"Oh iya!" Dina seakan teringat sesuatu. "Lo ko, ngilang pas di pestanya Viona?" Tanya cewek itu heran.

Vira terkejut mendengar pertanyaan Dina, namun sebisa mungkin mengontrol dirinya agar terlihat biasa saja. Menatap teman-temannya satu persatu, lalu cewek itu berkata. "Gue pulang duluan, badan gue udah kerasa gaenak pas di pesta."

"Tapi kenapa ga bilang kita-kita, kan kita bisa anterin lo pulang." Kata Rika merasa tidak enak hati.

Baru saja Vira akan berkata, namun sudah dipotong terlebih dahulu oleh Sinta, "tapi ada yang liat lo jalan berdua sama Zidan keluar club, itu bener?"

Vira memilin ujung roknya, "I-iya. Itu alasan kenapa gue ga ngehubungin kalian buat minta anter pulang. Zidan udah nawarin buat nganter gue soalnya." Vira memperhatikan teman-temannya yang hanya ber-oh ria. Menghela napas lega karena sepertinya ketiga cewek itu percaya dengan alasan yang dibuat olehnya.

Lalu keempat cewek itu melanjutkan obrolan, saling menceritakan kejadian sewaktu di club tempat pesta Viona diselenggarakan. Seperti cerita Dina yang mengatakan ada yang meminta nomor ponselnya saat di club, atau cerita Sinta yang mengatakan bahwa badannya sakit-sakit setelah pulang dari pesta akibat terlalu asik berjoget di lantai dansa.

Vira tertawa mendengar cerita Sinta, namun tawanya langsung terhenti saat matanya menangkap sosok Zidan yang berjalan menuju kursinya yang berada di bagian pojok. Vira terus menatap cowok itu sampai Zidan mendudukan dirinya di kursi.

Zidan yang merasa ditatap, menolehkan pandangannya kearah Vira. Mereka saling menatap selama beberapa saat sebelum terhenti karena Vira mengalihkan pandangannya.

"Lo kenapa ngeliatin Zidan sampe segitunya?" Tanya Dina.

Vira hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, lalu segera membalikan badannga agar menghadap depan. Inilah yang membuat ia malas pergi ke sekolah, dirinya masih enggan bertemu Zidan. Karena hal itu selalu mengingatkannya dengan kejadian waktu itu. Vira itu tipe cewek yang cengeng, melihat Zidan sekarang saja sudah membuat ia ingin menangis.

Rika mengerutkan keningnya saat melihat mata Vira yang berkaca-kaca. "Ko, lo malah mau nangis? Lo ada masalah sama Zidan?"

"Nggak, gue cuma inget sepupu deket gue yang udah meninggal. Mukanya mirip banget sama muka Zidan."

Rika menatap Vira curiga. "Lo nggak lagi boong, kan?"

"Nggak ko, mami."

Sementara itu di kursi baguab pojok Zidan masih tetap menatap Vira meskipun cewek itu sudah mengalihkan pandangannya. Ia menatap lekat-lekat punggung cewek itu yang duduk di kursi kedua dari depan. Zidan sedang berpikir apakah ia harus menghampiri cewek itu dan mengajaknya bicara berdua lalu meminta maaf atau tidak. Zidan bingung harus bagaimana sekarang.

Consequent (MBA Series)Where stories live. Discover now