four

560 25 6
                                    


Ia selalu bertopeng..

Ia pintar untuk berbohong..

Kami tau semuanya..

Tapi kami menutup mata

Masa lalunya terlalu miris...

Lebih mengerikan dari kami..

Lebih menyakitkan dari pukulan..

•○•○•○•○•○•○•

Ia biasa tersenyum lebar,memeluk satu persatu gadis di depannya. Tertawa lepas. Tapi ada kisah kelam di balik wajah cantiknya. Kisah yang akan membuat setiap orang menatapnya kasihan, termaksud kami. Di balik sikap cerianya,siapa sangka ia bertopeng. sangat tebal, terlalu tebal. Hingga kami tidak tau wajah aslinya. Siapa ia dan sifat asli gadis berwajah arab itu. Kami benar-benar tidak tau, dan berusaha tidak tau karena sebuah "embel-embel" teman.

"Jalan-jalan yuk,boseeenn" rengek gadis berwajah arab itu--bila,salsabila--sambil narik narik tangan semua temannya.

"Hn..males" jawab kina melengos di sofa nyengir aneh.

"Ayok" hentak kakinya di lantai.

"Setel lagu korea tan" itu--tina--dan langsung terlaksana. Seketika ruangan tersebut di penuhi lagu-lagu korea--huh..korea? Cowok cantik berkulit mulus dan berjoget seperti karet, gadis-gadis putih berpakaian minim. Tapi, ternyata aku suka juga(-_-).

"Eh,kkaaaaaiii suami gue!!" seketika tina langsung mengila dan ruangan kecil itu tambah ribut dengan sesi berebutan bias. "Punya gue,punya gue,dan punya gue"

'Wadaw!! Berisik!!' Jerit batin kina,keluar buat jajan. Dan apa? Suara lagunya sampe ke seberang jalan cooyy!!.

Dasar pencinta cowok cantik, horor kina membayangkan kesehatan telinga teman-temanya.

'

"Kak! ke belakang yuk main, udah lama gak main. Berapa? Tiga minggu kali yah" Tina masuk kerumah langsung pergi ke kamar yang notabenya kamar orang tuaku. Melengos masuk tanpa permisi. Songong! Muka ku langsung asem. Tapi,aku pun sama-sama lancang di rumahnya. Terlalu menganggap rumah sendiri.

"Kak tau gk?" Ucap tina menghampiriku yang duduk di atas kasur empuk.

"Gak, emang kenapa?" Tanya ku.

"Lu harus hati-hati nyimpen uang kalaua main ke belakang" lanjutnya.

"Kenapa?" Lagi,aku tanya kenapa.

"Kemarin renata kehilangan uang sepuluh ribu" ralat--Renata dan renata adalah dua orang yang berbeda. Satu adik tina, masih kecil dan satu adik tania udah kelas satu Smp.

"Terus?"

"Bila ngambil" ucap tina serius banget.

"Tau dari mana?"

"Ih..kan renata naro uang di atas mesin cuci..gak ada siapa-siapa tuh. Terus bila dateng..gue sama tania renata di dalem kamar. Pas renata mau ngambil uang eh,uangnya dah ilang. Terus pas kita keluar rumah bila bilang "tuh,aku di kasih sepuluh ribu dong sama mama aku". Lu tau sendiri mamanya pelit sama uang."

"Bukan bila kali" aku ngentengin.

"Ah lu,kayak gk tau bila aja..orang ini bukan pertama kalinya juga..uang tania sama vania aja ilang! Ngerti gk nasiii..."

"Oh, gue aja kalau ngeliat uang tania nyebar gue tahan buat embat..bila, imannya kurang" komentarku meringis.

"Lu taukan sikapnya?"

"....

Aku diam mengigat setiap kelakuan satu temanku itu.

Kami datang berjalan pelan dari ujung gang. Mereka melambaikan tangan, langkah kami semakin cepat. Aku menatapnya,satu-satunya gadis berkerudung lebar berjalan ke arahku merentangkan tangan. Senyumnya lebar sampai matanya menyipit. Aku membalas pelukannya,meremas badan yang lebih pendek dariku. Pendek banget!.

Kami main seperti biasa sampai sore bila pulang. Aku duduk di jalan sama renatot--pangilannya--aku diam dan dia tiba-tiba bicara " kak,kan bila pernah bilang dia males banget sama kakak." Aku termenung. Tapi, sikapnya tidak pernah seperti isi hatinya. Aku sedikit tersenyum miring sambil mendengus. Ia, pemarah, pencemburu, dan fikiranya terlalu dewasa tatapi labil. Tapi teringat suatu hal yang merubahnya seperti itu, aku maklum.

"Ya" jawabku.

Semakin sore dan kami berpamitan pulang.

"Kak, kan bila pernah bilang dia pengen kabur. Terus gue kasih saran buat di temenan sama anak nakal biar ada tumpangan" tina bicara.

"Eh,saran lu jelek banget!" Ucapku jengkel.

"Tapi maugimana lagi, kalau dia gak kuat?!"

"Hn,jangan ngikutin lu dah." Tina kabur,beberapa hari yang lalu...sungguh keluarganya lagi runyam.

"Tapi lu tau kan, kalau di terus-terusan di sana dia bakal,bisa gila..nanti kalau ke ulang lagi sama om nya gimana" seru tina.

"Di lecehin?" Jawabku ringan.

"Lu mau ngeliat perutnya ngebelendung!?"

"Ya gak lah" jawabku cepat.

"Gue takut, gak sekali dia di lecehin." Ucap tina.

"Hn..udah keterlaluan di lecehinnya" aku berucap dengan wajah jijik-untuk om bila--pria bejat.

"Dia juga gk bisa bilang abah--ayahnya--soalnya omnya dari keluarga mamanya..bisa cerai nanti"

"Emang ceritanya bener?" Tanyaku.

"Lu gak percaya?!" Tanya tina kesel ngeliatin aku

"Dia, suka bohong tin..tapi setelah liat sikapnya mungkin ceritanya bener, gue susah percaya karena dia ketebelan topengnya" balas ku.

"Gue tau,tapi dia bilang sambil nagis-nagis" tambah tina.

"Haaahh...semua di mulai saat ia main sama 'begitu'" ucapku pasrah. "Kita cuma bisa berdoa"


"Ya, gue tau..tau banget"

•○•○•○•○•○•

Satu lagi gadis tersakiti...

Yang hidupnya di permainkan takdir..

Dan siksanya yang terlalu berat

Ia terluka,tersakiti..

Dan setelah itu,takdir tetap..

Mempermainkan-nya..

°My Depression°Where stories live. Discover now