Chapter 5

52.9K 1.9K 22
                                    

Sebenernya gabakal di up malem ini, tapi yasudahlah...

Hati-hati typo menyesatkan..
Happy reading..

*Consequent*

Vira kini sedang duduk di atas kloset yang tertutup dengan air mata yang terus menetes dari kedua mata indahnya. Tangannya menggenggam sebuah benda pipih berwarna putih, pada benda itu tertera dua garis merah yang menandakan jika penggunanya sedang mengandung.

Ini sudah hampir sebulan lebih berlalu sejak kejadian waktu itu. Kejadian yang begitu mengguncang hati dan pikirannya, kejadian yang ternyata kini membuahkan hasil.

Masih terselip rasa tidak percaya di hatinya, namun ia tidak bisa mengelak setelah lima buah testpack yang ia beli sepulang dari sekolah tadi menunjukan hasil yang sama, dua garis merah.

Hal yang membuat Vira membeli alat tes kehamilan tersebut adalah karena dirinya yang akhir-akhir ini sering pusing dan mual. Meskipun pada awalnya Vira tidak berpikir dirinya tengah hamil, karena beberapa minggu yang lalu cewek itu mendapatkan tamu bulanannya meskipun hanya berupa flek. Ia bahkan merasa sangat senang waktu itu, karena berarti ia tidak akan hamil. Tapi nyatanya?

Dan saat ini, air mata seperti tidak ingin berhenti mengalir dari kedua mata cewek itu. Terus menangis dalam diam sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan? Bagaimana jika kedua orang tuanya mengetahui keadaannya? Bagaimana jika ia diusir dari rumah jika kedua orang tuanya mengetahui ini? Dan masih banyak bagaimana yang lain yang berkeliaran di pikirannya.

Apa ia harus menghubungi Zidan? Memberitahukan perihal kehamilannya untuk meminta tanggung jawab cowok itu.

Atau ia gugurkan saja kandungannya? Masa depannya masih panjang. Jika bayi ini tidak ada, maka Vira bisa melanjutkan pendidikannya dan menggapai cita-citanya. Tapi, bukannya menggugurkan kandungan itu dosa?

Saat sedang berpikir tentang apa yang harus ia lakukan, tiba-tiba saja terdengar sebuah ketukan di pintu kamar mandi.

"Sayang, kamu di dalam?" Itu suara Leta, mamahnya.

Menghampus air matanya, lalu Vira berdehem untuk menormalkan suaranya agar tidak terdengar serak. "Iya, mah."

"Yaudah, kalo udah selesai dari kamar mandinya. Kamu turun ke bawah ya. Kamu belum makan, kan?"

"Iya, mah. Nanti Vira ke bawah." Dan setelah itu terdengar langkah kaki yang menjauhi pintu kamar mandi.

Vira memang belum keluar kamar lagi sejak pulang sekolah tadi, karena ingin buru-buru mencoba alat tes kehamilan yang dibelinya dengan bermodalkan muka tebal.

Vira segera bangkit dari duduknya di atas kloset dan berjalan menuju wastafel untuk mencuci muka. Setelah mencuci muka, Vira keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju meja belajar yang ada di kamarnya, menaruh kelima buah tastpack itu di wadah semacam gelas tempat ia biasa menyimpan alat tulisnya. Setelah itu, Vira segera mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan sebelum cewek itu berlalu keluar kamar menuju lantai bawah. Ia tidak boleh berlama-lama, atau nanti mamahnya akan kembali ke lantai atas untuk menemuinya.

****

Setelah selesai makan, Vira segera kembali ke kamarnya. Sebenarnya Vira sedang tidak nafsu makan karena pikirannya sekarang, ditambah perutnya yang akan terasa mual jika ia makan sesuatu yang tidak ia inginkan.

Kini Vira sedang duduk di kursi belajarnya dengan sebuah ponsel di tangannya. Vira membuka aplikasi Line, mencari grup kelasnya untuk mencari kontak line milik Zidan. Setelah menemukan kontak milik Zidan, Vira segera mengirim pesan kepada cowok itu.

Consequent (MBA Series)Where stories live. Discover now