31 July

9.5K 471 3
                                    

[Author]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Author]

Byurrr

"Yak Park Jimin! Bangunlah! Rapihkan ranjangmu lalu cepat pergi makan!"

"Eungg~ Ahjumma.. Aku lelah.."

"Tidak ada kata lelah cepat bangun atau kau akan kusiram lagi!"

"Nde ahjumma, aku bangun.."

Blam!

"Eungg~ Badanku sakit semua."

Pagi hari telah menyambut Jimin. Kicauan burung terdengar dari luar dan bunga-bunga yang baru bermekaran. Sayangnya Jimin hanya bisa lihat lewat jendela di kamarnya.

Jimin pun bangkit kemudian merapihkan ranjangnya. Jimin memang sudah berada di panti semenjak ia berumur 2 tahun. Ia juga tak tau apa yang terjadi padanya saat itu. Ia hanya berpikir bahwa ia dibuang oleh orang tuanya.

Jimin dibesarkan di panti asuhan ini. Ia di besarkan disini dengan penuh siksaan. Ia bahkan tidak tau apa itu kasih sayang. Ia ingin sekali merasakannya tetapi tidak sekarang.

Jimin pun pergi mengambil handuknya dan pergi ke kamar mandi. Tidak hanya siksaan dari ahjumma disini. Tetapi temannya juga mendukung ahjumma tersebut. Jimin memiliki satu teman yang baik kepadanya disini. Dia adalah Kwon Hyomi. Seorang yeoja yang selalu baik padanya.

"Jimin-ah tunggu aku! Kau buru-buru sekali. Kau mau kemana?"

"Mandi. Kau tidak lihat aku bawa handuk. Hyo, kau bau sekali!"

"Enak saja! Aku ini sudah wangi. Tunggu, kau ini ingin mandi kan? Kenapa kau basah kuyup? Kau disiram lagi?"

"Hyo, jangan ikut campur permasalahanku. Aku tak mau kau kena seperti dulu lagi."

Hyomi hanya memajukan bibirnya dan menatap Jimin tak suka. "Aku berbuat seperti itu karena aku tak ingin kau kenapa-napa, Jim." Jimin hanya menatapnya sebentar kemudian menghela nafasnya.

"Jebal Hyo. Jangan ikut campur."

Jimin pun langsung meninggalkan Hyomi sendirian. Hyomi hanya bisa melihat punggung Jimin semakin mengecil. Ia juga membalikan badannya dan pergi.


















"Kamsahamnida, ahjumma."

Jimin pun mencari tempat duduk untuknya makan. Ia menemukannya. Bangku kosong yang terletak di pojokan ruang makan. Ia pun pergi le arah sana dan duduk sendirian di sana.

"Eunsoo! Berikan aku makananmu!"

"Jae tidak makan?"

"Lau lihat itu? Park Jimin bocah aneh di pojokan."

"Gomawo !"

"Eonnie mana makanannya? Aku lapar?"

"Lihat tuh Jimin. Selalu menyendiri."

Di tengah-tengah ramainya ruang makan, Jimin bisa mendengarkan perkataan yang membuat pendengarannya tak enak. Daripada mendengar itu semua, Jimin memilih menghabisi semua makanannya kemudian pergi.

Brak!

"Jimin-ah ! Aku mencarimu daritadi!"

"Kkamjjagiya ! Hyomi!!"

Hyomi hanya tertawa melihat Jimin yang kaget barusan. Ia pun duduk di hadapan Jimin dan mulai makan. Jimin hanya terdiam dan menikmati makanannya dengan nikmat. "Jim. Aku mempunyai berita bagus dan berita buruk. Mana yang mau kau dengar dulu?" Tanya Hyomi semangat.

"Berita bagus."

"Ahh.. Nde nde. Berita bagusnya..

















Aku di adopsi!"

Byurr!

"Jimin!"

Jimin yang sedang minum barusan langsung menyemburnya ke wajah Hyomi. Jimin pun mengambil tisu kemudian membersihkan semburan airnya di wajah Hyomi.

"Kau di adopsi? Wah.. Selamat. Mianhae." Hyomi dengan gampang memaafkannya. "Gwaenchana ! Aku tau kau terkejut!" Hyomi pun tertawa terbahak-bahak. "Tak akan ada yang ikut campur urusanmu lagi!"

"Berita buruknya?"

"Berita buruknya.. Aku harus meninggalkanmu sendirian di sini." Jimin pun terdiam.

1 detik
2 detik
3 detik

"Kau ini! Harusnya kau senang! Aku ini bukan siapa-siapamu! Kapan kau perginya?"

"Jahat sekali kau ini Jim! Besok aku pergi. Nanti malam kita lihat bintang yuk." Jimin tersenyum dan mengangguk.
























Sret

Jimin menyoret salah satu tanggal di kalender kamarnya. "74 hari lagi nde. Memang benar, tak ada yang menyayangiku. Bahkan Hyo meninggalkanku. Hahaha, sedih sekali aku ini ya. Hyo kau tau? Aku kesepian."











' 75 days. Suicide. '

🌴 to be continued

APAPUN YANG TERJADI, JANGAN MENYERAH! ADA KEJUTAN DIBALIK SEMUA INI DAN AMBIL SISI POSITIFNYA SAJA!

tell me you love me | park jiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang