DEAL (?) [52]

4.5K 411 85
                                    

Hello guys, gue update lagi nih. Gue cukup seneng sama respon kalian kemarin, yang jarinya selalu vote dan komen cerita ini mana hayo? Kalian moodboster gue banget. Btw, banyak yang bilang kak kok gantung sih, kalian harus tau... ngegantungin cerita dan bikin hati pembaca berdebar-debar itu hobi gue banget hahaha. Pantes aja gue dapet karma suka digantungin doi hahaha. Oke banyakin komennya, yang gokil yang unik lalu gue bakal cepetan update egen. Selamat membaca sayang.

Aku cukup tau, Tuhan punya 1001 cara untuk membuat hambanya bahagia. Lalu aku tidak punya alasan untuk membenci Tuhan-ku.~ Alexandra Colins.

5 tahun kemudian...

Kota New York memasuki musim dingin, salju sudah turun sejak tiga hari yang lalu. Dinginnya mampu menusuk tulang walau sudah memakai mantel tebal, beberapa orang memilih duduk diam di depan perapian. Tidak dengan gadis berjilbab hitam yang tengah duduk diam di taman, menikmati dinginnya salju hari itu. Banyak hal yang berputar dalam otaknya, banyak hal yang mengusik pikirannya. Kebimbangan untuk mengambil sebuah keputusan.

Gadis itu mulai bangkit, berjalan dengan pandangan kosong. Kebimbangan sejak dua hari lalu, perasaan yang terasa tidak nyaman. Ada hal yang terasa janggal, ada hal yang membuat batinnya gelisah.

Ponselnya berdering, membuat gadis berjilbab itu sedikit tersentak. Sebuah pesan singkat terlihat dari layar ponselnya.

'Kali ini darurat, tolong pulang segera. Keadaannya semakin kritis, sebelum kamu benar-benar menyesal.'

Gadis itu berlari dengan cepat, ia telah mengambil keputusan kilat. Ia harus kembali.

Maka di sinilah dia, di sebuah bandara internasional dengan koper di tangannya. Sudah sejak lama ia pergi, rasanya udara di negara ini begitu menenangkan daripada di New York.

Seorang pria berkemeja datang menghampirinya. Mengambil alih koper miliknya, lalu tersenyum manis sekadar menyambut atas kembalinya gadis itu.

"Kita ke rumah sakit segera." pria itu membimbing gadis berjilbab itu ke arah mobilnya.

"Bagaimana keadaanmu?" pria itu membuka suara setelah sekian lama hening di dalam mobil.

"Baik." gadis itu menjawab dengan singkat.

"Aku turut senang dengan wisudamu." pria itu tersenyum canggung.

"Terimakasih."

Pria itu tak lagi bersuara, memilih fokus menyetir. Lagipula, gadis di sampingnya juga terlihat tak ingin banyak bicara. Gadis lima tahun lalu, kini menjadi beku.

Gadis itu segera turun, saat mobil hitam yang tumpanginya sudah terparkir sempurna. Matanya menatap nanar gedung dihadapannya yang tampak menjulang tinggi, dirinya menarik nafas dalam sebelum masuk ke gedung itu.

Langkah yang mantap dan pasti. Beberapa orang tampak melongo, mensyukuri nikmat Tuhan yang ada pada paras gadis itu.

"Kamu sudah sampai?" pria paruh baya menatap gadis berjilbab itu dengan sorot haru. Tanpa menunggu lama, pria itu memeluk gadis berjilbab dengan perasaan rindu yang mendalam. "Kamu baik-baik saja, Nak?"

"Baik, sangat baik." gadis itu tak berniat membalas pelukan, namun matanya berair. Seolah mengungkapkan bahwa ia juga memiliki sejuta perasaan rindu.

"Lama sekali. Maafin Papa yang egois, maafin Papa yang gak pernah perduli dengan apa yang kamu rasakan. Maafin Papa," sesal pria paruh baya itu.

Gadis itu mengurai pelukan, mengusap sudut matanya. "Tidak ada yang perlu dimaafkan."

Pria paruh baya itu tersenyum kecil. "Kamu berhijab sekarang?"

DEAL (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang