three

1K 30 5
                                    


Bibir mungil itu berucap

Berbisik syahdu sebuah doa..

Menautkan jemari kingkih itu erat

Terlelap ia dalam sesak menyakitkan

Menjerit ia atas bungkamnya tuhan..

Mengapa miliknya selalu di rebut darinya...

•○•○•○•○•○•○•

Iris kelam itu menatap sedih kehidupan. Tubuhnya bebal sudah terkena lebam--menjadi tameng dan samsak pelampiasan. Apa dosa jiwa polos itu pada dunia?! Ia akan selalu menangis,berlari menghampiri seseorang yang menjadi penyangganya. Melampiaskan semua hingga titik akhir pertahanan-nya. Lelah ia hidup, umurnya yang masih belia terciprat kotornya dunia hingga depresi menjadi hal terakhir yang ia dapatkan.

"Tiiiinnnn!! Mikum" suara jeritan gadis terdengar-gadis itu baru berani berteriak setelah mengintip dari sela-sela pagar bercat kuning itu bahwa motor mama temannya tidak ada.

"Apaan!? Masuk sendiri ah" suara ketus itu menyahut.

"Yieee...sialan anda" balas gadis itu jengkel setengah nyengir. Baru ia ingin membuka pagar tapi gerakannya terhenti.

"Nanti aja kk mampir by!!" Ucapnya langsung kabur...

"Mau kemana kak?"Temannya itu-tina-berlari keluar rumah sambil berjinjit mendongak ke atas pagar.

"Warung-jajan" teriak gadis itu sambil berjalan sempoyongan.

'

Gadis itu berbaring malas,kerjaanya sejak kecil-jadi seorang pengidap sindrom malasitiame. Rumah kecilnya terlihat seperti kandang ayam dengan lantai berdebu dan barang berserakan. Ia,dengan mudah menyuruh adiknya membersihkan-nya. Tiba-tiba suara pekikan terdengar di depan pintu rumah dna ia kenal suara ini..

"Apa ren!?" Serunya dari dalam rumah sambil berjalan ke arah pintu.

"Di pangil kk,penting katanya" ucapnya dengan ekspresi berlebihan.

"Hemm..males" jawab gadis itu nyengir.

"Ayooo!!!penting katanya!" Dia ngotot.

"Hn..oke oke,kakak nyusul" jawab gadis itu menyebutkan dirinya sendiri pangilan kakak. Alasannya,karena ia yang paling tua.

"Mikum,apaan tin?" Sahutnya setelah masuk rumah berpagar kuning tersebut.

"Sini deh kak" pangilnya parau. Gadis itu mengerutkan dahi. "Kenapa?" Tanya-nya pelan setelah melihat tina berjongkok,membereskan sisa pecahan piring,sambil menagis. "Deekk ke kamar sono!" Teriaknya dan renata adiknya menurut.

"Kenapa?" Ulang gadis itu.

"Gue udah gak kuat lagi" ucapnya, tangisnya semakin kencang.

Kina-gadis itu salah tingkah--ia ikut berjongkok berusaha memeluk tina dengan canggung.

'Oh lord,kenapa jadi gini(T^T)' batinya  menjerit.

"G..gue bener-bener udah gk tahan lagi..hiks..hiks.."

"Emang kenapa sih?!" Tanya kina rada jengkel.

"Ih..emak gue kapan sih berubah..gue lagi sakit bukannya di urusin malah di tinggal udah gk di masakin,gk di kasih duit lagi" curhatnya pilu.

"Hn" hanya itu-tanggapan dari raut wajahnya yang berubah kelam.

"Gue mau mati aja ah,gue capek di pukul terus gk di urus" lanjut tina.

"Lu mati,kakak juga mati" pernyataan-nya setengah nyengir.

"Gue gk pernah bahagia" lirihnya.

"Buatlah bahagia, gk terlalu susah kok" kina berucap enteng--serasa pernah merasa sakit--eh,pernah deh.

Setelah itu mereka duduk di sofa saling berhadapan,bungkam dalam sunyi ruang tengah.

"Kak?" pangil tina lirih memandang iris coklat kosong di hadapanya.

"Kakak masih inget dulu,saat ayah lu di tangkep--" kina diam sebentar "dulu pas lu masih kecil teriak-teriak lari ke rumah gue dan yang gue inget sorot lampu warna merah biru ngeliat bayangan bapak lu masuk mobil sambil tangan di belakang punggung,borgol." Kembali diam menarik nafas "dan lu pake sandal kegedean terus salah warna dan tebalik,lu nangis-nagis sampe baju lu basah. Kakak gak bisa ngeluapin kejadian itu,saat malam itu"

"Dan lu tau? Dia ngelakuin itu lagi. Narkoba" ucap tina mendengus tersenyum miring.

"Untuk yang ketiga kalinya,pas pertama lu masih kecil dan di ceritain aneh-aneh sama temen mak lu"--menatap gadis beriris kelam di depannya. "Sama kayak adek lu sekarang" ia menutupnya.

"Miris njir" dengusnya.

"Sama"

Jadi kapan bapak lu pulang" timpal kina nyengir aneh.

"Sebentar lagi"


'

Beberapa hari kemudian...

"Ih gue geli pas lu nangis kemaren" ucap kina nyengir aneh.

"Jangan di ingetin njing! Lu juga lebih geli meluk gue sambil dorong-dorong pala gue lagi" balas nya jengkel sambil praktekin apa yang kina lakuin--padahal gadis mencoba mendorong pala tina yang nagis buat nyender di dadanya,seperti yang ia baca di buku novel.

"Hn..yaudah gk usah di inget" balasnya dengan wajah menahan malu tingkat akut.

Yap,harga diri mereka terlalu tinggi untuk melakukan hal seperti berpelukan dan lainya. Tak seperti sahabat bertahun-tahun lainnya,mereka selalu membantu dalam bungkam seperti yang sudah ku beritahu. Karena mereka sama tapi berbeda dan tak perlu berpelukan untuk memahami satu sama lain..cukup mengamati dan bercerita.

•○•○•○•○•○•○•

Kalian lihat,

aku menyedihkan,dan kalian senang?

Tapi aku tidak sendiri..

Dan ini bukan untuk terakhir kalinya..

Karena 'mereka' pun..

Memiliki takdir yang sama..

°My Depression°Where stories live. Discover now