3 October

934 134 6
                                    

[Author]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Author]

Pip pip pip

"Hm? Sudah pagi? Eoh.. aku tidak tidur dari jam 3."

Jimin bangkit dari ranjangnya kemudian pergi menuju dapur untuk membuat sesuatu. Ia mengambil bubuk cokelat yang baru ia beli kemarin malam. Ia ingin membuat cokelat hangat saat ini.

Rasanya hampa, entah mengapa. Aah, benar juga. Sekarang tanggal 3 Oktober. Hari dimana ia akan menuju kediaman Kim. Dan memberitahu semuanya.

Senang? Tentu saja. Jimin sangat senang. Tapi, di paling dalam hatinya, ia tidak siap untuk menerima semuanya. Semuanya yang kan terjadi.

Ia masih belum siap.

"Yoongi, bisa tolong belikan aku susu, daging, dan pasta? Aku mau memasak untuk menyambut Jimin nanti."

"Kenapa harus aku? Aku malas."

"Yak ! Apa kau ti–"

"Arraseo arraseo, sebagai gantinya beli 3 box pizza." Yoongi langsung mengambil uang Seokjin kemudian bergegas membeli semua bahan yang Seokjin minta.

"MWORAGO !? KIM YOONGI!!!"
























Yoongi pergi keluar untuk membeli bahan yang Seokjin minta. Rasanya sudah lama ia tidak jalan-jalan. Terkadang ia selalu diam di rumah. Di kamarnya. Rasanya segar juga ketika menerima udara segar seperti ini.

Di tengah-tengah perjalanan, Yoongi fokus akan suatu hal. Poster ke Jepang. Tiket pesawat sedang murah akhir-akhir ini. Yoongi jadi ingin ke Jepang lagi. Lagipula harga tiket juga sedang turun.

"Menyenangkan pasti."

Sudah, Yoongi fokus untuk pergi ke supermarket dan membeli bahan dengan cepat agar Seokjin tidak bawel nantinya karena kelamaan.

Satu hal, ia tidak tau bahwa ada seseorang di belakangnya yang sedang melihatinya. Melihatnya dengan tatapan sedih.

"Aish jinjja. Rasanya akan canggung nanti! Bagaimana ini? Aku belum siap pergi ke rumah mereka! Aish.."

Ya, itu Jimin. Ia ingin menikmati udara segar dengan jalan-jalan, tapi malah bertemu dengan Yoongi. Dan ia memilih untuk diam karena ia belum siap. Menjadi anak hilang dan mendapati keluarga baru. Tentu impian Jimin selama ini, tapi dengan keluarga yang membuatnya merasakan beban, rasanya akan sangat canggung.

"Hish.. mengapa aku jadi kesal begini? Aah, stress sekali! Aku belum siap! Bagaimana kalau mereka tidak menerimaku!? Wah jinjja..."

Jimin melanjutkan perjalanannya. Ia terhenti seketika ketika melihat poster ke Jepang itu. Harga tiket pesawatnya murah, tapi ia tidak punya uang. Untuk apa juga ia ke Jepang?

Jimin tidak tertarik dengan Jepang.

"Hm? Kau di sini?"

"Eoh ? H–Hyung ? Aah.. nde.. oh! sampai jumpa lagi! Aku mau belanja dulu!"

"Jangan lupa untuk ke–"

"Arraseo ! Aku sudah tau!"

"Kau bersemangat sekali. Kau senang?"

Jimin terdiam seketika. Tentu ia senang. Sangat senang. Tapi, ia sangat gugup dan takut.

"Kau senang, Jimin-ah ?"

Jimin semakin bungkam. Ia hanya mengangguk-angguk kemudian pergi dari hadapan Yoongi untuk menuju supermarket.

Satu hal yang Yoongi tau

' Anak itu ragu. Apa benar jika ia menolak untuk menjadi bagian keluarga kami? Hm, dia memang bagian keluarga kami. Tapi.. ini bisa jadi kejutan untuk eomma dan appa juga. Kita menemukan anakmu yang hilang, Nyonya Kim dan Tuan Kim. '

.

.

.

"Aku pulang."

"Yoongi? Kau habis darimana?"

Kebetulan sekali ada sang ibu di sana. Yoongi tersenyum kemudian memeluk ibunya.

"Habis dari supermarket."

"Hm, kau menjadi manja seperti ini. Ada apa?"

"Ani. Eomma sudah baikan?"

"Sudah. Seokjin ingin membuat apa?"

"Nanti eomma akan tau. Lihat saja nanti, nde ?"

Sang ibu mengangguk sambil tersenyum. Apa kah yang akan terjadi nantinya? Ia tidak tau. Semoga saja kejutan yang baik.

Di rumah, Jimin tengah memilih. Pakaian apa yang harus ia kenakan nanti. Formal? Kaus biasa? Entahlah, Jimin bingung. Intinya ia harus tampan nanti.

"Huff.. semoga saja semua orang bisa menerimaku. Semoga saja... eoh ? Aku mengenakan baju ini saja. Tampan. Nde Jimin-ah, kau sangat tampan."

Baiklah, Jimin segera bersiap-siap dan segera menuju Kediaman Kim. Jantungnya berdetak tak karuan daritadi karena ia takut. Sangat takut. Tapi, Jimin berharap bahwa ekspetasinya tidak menjadi kenyataan.

Ia sungguh percaya pada takdir. Ia percaya takdir akan membawanya sesuatu yang baik.

.

.

.

Ting tong

"Aah, ia datang! EOMMA TOLONG BUKA PINTUNYA!"

Seoyoon menerima saja perintah Seokjin. Di sis lain, Seokjin tak kuasa menahan gembiranya karena missing part of this puzzle itu telah ketemu dan kembali ke tempatnya berada.

Seoyoon berpikir, inikah kejutan yang Yoongi maksud? Ia membuka pintunya dan betapa terkejutnya ketika melihat orang yang begitu ia benci di hadapannya.

"E–Eomma... annyeong.."

Seoyoon hanya terdiam. ' Eomma ? ' Pikirnya. Tapi, ia merasa sesuatu berbeda. Setelah dirasakan... rasa yang berbeda.

"Mau apa kau ke sini!?"





































"Eomma... ia anakmu yang hilang." Ucap Seokjin sambil menunjukan kertas hasil tes DNA sebagai tanda bukti.

🌴 To Be Continued

Biar gaada hutang lg krn aku gaenak :') i shud ashamed of myself isn't it :( i'm really really really sorry 😔 pls forgive me :(

Regular update on this holiday untuk mempercepat selesainya book ini!

Thank you and I'M APOLOGIZE, PLS FORGIVE ME 😭

tell me you love me | park jiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang