×

20 3 7
                                    

Tangannya masih menggenggam gagang pel-an, menatap seluruh penjuru ruangan yang ramai namun tenang, memastikan lantainya tidak terlalu kotor.

Genggamannya seketika mengerat saat matanya bertemu pandang dengan seorang wanita berambut bergelombang yang tak asing dimatanya di antara banyak orang, Calum mengusap matanya lalu menatap kembali pada wanita dengan wajah setengah tengkorak tadi yang nyatanya tidak ada.

"Hey."

Tubuh Calum berjengit kaget, menatap sekitarnya mencari siapa yang memanggilnya, namum nihil, semua sibuk dengan urusan masing-masing.

"Hey... Calum..."

Calum menatap sinis teman kerjanya yang tengah mengelap gelas kaca tepat di sebelahnya.

"Bri, aku bersumpah itu tidak lucu sama sekali." Ujar Calum dingin.

Gadis itu mengangkat kepalanya sambil mengangkat satu alis bingung menatap Calum.

"Apa?" Tanyanya sama sekali tak mengerti.

"Jangan pura-pura tak tahu, kau terus berbisik memanggil-manggilku kan? Dan itu tidak lucu."

"Bicara apa sih? Aku sama sekali tidak memanggil-manggilmu, untuk apa juga, percaya diri sekali."

Calum memutar bola matanya kemudian mendengus, rasa takut membuatnya ingin terus menyalahkan orang.

...

"Calum,"

"Kau ingin,"

"Mengenalkukan?"

"Menyentuhku?"

"Jangan hanya..."

"Berimajinasi."

"Aku ada di kamar apartemen sebelah."

"What the hell!" Calum memekik tertahan kemudian menutup telinganya dengan telapak tangan.

Matanya menatap sekitarannya yang sepi, semua terbalut cahaya jingga dari matahari yang mulai terbenam, membuat perasaan Calum makin tak nyaman.

Dipasangnya earphone lalu menyetel lagu keras-keras, digenggamnya erat tali ransel sembari mempercepat langkah kakinya menuju gedung apartemen.

...

Calum menyesal tidak menanyakan kontak Johnny, karena jika ia memiliki kontaknya, ia bisa menanyakan apa Johnny sudah pulang atau belum, jadi ia bisa bermain gitar dengan leluasa.

Walau jauh di lubuk hatinya bukan karena itu, Calum hanya ketakutan.

Suara nyaring berasal dari gitar memenuhi ruangan tak begitu besar itu, membuat Calum melupakan segala keresahannya dan menyalurkan pada benda kesayangannya.

Rasa bosan menghampiri tapi ia tetap ingin ada suara nyata yang menemaninya, ia rasa Johnny belum pulang kerja juga.

Diambilnya ponsel dari nakas dan menghubungi kakak perempuannya,

"Halo? Caluum."

"Calum..."

"AAAHH!!"

Calum melempar ponselnya asal begitu panggilan telfon pada kakaknya sudah tersambung,

Ia berusaha mengatur napasnya, keheningan menghampiri hingga samar-samar ia mendengar suara kakaknya yang masih terhubung dari ponselnya.

Dengan tangan bergetar diraihnya ponsel yang terbaring di lantai, ujung layarnya retak akibat bantingan tadi.

"Halo? Calum? Kau baik-bajk saja?! Hei jawab aku!"

"Uhh ya a-aku baik-baik saja kak, tadii... hanya ada hal yang mengagetkan sedikit tapi tak apa."

Pandangannya masih menatap was-was ke segala arah, tak lama menjadi lebih tenang mendengar suara sang kakak.

Tidak ada hal aneh setelahnya, namun tidak berlangsung sangat lama.

Baru saja Calum menaikkan selimut hingga ke dagunya, lelah luar biasa lebih terasa hari ini, namun sebuah gedoran di pintu depan melarangnya tidur.

•••

😔

imaginationDonde viven las historias. Descúbrelo ahora