Menuju Last Part (3)

180 8 0
                                    

"Dimana mamah?"

Andre dan Helin sama-sama menikmati pesta gemerlap ini, di dalam gedung mewah ini banyaknya pelayan berbagai makanan menyambut sang tamu dengan membawa nampan makanan atau hanya sekedar minuman dengan berkali-kali bolak balik.

"Dijemput papah. Paling juga lagi dijalan." Jawab Helin.

"Hebat ya, tamu sudah ramai tapi yang ulang tahun belum juga datang." Andre manggut-manggut takjub.

Helin yang niat awal ingin memakai gaun, kini menjadi urung ketika melihat pantulan di cermin yang tidak cocok untuknya. Gaun apapun, semua gaun di lemarinya, yang biasanya cocok-cocok saja, jadi terlihat awkward karna bulatan besar di perutnya. Bahkan, Andre dengan pedulinya sampai mendatangkan desainer untuk Helin, tapi tetap saja ia merasa tidak nyaman.

"Percayalah, pakai sepatu dengan hak tinggi seperti itu, terlalu beresiko untuk kamu saat ini."

Helin menoleh, setelah yakin bahwa suara yang berasal dari belakang punggungnya itu adalah suara Sisil. Dan benar, kakak yang ia rindukan itu sudah ada di dekatnya dan menatapnya lembut. Sisil datang bersama Edward.

"Sudah lama kita gak ketemu ya kak." Helin memeluk Sisil, dan Sisil menyambutnya hangat.

"Bagus untukmu. Kamu jadi jarang bertemu dengan nenek sihir seperti ku." Ucapnya lirih, dan Sisil mencoba tersenyum.

Helin memanas, candaan Sisil kali ini entah kenapa membuatnya ingin menangis. Tiba-tiba terasa sesak.

Sisil menatap pedih, ketika Helin mulai menangis. Ia mengelus rambut Helin dan memeluknya erat. "Kakak sadar. Kita berada di perahu yang sama. Bukan cuma kakak yang menderita karna papah, tapi kamu juga." Bisik Sisil pelan, dan sialnya Andre dan Edward masih mendengarnya.

Sisil melepas pelukannya dan menatap Helin, ia tersenyum dan mengelus bahu Helin. "Sudahlah, ini harus jadi moment yang menyenangkan." Ujar Sisil.

Sisil tertawa pelan, ia langsung pergi bergabung pada tamu-tamu lainnya dan Helin yang masih diam saja hanya  dapat melihat punggung Sisil yang sebentar lagi akan hilang di tengah lautan manusia. "Kakak..." lirih Helin.

Andre mengelus bahu Helin dan menariknya dalam pelukannya, hingga perhatian Helin teralih dari Sisil. Tanpa kata Andre mengelusnya dengan lembut.

"Aku tau dari awal, dia kakak yang baik, Andre." Helin mengatur nafasnya, kenapa ia begitu sesenggukannya?... kenapa ia tidak bisa tampak tegar seperti Sisil?

*****

"Kita mau kemana, pah?"

"Kenapa kita bisa bangkrut, pah?"

"Kita harus kabarin Andre sama Helin dulu."

Mr. Klieson mengangkat koper-koper besar ke bagasi sedangkan istrinya bergerak panik dengan mata berkaca-kaca. Ya.. dengan kejahilan yang terpendam dibalik sifat misteriusnya selama ini, saat ini Mr. Klieson tengah menjahili istrinya dengan membawa istrinya menggunakan alibi kebangkrutan dengan tempo mendadak. Tentu saja, istrinya kalut dalam emosi.

"Kita cari tempat tinggal baru dulu, nanti baru hubungin Andre dan Helin." Tegas Mr. Klieson sambil menutup bagasinya. "Kyra, ayo masuk mobil."

Mr. Klieson berjalan ke arah samping mobil, membuka pintu mobilnya, namun sebelum masuk ia menoleh ke arah istrinya yang masih ada dekat bagasi sambil menahan isakannya. "Kyra!!" Panggil Mr. Klieson penuh penekanan.

*****

Vodka mengalir sempurna di tenggorokan Mr. Alex, menciptakan rasa pahit yang khas hingga ia mengernyitkan dahinya.

