×

16 3 9
                                    

"Menjengkelkan sekali, kalau saja aku bukan orang baik-baik sudah kupukuli dia hingga babak belur!"

Gerutu Johnny sembari menarik kasar dasinya, membuka kancing kemejanya terburu-buru karena sudah tak tahan seharian memakai baju kotor.

Setidaknya mandi air hangat membuat pikirannya lebih rileks namun suasana hatinya belum sepenuhnya baik ketika ia masih harus terduduk dengan laptop di pangkuannya daripada beristirahat.

Setengah pekerjaannya selesai, Johnny kembali terlarut oleh pikiran bahwa tidak seharusnya ia melakukan ini, membuat kepalan erat tangannya Johnny layangkan pada sofa yang tengah ia duduki, kemudian mengerang keras.

Kenapa tidak ia pukul saja Hendery, paling tidak sekali di rahangnya, pikir Johnny kesal, kadang ia terlalu baik hingga mengomel saja sedikit.

Johnny membayangkan jika ia memukuli Hendery dulu pasti ia tak akan masih sekesal ini.

Teman kerjanya pun sudah terlalu ketakutan ia akan membuat keributan, walaupun mereka hanya tidak mau Hendery berakhir masuk Unit Gawat Darurat ketika sebagian besar dari mereka tahu betul seberapa besar tenaga Johnny yang bisa ia keluarkan.

Kepalanya terkantuk ujung layar laptop menahan kantuk yang menjalar, samar-samar ia mendengar suara yang membuat dadanya nyeri.

"Berhenti... tolong,"

"Aku minta maaf..!"

"Tolong berhenti..."

"Sakit!"

Dibukanya paksa matanya demi mencerna apa yang baru saja ia dengar, bukankah itu berasal dari apartemen Calum? Apa dia baik-baik saja?!

Pikirnya lalu beranjak berdiri sebelum menepikan laptop dari pangkuannya.

Ia bertambah kalut ketika pintu apartemennya terbuka dan suara itu semakin jelas dan nyata, membuatnya menggedor pintu tetangganya itu bahkan tanpa tahu jam berapa sekarang.

Pintu terbuka perlahan menampilkan Calum dengan mata yang memerah sama merahnya dengan mata Johnny, keduanya sama-sama kelelahan.

"Apa kau baik-baik saja?!"

Calum menatap Johnny heran namun tak berniat menanyakan kenapa, dan memilih menjawab seadanya bahwa dirinya baik-baik saja.

"Aku mendengar seperti orang bertengkar dari arah kamarmu, ku pikir kau dipukuli atau bagaimana." Jelas Johnny tak enak.

"Hah?" Calum semakin bingung, seketika panik mendengar Johnny berteriak keras sambil menunjuk arah belakangnya.

"HUAAAAAA!!!"

Johnny jatuh tersungkur kebelakang, kakinya terus mendorong tubuhnya mundur dengan satu tangan masih melayang ke atas, menunjuk sesosok pria tinggi besar yang dilihatnya berada tak jauh di belakang Calum, menunjukkan ekspresi marah dengan seorang pria lain di tangannya tercekik lemas dan wajah penuh lebam.

Giliran Calum menanyakan apa Johnny baik-baik saja.

"Ada apa?! Jangan membuatku takut!"

Geram Calum lalu berbalik mencari apa yang Johnny tunjuk, namun tak menemukan apapun.

Calum berlutut kemudian menarik pergelangan tangan Johnny membantunya kembali berdiri, wajahnya pucat pasi.

Johnny mengucek matanya berkali-kali kemudian melihat kembali ruangan apartemen Calum yang terlihat normal-normal saja, tak ada tanda-tanda keberadaan orang lain di sana.

"M-mungkin aku hanya terlalu lelah saja. Maaf mengganggumu malam-malam."

Ucapnya, tangannya mengusap lengan kanannya dengan kepala tertunduk dalam.

"Tidak apa-apa." Jawab Calum singkat, sudah terlalu lelah untuk berargumen atau bertanya lebih detail ada apa sebenarnya.

Begitu kembali ke tempatnya, Johnny mematikan laptop dan menghubungi bosnya bahwa ia tidak bisa masuk besok, mau diperbolehkan atau tidak ia tak peduli, kepalanya sudah terlalu sakit.

Mengira bahwa ia akan tidur pulas hingga besok siang, Johnny terbangun berkali-kali karena mimpi buruk yang sama, terulang-ulang seakan melarangnya tidur.

...

Wajah pucat dan lingkaran hitam di bawah matanya sudah dapat membuat orang menilai bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja.

Johnny melangkahkan kakinya sambil mengeratkan jaket di tubuhnya, di pagi hari waktunya ia berangkat kerja namun sekarang ia berniat hanya berjalan-jalan sebentar menghirup udara segar, merasa kejadian semalam terjadi karena ia terlalu stress.

"Pagi."

Johnny tak menjawab sapaan Calum, hanya mengangguk sambil tersenyum mengundang kernyitan pada dahi Calum.

"Apa sekarang kau akan pergi ke pasar?"

Tanya Calum, matanya menatap pakaian tak biasa Johnny membuatnya terkekeh,

"Tidak, tapi tidak pergi kerja juga. Hanya mencari udara segar, kejadian semalam membuat kepalaku sangat sakit."

"Mau bercerita? Jujur aku sangat penasaran dan bingung ada apa. Dan apa kau suka kopi? Kita bisa mengobrol di cafe tempatku bekerja."

...

Johnny memilih tak menceritakan secara rinci tentang apa yang ia lihat, ia tak mau membuat Calum takut sekaligus Johnny masih tak yakin apa yang dilihatnya nyata dan bukan halusinasinya.

"Dan semalam aku terbangun berkali-kali karena mimpi buruk yang sama, padahal kalau dipikir hanya mimpi seperti itu,"

Jelas Johnny kemudian kembali menyeruput kopinya, Calum meminta untuk ia menceritakan seperti apa mimpinya.

"Di mimpiku, ada seekor burung merpati yang dililit ular. Terlihat jelas dibenakku karena mimpinya terulang-ulang."

•••

astaga payahnya....
Ini dan chapter2 sebelumnya gue ketik dari jam 11 sampe 2 malem lmao karena ga bisa tidur dan takut kehilangan ide /sekaligus ketakutan beneran

imaginationWhere stories live. Discover now