Chapter 46

846 84 0
                                    


Singto POV

Kulihat jam di mobil menunjukkan pukul 22.00, seharusnya saat ini Krist sudah tidur, tapi aku ingin menemuinya. Setelah mengantar Ayah kembali ke hotel dan mengobrol sebentar di coffee shop ditemani secangkir kopi, aku memutuskan untuk memanggil taksi online dan meminta sopirnya mengantarku ke apartemen Krist.

Aku bersyukur telah menemui Ayah malam ini, dia terlihat senang saat kami makan malam di restoran itu. Restoran yang sebenarnya kupesan untuk aku dan Krist makan malam. Walau ada kejadian yang membuat kami berdua merasa canggung tapi untungnya semuanya telah terselesaikan. Aku tersenyum sendiri mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.

Flashback

Kami memasuki restoran bersama dan langsung diantar oleh pelayan ke meja yang sudah kupesan. Sebuah meja di dekat taman dan air mancur buatan dengan kolam berisi ikan warna warni berenang kesana kemari. Restoran itu cukup ramai dan semua meja hampir terisi.

"Wow... Aku pernah baca liputan tentang restoran ini di sebuah majalah kuliner Thailand beberapa waktu yang lalu dan tempat ini sangat ramai! Kita mendapatkan kursi begitu kita masuk itu adalah sebuah keajaiban bukan?" Ayah menatap interior restoran dengan terkesima.

Dia memperhatikan seluruh penjuru restoran itu dan jelas-jelas mengagumi apa yang dia lihat.

"Sebenarnya... Aku membuat reservasi sebelumnya Pho. Itulah kenapa kita bisa langsung mendapatkan meja!" jelasku,

"Kau memesan tempat ini?" tanyanya bingung, "Tapi aku baru mengajakmu sore ini untuk makan malam..."

Aku tak langsung menjawabnya karena bingung bagaimana menjelaskan padanya bahwa aku dan Krist yang memesan tempat ini karena aku ingin mengajaknya makan malam semi romantis. Tapi raut wajah Ayahku terlihat bersinar dengan pemahaman.

"Ah... Kau memesannya untuk makan malam bersama Krist?" tanya Pho dengan wajah penuh pemahaman,

"Uh... Iya... Sudah lama kami ingin mencoba tempat ini!" sahutku,

"Ah seleranya sungguh bagus... Aku suka pilihannya. Aku baca di majalah, mereka merekomendasikan Thai Curry untuk makanan favorit disini!"

"Aku sudah memesankan untuk kita... Tenang saja!"

Beberapa saat kemudian pelayan muncul kembali membawa beberapa piring makanan dan menatanya di atas meja. Salmon steak dengan bumbu kari khas Thailand dan Seafood Laksa yang adalah makanan pilihan Krist. Thai Beef Salad dan Gurami Kukus adalah makanan pilihanku.

Aku tak bisa makan seafood tapi Krist sangat menyukainya jadi kami memilih menu yang berbeda. Untungnya Ayahku juga sangat suka seafood itulah kenapa Krist bilang Ayah akan suka dengan makanan di sini.

"Cobalah Pho... Makanan itu makanan yang dia pesan. Selera Pho mirip dengannya jadi pasti Pho juga suka..."

"Aku sudah lama ingin makan laksa yang benar-benar enak!" katanya sambil meraih peralatan makan di depannya, terlihat tak sabar untuk mencicipi makanan yang tersaji,

"Makanlah Pho..." sahutku sambil tersenyum.

Saat kami sedang asyik makan, tiba-tiba pelayan datang sambil membawa nampan dengan sekuntum bunga mawar diatasnya. Melihat hal itu, aku tersedak hingga terbatuk-batuk, membuat Pho kaget dan mengangsurkan gelas berisi air minum untukku.

"Selamat malam... Bunga ini dipesan untuk meja ini!" sahut pelayan wanita itu sambil menyerahkan sekuntum mawar kepada kami, tapi dia bingung harus memberikan padaku atau pada Pho.

Karena aku masih berusaha memulihkan diri dari keterkejutanku dan peristiwa tersedak makanan, aku memberi isyarat padanya untuk memberikannya pada Ayahku.