"Kenapa? Minumanmu berbeda, Alex? Disini tidak ada yang berwarna kuning  tembaga seperti itu." Bingung Cassandra.

Cassandra sedari tadi memperhatikan pelayan minuman yang sedari tadi bolak-balik di hadapannya tapi tidak ada yang berwarna sama dengan isi di dalam gelas yang Mr. Alex pegang.

"Yang sepertimu sudah habis ya?" Tanyanya penasaran. "Aku juga mau yang seperti itu." Lanjutnya kemudian.

Mr. Alex berdehem dan terkekeh pelan. "Aku sudah memesan khusus minuman ini hanya untuk aku sebelumnya pada Klieson. Hanya untukku." Tekan Mr. Alex tersenyum-senyum samar.

Cassandra mengangguk, pantas saja. "Alex, kau terlihat mulai mabuk." Cassandra mulai panik sendiri melihat gelagat Alex yang tak wajar.

"Aku tidak pernah mabuk, minuman sialan ini tidak akan menguasai pikirannku. Jika mau, nanti aku ambilkan. Tapi sekarang aku ingin berbicara pada mantan istriku." Mr. Alex tersenyum gila lalu menunjuk ke tengah kerumunan manusia, tidak.. tepatnya menunjuk mamahnya Sisil.

Cassandra menggeleng. "Tidak.. tidak, jangan. Kau sedang seperti ini.. pikirannmu sedang tidak waras." Cassandra menahan Mr. Alex. "Minuman sialan ini!" Kesal Cassandra. Ia mengambil minuman dari tangan Mr Alex dan menaruh gelas itu ke pelayan yang kebetulan lewat... dan, sang pelayan membawanya pergi.

"Percayalah padaku." Ujarnya singkat dan Cassandra hanya menggeleng ragu.

Cassandra menurunkan bahunya lemas. "Baiklah." Ujarnya kemudian.

*****

"Ini dimana.. e- itu kopernya gak dibawa!" Sergah Nyonya Kyra ketika suaminya ingin masuk begitu saja ke dalam gedung ini.

"Itu belakangan, sekarang masuk dulu." Ujarnya tegas  dan serius.

Nyonya Kyra langsung mengekori suaminya yang telah lebih dulu masuk, dan ketika ia masuk betapa terkejutnya ia melihat banyaknya orang dengan gaun pesta disini.

"Kyra, jangan diam disitu... masuk!"

Nyonya Kyra tertegun, kakinya mendadak tak bergerak... matanya yang sembab semakin gusar ketika semua mata kini menatap dirinya... Kyra tak mengenal orang-orang ini.

"Hey, Mah."

Kyra menoleh, ia melihat Andre dan Helin, ia salah. Tidak semua ia tidak kenal, kenyataanya anak dan mantunya ada disini.

Bukan hanya Gaun, tapi banyaknya Jas yang dikenakan oleh laki-laki semakin membuat formal acara ini.

"HAPPY BIRTHDAY... HAPPY BIRTHDAY!"

"HAPPY BIRTHDAY, NYONYA BESAR!"

"SELAMAT ULANG TAHUN!"

Nyonya Kyra mengernyikan dahinya, semua orang berseru tentang ucapan ulang tahun pada dirinya dengan bersaut-sautan. Ia memalingkan perhatiannya ke suaminya, dan suaminya tersenyum ke arah dirinya.

Benarkah? Suaminya yang melakukan ini?

Mr. Klieson menghampiri istrinya yang tadinya ada di belakangnya lalu memeluknya erat... dan tindakan itu sukses membuat riuh suasana.

"Sudah lama aku gak meluk kamu kaya gini." Bisiknya pelan.

Nyonya Kyra membalas pelukannya. "Terimakasih..." ucapnya haru, ia hampir menangis lagi saat ini juga.

Kyra menarik nafas dalam-dalam. "Tapi... ulang tahun aku sudah lewat beberapa bulan yang lalu." Ujarnya geli sendiri.

Mr. Klieson terkekeh pelan. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada istrinya.


"Kata Andre, lebih baik telat daripada tidak sama sekali."






A/N

Vote yyy

MAWAR [COMPLETE]Where stories live. Discover now