ISTIKHARAH ³ (ZAA)🦋🦋

2K 136 3
                                    

Zahira merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, mengatur nafas, lalu memejamkan mata. Namun yang terlintas hanya bayangan Gilbar dan semua yang ia katakan.

"Kalau boleh saya mau lamar kamu."

Seketika Zahira mengerutkan kening menatap langit-langit.
"Nikah?" gumamnya.

Tidak pernah terpikir sebelumnya, hal ini akan terjadi. Menikah? Pasti suatu saat nanti Zahira akan menikah. Ia sama seperti gadis lain di luar sana yang mengimpikan seorang imam sempurna, tampan rupa dan akhlaknya, dibacakan surah AR-RAHMAN, oh indahnya.
Tapi nikah muda, tidak ada di daftar tersebut. Karena seperti kebanyakan jomblo kuliahan bahagia fisabilillah lainnya, Zahira berangan-angan ingin ialiah lebih dulu, kerja, kalau bisa sampai S2, baru kalau sudah ketemu jodohnya menikah. Karena soal jodoh, Zahira yakin akan datang di saat yang tepat, dan orang yang tepat pula, tidak akan tertukar. Innaka la tuhlifulmi'ad. Sesungguhnya Allah tidak mungkin mengingkari janjinya.

Tapi apa harus sekarang, saat ia baru masuk semester 2?
Zahira jadi ingat, Gilbar mau menunggunya sampai lulus kuliah. Apa harus Gilbar? Dosennya? Ya meskipun baru asisten, tapi tetap saja kan pernah mengajarnya.

Di sela-sela kebingungannya, Zahira tiba-tiba mendapat chat dari nomor yang tidak ada di kontaknya.

+62 8xxxxxxxxxx
Online

Istikharah aja dulu 😊😊

Zahira lagi-lagi mengernyit sambil memandang layar ponsel yang menampilkan chat WhatsApp. Penasaran dengan pengirim pesan misterius ini. Dalam bio tersebut tertulis nama, Gilbar M. Ibrahim. Sudah tidak perlu lagi dijelaskan siapa orangnya.
Zahira langsung mematikan layar ponselnya, lalu melemparkannya di kasur. Untungnya tidak jatuh.

"Astaghfirullahaladzim!" Zahira beristighfar panjang, tangannya  tertangkup di wajah, dan tumitnya menghentak  kasur. Untuk pertama kalinya Zahira selebay ini menghadapi satu chat dari laki-laki.

Ya..dirimu yang sebenarnya adalah ketika tidak ada yang melihatmu. Kata Ali Bin Abi Thalib.

Tapi setidaknya chat itu cukup membatu. Benar juga, daripada pusing sendiri tidak karuan, mending Zahira curhat ke tuhan, melanjutkan istikharahnya kemarin yang tak beralasan.

Mengenai Gilbar dapat nomornya dari mana? Bagaimana bisa Gilbar mengirim chat saat ia sedang bingung-bingungnya, Zahira abai perihal itu.


🚲🚲🚲


Gilbar mendapat nomor Zahira karena ia masuk grup beberapa kelas, salah satunya adalah kelas Zahira. Gilbar sudah  menduga Zahira akan sangat galau memikirkan lamarannya, oleh karenanya, Gilbar dengan berani mengingatkan Zahira untuk salat istikharah. Ia yakin tidak ada Jawaban paling meyakinkan daripada yang didapat dari istikharah.


🚲🚲🚲


"Sejak kapan kamu suka ikut pengajian?" tanya Zahira pada Septi dengan ekspresi wajah heran.
Sekarang keduanya berada dalam bus kota di perjalanan menuju masjid tempat akan diadakan pengajian yang diisi oleh seorang Ustadzah terkenal.

Zahira tidak akan ada di sini  jika Septi tidak datang tiba-tiba ke rumahnya. Setidaknya Septi datang lebih awal sebelum pengajian dimulai jam 10 nanti. Jadi, Zahira masih sempat bersiap, dan kini mereka naik bus kota untuk ke sana.

mencarimu lewat ISTIKHARAH menemukanmu dalam DHUHA (SEASON1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang