4

10 3 1
                                    

Padat nya kota di weekend tak menyurut kan semangat Rana untuk pergi ke kafe langganannya.

Ketika suntuk Rana selalu pergi kesana kafe almaira, disana Dia merasa bukan cuma dirinya sendirian.

Lantunan piano itu membuat rana merasakan apa yang dirasakan si pemain.

Rana bersyukur dia masih berada diantar orang-orang yang menyanyangi nya.

Masih ada orang yang memperhatikannya.

Masih dapat merasakan kasih sayang dari orang tua.

Tapi kadang pernah terlintas bahwa Dia di dunia ini sendiri.

Mereka yang menyanyangi nya bagaikan debu, diterpa angin sedikit akan terbang.

Di tengah Lamunannya buyar saat kedatangan pegawai kafe.

"selamat datang di almaira kafe, mau pesan apa mbak? "

"green tea please "

"baik mbak, saya ulangi green tea satu, Ada tambahan lagi mbak? "

Rana menggelengkan kepalannya.

"ditunggu sebentar ya mbak? "

Baru saja waiter itu pergi seseorang datang menghampiri nya, Rana yang memang dasarnya ngak mau tau.  diam aja.

"hai, boleh gue duduk disini? "

"hm" anggukan Rana membuat senyuman terbit dari bibir cewek itu. Rana Sama orang luar memang cuek.

Tak ada pembicaraan mereka, sicewek yang canggung dengan kediaman Rana. Soalah Rana tak menyukai keberadaan Dia.

"Ehm.. "
Dehem si cewek, ingin ngomong tapi takut salah.

"eeem gue Irma " kata si cewek tadi sambil menjulurkan tangannya kepada Rana ingin salaman.

Rana menoleh sekilas, kemudian Memalingkan wajahnya lagi menghadap si pemain piano.
Tak ada sedikitpun niat Rana untuk membalas jabatan tangan Irma.

Irma menoleh melihat apakah yang jadi santapan menarik mata oleh Rana.

Irma menyipitkan matanya melihat siapa yang Ada di panggung Itu.

"ree..noo "

"lo kenal Dia? "tanya Rana langsung, saat mendengar suara Irma.

"hm hm kenal banget malah" semangat Irma akhirnya Rana mau juga ngobrol bersama dirinya.

"oh ya? Siapa nya elo? "antusias Rana menanyakan tentang cowok bernama reno itu.

"satu syarat" mengambil kesempatan dalam kesempitan. Itulah yang dipikir irma sekarang.

Dari dulu irma memang ngefans banget sama Rana.

"kok pakai syarat segala sih? "

"mau tau atau ngak? Kalau ngak mau yaudah"

"fine, apa syaratnya? "

Irma menyeringai akhirnya Ia dapat juga kesempatan untuk berteman dengan Rana.

"jadi teman gue " kata Irma.

"gue ngak asik di jadikan teman, mending sama orang lain aja"
Tolak Rana.

"ngak gue mau nya cuma lo"

"gue ngak seperti yang elo pikirin, gue buruk. Gue ngak asik kayak lo"

"gue ngak peduli, yang gue mau cuma elo titik"

"kok lo yang ngotot sih? "

"eehh" Irma baru tersadar kalau Dia terkesan memaksa.

"hehehe maaf kalau lo ngak nyaman Sama gue, gue pergi "
Muka lesu irma terlihat jelas Dia berdiri membalikkan badan.

Baru saja satu langkah Irma, Ada yang menahan lengannya.

"Oke fine lo teman gue" kata Rana.

Langkah kaki irma langsung terhenti, senyum lebar nya kembali terbit.

"arrgghh makasih" Teriak Irma sambil loncat-loncat memeluk Rana.

"oke berenti-berenti, kepala gue pusing "

"heheh maaf, gue seneng sih "cengiran irma tak luntur sedikitpun.

"jadi? "

"jadi apa? "tanya irma dengan muka polos nya itu.

"itu yang lo bilang reno itu, siapa? "

"Ooo,, Dia itu, ngak tau"  jawab irma dengan polos mengangkat bahunya menggelengkan kepala.

"laah, tadi katanya lo tau " kesal Rana.

"hehehe... Tebak aja sih, mata nya aja mirip reno pacar aku. Wajahnya ngak"

"ish kalau ngak tau bilang aja dari tadi. Ngak usah bohong-bohong "
Rana beranjak dengan wajah kesalnya iti.

"ya maaf, maafin gue ya, gue cuma mau temenan Sama lo"

Rana tak menghiraukan perkataan Irma. Dia tetap melanjutkan langkah nya.

Entah kenapa irma terobsesi dengan Rana. Rana dia pun bingung. Mau di terima tapi takut, ngak di terima ngak Tega.

Selalu saja Rana merasa hidupnya ini berat. Bukannya mengeluh tapi keserasian hidupnya ini Terasa ada yag mengekang.

Tak kasat mata tampak Ada benang kusut di setiap langkah nya. Tak mampu tuk diuraikan meski kaki berjalan cepat untuk menghindar.
Bahkan benang itu tampak bertambah kusut disetiap detik yang dia jalani.

Terasa ada urusan yang belum selesai sebelumnya. Dia pun tak tau dan apa itu?

Memikirkan itu semua membuat kepala Rana seperti terbakar. Mesin-mesin di otaknya seakan berlomba Untuk saling mendahului.

***
Stevan mondar-mandir sedari tadi, sudah pukul 5 sore tapi Rana belum juga pulang. Padahal Ada kabar penting yang harus dia beri tahu kepada Rana.

Melihat stevan kayak setrika begitu membuat kepala stevi  Pusing.
Bagaimana tidak sudah hampir setengah jam stevan tak berhenti dari kegiatan nya itu.

Terkadang stevi Berfikir kenapa dia punya abang super lebay. Apalagi menyangkut hidup Rana.

Mengingat Rana membuat stevi sebal saja.

Kejadian dua minggu lalu belum juga hilang dari kepalanya.

"eehh" stevan tiba-tiba tertarik terduduk disamping Stevi.

"apa sih lo, main tarik aja. Jantungan ini gue nanti baru tau rasa lo. Ngak punya abang lagi lo,mau? " sembur stevan kepada stevi.

Bagaimana tidak Dia sedang cemas-cemas nya tiba-tiba terkejut karna ulah adik nya itu.

"aalaaah lebay lo, kalau mati ya mati sono, ngak peduli gue"

"kurang ajar ya lo dek"

Stevan menggelitiki stevi,membuat stevi terkejut tiba-tiba Dia terjungkal Kebelakang menahan tangan stevan yang sekarang sedang menggelitiki nya.

Gelak tawa mereka menggelegar Memenuhi rumah besar Itu,diselingi percakapan antara kakak dan adik.

Rana yang baru sampai diambang pintu terhenti mendengar kata yang terucap dari mulut stevi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 13, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RANAndREI Where stories live. Discover now