3

5 2 2
                                    

Sekarang sudah jam setengah Dua siang, Bel sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu.

Dirumah Rana ada satu keluarga yang Berkunjung.

"Assalamualaikum Mama"

Mendengar Salam dari Rana mama nya langsung berdiri menyambut Rana di pintu depan.

"Waalaikumsalam nak, ayo masuk ikut mama ada Tamu di rumah kita"

Ajak mama Rana,tangan Rana Di tarik untuk ikut mama bertemu Tamu yang dimaksud oleh mamanya.

Baru saja Rana sampai diruang tamu, tiba-tiba seseorang berdiri dari duduk nya berlari menghampiri  Rana,memeluk Rana erat menyiratkan rindu yang teramat sangat.

"kamu apa kabar Rana? Tante kangen banget sama kamu. "
Rana terkejut mendapat pelukan tiba-tiba dari orang asing. Didalam pelukan orang itu Samar-samar Rana mendengar Isakan kecil.

Dengan Hati-hati Rana melepas pelukan

"maaf Tante siapa ya? "

Hati-hati Rana bertanya takut menyinggung.

"Tante adik mama mu Ran"

Rana bingung sejak kapan mamanya punya adik. Setahu dia mamanya anak bungsu.

Rana menoleh kearah mamanya, terlihat raut terkejut dari mereka yang Ada disana.

Orang asing itu baru menyadari perkataan nya yang agak sensitive.

"sejak kapan mama punya adik? Setahu Rana mama anak bungsu. "
Tanya Rana pada mamanya.

Mama Rana gelagapan mendengar pertanyaan Rana. Mama menoleh kearah papa dan tamu nya. Seolah meminta bantuan untuk menjawab pertanyaannya Rana.

"ma maksud tante, tante sudah menganggap mama Rana Itu kakaknya tante. Makanya tadi Tante bilang kalau Tante adiknya mama Rana. Sebenarnya tante itu sahabat mama sekaligus tetangga baru kalian"
Jawab cepat tante yang memeluk Rana tadi.

Terselip rasa curiga dihati Rana melihat reaksi mereka. Karena tidak mau memperpanjang masalah lagi Rana seolah acuh aja.

"nama tante siapa? "

"Gina, nama tante Gina. Ini suami tante namanya Gavin"
Tante Gina menunjuk kearah suaminya.

"Salam Tante Gina om Gavin. Maaf tadi Rana banyak nanya"

Rana merasa bersalah.

"ngak papa ran"

"kalau gitu Rana keatas dulu ya om tante, gerah mau ganti baju"

Rana melenggang menaiki tangga.

Setelah Rana pergi mereka menghembuskan nafas lega. Seolah malaikat maut baru saja pergi.

"untung saja Rana ngak curiga, jangan sampai Rana tahu sekarang" mulai om Gavin membuka suara di tengah keheningan yang tiba.

"sebaiknya kita bersikap biasa saja , Jangan sampai Rana curiga kalau kita menyembunyikan sesuatu dari dia, Belum saat nya Dia tau"
Jelas Restu papa Rana.

"iya, kalau gitu kami pamit dulu ya res, rin. Lara mungkin sudah pulang sekolah"
Pamit Gina kepada orang tuanya Rana.

***

Malam itu Rana kembali terhanyut dalam Pekat nya malam. Kicauan angin dari balik jendela tak mengenyahkan pikiran buruk yang krmbali datang. Sekuat apapun Rana berusaha menghalangi ingatan itu datang, Sekuat Itu juga hentaman keras menghancurkan tembok pembatas ingatan Rana.

Tak mampu lagi Dia menopang beban yang selalu menganggu pikiran nya.
Bahkan Rana sendiri tidak tau apa yang menjadi beban nya selama ini.

Pernah terlintas untuk manghilangkan dari dunia ini. Tapi ia sadar kalau Dia pergi, selamanya dia tak akan tahu apa beban yang menganggu dirinya.

Mata nya tertahan, Seakan enggan membiarkan Rana beraktivitas untuk hari ini.

