pak Gilbar 🙄

2.3K 146 11
                                    

"Apa, Bar? Kamu ngomongin apa sama Zahira?" tanya Fathur tidak percaya setelah mendengar curhatan Gilbar.

"Dari tadi aku cerita kamu ngga dengerin ya?" keluh Gilbar.
Bukannya tidak mendengarkan. Fathur hanya tidak habis pikir dengan kelakuan temannya ini.

"Selain Borobudur sama negeri Saba kamu ngomongin apa lagi sama Zahira?" Selidik Fathur.

"Hmm apa ya?" Kenang Gilbar. "Qur'an dan Hadits."

"Tentang jodoh dan pernikahan?"

"Yo ngga lah, kok ndak masuk tema!" tegas Gilbar dengan pedenya tanpa tahu Fathur sedang kesal.

"Selain sejarah, ngobrolin apa kalian?"

"Ngga ada. Tapi seru banget lho, aku bisa diskusi sama Zahira, dia nanya-nanya aku, dia nanggepin omonganku, senyum ke aku, pegang-pegang HP-ku." Kenang Gilbar bungah.

Kontras dengan Fathur yang memasang raut wajah masam Bagaimana mungkin di usia 25 tahun Gilbar baru jatuh cinta, tapi malah kembali seperti ABG.

"Tanganmu juga dipegang?" Serang Fathur.

"Ya ngga lah, Tur. Bukan mahramnya, eh belum." Tukas Gilbar pede.

"Apalagi, Tur waktu Zahira manggil aku buat nanya sesuatu, suaranya itu lho, suara surga,"

"Manggil gimana? Sayang?"

"Ngawur kamu! Ya Pak lah! kaya biasa."

'Terus di mana sepesialnya, Gilbar! Semua mahasiswa yang kamu ajar manggil kamu juga Pak!' pekik Fathur dalam hati. Tidak ada lagi yang bisa ia katakan bahkan pikirkan selain berharap Gilbar sadar.

"Menurutmu kalau Zahira ketemu aku dia bakal senyum atau merengut?" Tembak Fathur.

"Ya senyum lah, Zahira itu kan ramah plus baik." Jawab Gilbar spontan.

"Jadi kemungkinan besar, Zahira itu ramah kan sama semua orang?"

"Iya, emang kenapa?" tanya Gilbar polos.

Kepolosan Gilbar membuat Fathur makin naik darah.

'Ya Allah, kenapa kau ambil kecerdasan Gilbar?' keluh Fathur tertahan di hati.
"Terus, kamu dapet apa?" tanya Fathur.

Gilbar mengernyit. Tidak mengerti maksud Fathur. Dapat apa? Kalau benda, sih tidak. Tapi kalau rasa bahagia, iya.

"Kamu dapet nomor WA-nya?

Gilbar menggeleng cepat. "Engga!"

"Dikasih tahu alamat rumahnya?"

"Dapet kode kamu pria idamannya bukan?"

"Hobinya?"

"Makanan kesukaan?"
Pertanyaan cepat dari Fathur, dengan cepat juga Gilbar menggeleng, dan hanya keluar sepatah kata: TIDAK!

"Tahu nama bapak ibuk-nya?"

"Buat apa?"

"Ijab Qabul!" seru Fathur, tapi Gilbar menganggapnya sebagai candaan.

"Masih lama itu."

"Terus personal life-nya Zahira yang kamu tau apa?" Tekan Fathur.

"Dari obrolanku kemarin, aku rasa Zahira tertarik banget sama sejarah."

Allahuakbar! Fathur membatin pelan. Ternyata cinta memang tidak pakai logika. Lebih tepatnya bisa membunuh akal sehat. Tapi pengalamannya dulu sama Lesty tidak begini-begini amat seperti Gilbar.

mencarimu lewat ISTIKHARAH menemukanmu dalam DHUHA (SEASON1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang