Enam Belas

82.7K 4.6K 47
                                    

Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka sampai dengan selamat.

Khei menghirup udara segar sebelum tersenyum, dan setelah mesin mobil di matikan. dia mencapai koper nya.

"Meskipun gue harus nahan diri nggak main game buat beberap... EH RUMPUT DANGDUTAN !!" Akibat senggolan hebat dari Fano. hampir saja Khei terjatuh dari mobil pick up tersebut. dia sangat kaget sehingga mengeluarkan perkataan rumput dangdutan.

Mereka yang melihat Fano seperti itu sudah tak berkedipkan mata. sedangkan Khei masih memegang dada nya dengan nafas yang naik turun.

"Itu anak kenapa?" Marcel mengangkat pundak sebagai jawapan bagi pertanyaan sang abang.

"Cemburu kali." Tebak verant.

"Buset! dia naksir sama siapa?" Gafrel begitu kaget mendengar apa yang verant sampaikan, setelah menggendong tas nya verant memuncungkan bibirnya tepat kearah cewek yang berdiri di sebelah Ben.

"Pantesan naksir, toh ceweknya cantik kek gituh" Gafrel menggeleng sebelum ikut di belakang verant.

"Gue masih hidup kan?" Ya itulah pertanyaan yang akan keluar setiap kali dari mulut Khei ketika dia sengaja di kagetkan ataupun terkaget sendiri. Mamah nya bilang penyakit dari lahir

"Gue masih hidup kan?!" Khei bertanya lagi namun nada nya sedikit keras

"nggak! lo udah mati setahun yang lalu" balas ben nggak kalah keras

"Marah itu temen nya syaitan loh" tiba-tiba muncul Marcel dari belakang

"Gara-gara si Fano ni udah tau si jaka tingkir punya penyakit kek beginian, eh malah di kagetin. kan ribet jadi nya" Ben memutar bola mata sebelum menarik kedua koper nya.

"Sini aku bantuin." Raina ingin menggapai koper milik Ben tapi cepat laki-laki itu menahan.

"Jangan, nanti kamu capek. dan kalo kamu capek kamu akan sakit. dan kalau kamu sakit siapa yang akan menjagaku?" Verant langsung terbatuk setelah mendengar kata-kata dari seorang laki-lai bermulut ember.

"Udah kayak dilan aja." pipi Raina merona merah untuk kedua kalinya. setelah itu mereka berjalan menuju satu rumah yang terbuat dari kayu dan berukuran besar lalu rumah itu di kelilingi oleh sawah yang berhijauan.

[SPECIAL WOMAN]

"Assalamualaikum. Nek cucu mu yang tampan ini datang!" Bagaikan kilat pintu rumah langsung terbuka luas dan terpampang lah sosok wanita yang sudah tua, mungkin dalam lingkungan enam puluh tahun. dia tersenyum melihat laki-laki yang berdiri di hadapan nya dan dialah wanita yang bernama menek Rao Ramoniza alias nenek tirinya Khei.

"Waalaikumsalam." Setelah menjawab salam, nenek Rao menuruni anak tangga dengan penuh hati-hati

"Hati-hati nek." Khei menyambut tangan nenek Rao, lalu menariknya kedalam pelukan.

"Khei kangen sama nenek." dengan suara lembutnya Khei berbisik membuat nenek Rao mencubit pinggang nya.

"Jangan bohong kamu Khei! nenek tahu Gos kemari karna satu hukuman yang di beri sama ayah nya Verant kan?" nenek Rao menunjuk wajah Gos yang sudah nyengir. Gos menyalami nenek Rao lalu memeluk tubuh wanita tua itu dan setelah itu nenek Rao menoleh kepada Raina yang tersenyum manis.

Cantik.

"Siapa lagi yang kamu bawa ini Gos?" nenek Rao berkerut alis sambil bertanya membuat mereka berdesak-desakkan ingin menjawap pertanyaan nenek Rao.

"Pacar Khei nek!"

"Masa depan verant nek."

"Ibu dari anak-anak Marcel nek."

"Calon isteri Ben nek!,"

"Dia teman sekelas kita, dia kena hukuman gara-gara kesalahan kita, dan dia juga terpaksa ikut kita kesini" jawab Fano jujur membuat nenek Rao tersenyum.

"Mari." nenek Rao menarik Raina kedalam dekapan nya,

"Nama siapa?" Pertanyaan itu langsung diajukan apabila nenek Rao meleraikan pelukan mereka.

"Raina Clarissa nek." Jawab Raina sambil mencium lembut tangan nenek Rao

Sopan.

"Cantik, sama seperti orang nya" pujian nenek Rao membuat Gos tersenyum.

"Nenek bisa aja." Pipi Raina merona merah lagi, aduh sekeluarga pada bikin aku malu

"Tunggu apa lagi? Ayo naik" dengan pegangan tangan yang belum terlerai, nenek Rao menaiki anak tangga dan Raina mengikuti nya.

"Gafrel, naik!"

"Lain kali aja ya nek, soalnya Gafrel mau pulang hari ini. terus udah mau malam juga, takut keburu gelap." Gafrel menolak dengan satu senyuman yang pasti membuat wajahnya mirip seperti adiknya yaitu Marcel.

"Oh. baiklah kalau seperti itu, hati-hati di jalan nak." Gafrel mengangguk lalu mencium tangan nenek Rao, setelah itu dia kembali berjalan menuju mobil pick up yang di sewanya.

"Hati-hati bang Rel !" Teriak Marcel

"Iya monyet!" Balasan Gafrel membuat mereka semua tertawa disitu. Ada-ada saja.

[SPECIAL WOMAN]

"Ayo masuk."

Rumah kayu itu berbunyi saat mereka menginjakkan kaki kedalam, ini menandakan rumah nenek Rao memang sudah tua jadi wajarlah kalau berbunyi saat orang berjalan.

"Kek nya udah empat tahun lebih kita nggak kesini." ucap Ben sambil menunggu satu respon.

"Iya. udah lama banget" Verant mengangguk-ngangguk.

"Dulu ada dia, sekarang ada Raina tapi lebih baik Raina sih adem gitu hidup gue." Marcel menoleh kearah Fano dan laki-laki itu tersenyum tipis.

"Nggak usah di ungkit lah." Khei membawa tasnya masuk kedalam kamar yang pernah dia tempati dulu saat dia masih kecil.

"Sebentar ya, nenek bikinin air dulu." nenek Rao meminta izin masuk kedapur dengan langkah nya yang berhati-hati.

"Aku bantuin ya nek." Tiba-tiba Raina merangkul tangan nenek Rao membuat nya terkaget sebelum mengangguk dan tersenyum.

"Uh! emang calon istri yang baik ini mah."

[TO BE CONTINUE]
SPECIAL WOMAN

Special Woman [✔️]Where stories live. Discover now