"hmm susah banget sih nih mata buat dibuka"gumam Rana dengan mata yang masih terpejam.

Dengan malas Rana perlahan bangun, duduk di atas kasur meraba - Rana Di sekitar. Mencari sesuatu masih dengan mata terpejam.

Anak milenial pasti tau apa yang Rana cari.

Yap, handphone. Entah kenapa susah sekali untuk terlepas dari handphone walaupun 1 menit.

"kemana nih orang rumah? Kok pada sepi?" gumamnya melihat sekitar yang Terasa kosong. Memang kosong sih.

"ngak biasanya hari libur gini ngak dirumah?"

"aaabaaaangg,"teriak rana memanggil Steven,

Tak ada sahutan, hanya suara angin pagi Terasa dingin menyapu kulit putih nya.

"ish kemana sih? Masa Rana ditinggal sendirian, ngak ada sarapan pula "

Rana mengitari rumah, setiap ruangan di buka nya, mencari penghuni rumah mana tau ada yang tertinggal satu.

Rana terkikik sendiri dengan pemikirannya.

"heh gila lo, cekikikan sendiri di sini? Di gudang pula" tegor sesorang.

Rana terkejut tiba-tiba Ada suara dari belakang nya.

Setelah berbalik baru Rana tahu bahwa itu adiknya stevani.

Dirinya makin terkikik setelah mengetahui keberadaan stevani.

"emang ngak waras ni orang. Makin gila aja"

Heran stevani melihat Rana aneh seperti itu.

Bakat juga gue jadi cenayang batin Rana.

"heh, Lo ini ya kak, ketawa ketawa ngak jelas, kenapa sih? "

Jiwa kepo stevani mulai muncul tatkala melihat keanehan Rana.

Melihat kekepoan stevani muncul jiwa kejahilan Rana pun muncul juga.

Rana melenggang pergi dengan senyuman jahilnya.

Stevani yang melihat Rana pergi langsung mengejar Rana.

"ih kok Lo pergi sih kak"

Rana hanya menganggap baginya acuh.

Stevani menghentakkan kaki nya, Karena Rana sedikitpun tak menghiraukan dia.

"nyebelin lo kak, dasar pelit" ambek stevani. Sambil melipatkan kedua tangannya didepan dada.

Terasa tidak ada yang mengikuti nya lagi, Rana berbalik. Ternyata adiknya sekarang lagi duduk di halaman dengan muka masamnya itu. Tangannya masih didepan dada.

"ulululuhhh adik kakak tayang,kenapa adik comel "

"ngak comel tapi imut" tukas stevani masih dengan ambekannya. Memalingkan wajah.

"imut? Itam mutlak Maksudnya? " canda rana

"Iiiih kakak Lo emang nyebelin ya, imut ya imut ngak ada itam mutlaknya. Orang putih gini kok, dibilang itam" omel stevani tidak terima dibilang itam mutlak.

"putihan mana Sama kakak? "

"ya ya a putihan aku sikit lah kak, lihat nih putihkan? " ditunjukkan tangan nya dihadapan Rana.

"Iya putih kamu sedikit "

"Yaiyalah "

"putih Kakak  banyak kamu sedikit..hahahaha" lanjut Rana.

Masih dengan tawanya Rana melenggang pergi meninggalkan stevani yang sudah mencak mencak karna kesalnya sudah di ubun-ubun.

"Iiiih lo nyebelin kak Rana" Teriak stevani menggelegar.

Rana yang sudah ada dikamar nya mendengar suara teriakan stevani yang nauzubillah sekuat to bahkan melebihi itu.

Dia kembali terkekeh membayangkan wajah kesal adiknya .

***
Baru saja stevan keluar dari mobil, Dia sudah disuguhi suara toa adiknya stevani.
"Iiiih lo nyebelin kak Rana"

"pasti Rana lagi ini" batin stevan.

Rana tukang biang onar dirumah, tanpa Rana rumah bakalan sepi, Ada Rana dirumah bakalan kayak pasar.

Berisik nya itu ya ampun.




RANAndREI Where stories live. Discover now