Begitu pelayan itu pergi, Ayahku bertanya padaku dengan nada serius, "Kau memesan mawar untuk Krist?"

Aku benar-benar lupa akan hal ini. Rasanya aku ingin membenturkan kepalaku di meja jika tidak ada Pho yang masih menatapku dengan tatapan mata menyelidik. Kemarin saat aku membuat reservasi aku memang memesan bunga mawar untuk Krist.

Rencanaku mawar itu akan keluar saat kami hampir selesai makan dan dia akan tersenyum malu saat menerima bunga itu. Aku sangat suka melihat dia merona. Dan aku lupa membatalkan hal itu saat kami masuk ke restoran ini.

Aku melirik Pho yang masih menatapku dari sebrang meja, "Singto... Pho bertanya padamu... Apa kau memesan mawar untuk Krist?"

"Uhm... Itu... Iya Pho..." kemudian aku menambahkan, "Aku melakukannya hanya untuk menggodanya saja Pho..."

Pria di depanku seperti termangu dan berpikir sejenak, kemudian meletakkan mawar yang ada di tangannya kembali ke atas meja, di samping piringnya.

Sebelum dia menyuapkan kembali makanan ke dalam mulut, dia berkata, "Menurutku, bunga matahari lebih cocok untuk Krist!"

Aku terkejut dengan respon Pho, tapi aku tak berminat untuk membahas masalah ini lebih lanjut. Terus terang aku belum siap menghadapi pertanyaan-pertanyaan Pho tentang hubunganku dan Krist. Yang beliau tahu hanyalah aku dan Krist sangat dekat dalam konteks pekerjaan dan kami juga kini sudah menjadi teman dekat.

Mungkin lain kali aku harus mengajaknya bertemu Pho dan memperkenalkannya secara resmi.

Back to present

Aku memasukkan kunci pada pintu kamar dan membukanya secara perlahan. Ruangan itu gelap, hanya lampu kamar mandi yang menyala itu pun pintu hanya dibuka setengah.

Aku masuk ke dalam apartemen Krist dengan mengendap-endap. Sebenarnya ini adalah pertama kalinya aku menggunakan kunci duplikat yang diberikan Krist padaku sejak kami resmi berpacaran.

Terlebih di saat dia sedang tertidur pulas, jika dia terbangun apa dia akan terkejut dan mengira aku maling yang menerobos masuk ke dalam kamarnya?

Aku melepas sepatu dan kaos kaki dan menyimpannya di dekat pintu masuk. Melepas jaket yang kupakai dan meletakkannya di sofa ruang tamu, kemudian masuk ke area kamar tidur dan melihat tubuh Krist berbalut selimut di tengah tempat tidur yang luas. Dia nampak pulas dan tak terganggu, bahkan saat aku berbaring di atas tempat tidur, di sebelahnya.

Aku membelai wajahnya dan mengamatinya hanya dengan bantuan sinar bulan yang memancar masuk melalui jendela yang terbuka. Tidurnya terusik, dia bergerak-gerak dan kemudian mengangkat tangannya untuk mengucek mata. Saat matanya terbuka, dia hanya mengerjap-ngerjapkan matanya dengan lucu, mungkin tak percaya karena melihatku ada di sana.

"P'Sing... kapan kau datang? Aku tak mendengarmu masuk!" sahutnya dengan suara mengantuk,

"Baru saja... Aku tak mau tidur sendiri, jadi aku kesini!" jawabku sambil mengecup bibirnya gemas,

"Uhm... Kau mau langsung tidur?"

"Aku akan ke kamar mandi sebentar. Tidurlah lagi!" sahutku sambil membetulkan selimutnya.

Aku meninggalkan Krist sejenak untuk mencuci muka dan menggosok gigi sebelum melepas kaos dan celana yang aku pakai dan masuk ke dalam selimut Krist hanya dengan celana dalam. Aku merengkuh tubuh Krist dari belakang dan kami tertidur dengan posisi spooning.

BEHIND THE SCENE (Krist x Singto FanFiction) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang