×

22 4 4
                                    

Johnny mengerenyit saat niat untuk menyapa tetangga barunya itu luntur begitu saja, Calum lewat di depannya dengan topi jaket hoodie yang menutup hampir seluruh wajahnya, melirik kesal padanya sekilas dan berlalu.

"Tidak sopan sekali pada orang yang lebih tua."

Johnny menggelengkan kepalanya sembari menutup pintu, berusaha berpikir mungkin Calum sedang terburu-buru, walau ia tak tampak sedang terburu-buru sama sekali.

Langkahnya terhenti sesaat ia teringat sesuatu, lalu menatap pintu kamar Calum lama, kemudian melangkah pelan mendekat pada pintunya.

Kamar sebelah kanan Johnny itu kosong, sama halnya dengan kamar sebelah kiri Calum yang juga kosong,

Johnny yakin semalam mendengar suara riang anak kecil, yang satu-satunya kemungkinan berasal dari kamar Calum, ia juga mendengar suara orang dewasa seperti menyuruh anak itu untuk tidur.

Ia menggelengkan kepalanya keras untuk yang kedua kali, tidak mungkin Calum meninggalkan seorang anak kecil sendirian di apartemennya, atau mungkin ia dititipkan lalu pagi-pagi sekali orang tuanya menjemput anaknya dari Calum?

Johnny menghela napas, merasa bodoh sendiri sudah memikirkan urusan orang lain terlalu dalam.

Mau tak mau rasa heran masih menghantui pikirannya selama perjalanan menuju kantornya dan selama ia bekerja.

Seperti, bagaimana bisa ia tak mendengar apapun saat anak kecil di kamar Calum itu datang? Karena pengalamannya dengan tetangga-tetangganya yang lain sebelumnya, hal apapun pasti bisa ia dengar karena tembok yang tipis.

"Ugh kenapa ini sangat menggangguku."

Johnny mengusak rambutnya pelan, kernyitan di keningnya seketika hilang saat melihat teman kerja sekantornya membawa balitanya.

"Haii,"

Sapanya ceria yang dibalas senyum lebar oleh bayi bersurai cokelat terang itu.

"Johnny, boleh kutitip sebentar padamu? Sebelum aku antar dia ke playgroup."

Wanita itu meminta dengan suara pelan merasa tak enak, namun disambut dengan senang hati olehnya sambil merentangkan kedua tangannya, menggendong bayi laki-laki itu.

"Tidak masalah! Aku malah senang."

Johnny terkekeh saat kedua lengan kecil melingkar di lehernya, temannya ikut tertawa lalu menepuk bahu Johnny pelan,

"Kau cepat cari istri dong."

Johnny tertawa pahit sambil mengangguk pelan.

...

Langkah Johnny terhenti saat mendapati seorang anak laki-laki berumur sekitar 6 tahun, tak jauh dari gedung apartemen tempat tinggalnya, menangis sambil memanggil-manggil ayahnya.

"Hey adik kecil, ada apa? Kenapa menangis?"

Tanyanya lembut sembari berlutut, ia tak bisa melihat wajah anak itu dengan jelas karena dia terus menutup mata dengan lengannya.

Anak itu berhenti menangis, namun seketika berlari kencang menjauh, hingga Johnny yang posisinya sangat dekat dengan anak itu sedikit terhuyung ke belakang karena terkejut dengan pergerakan yang mendadak.

"Ada-ada saja sih." Gerutu Johnny bercampur bingung, sambil mengusap celana bagian belakangnya yang terkena debu lalu kembali melangkah memasuki gedung.

Johnny menyipitkan matanya melihat seorang yang ia temui tadi pagi, masih dengan hoodie hitamnya, berdiri di depan pintu apartemennya, yang membuatnya lebih terkejut adalah pintunya terbuka setengah.

"Hei sedang apa kau?!"

•••


Jadi ini setiap chap mungkin akan ganti2an gitu

imaginationWhere stories live. Discover now