(1) Si Pembuka Pintu Kelas

6.4K 188 102
                                    

🚪

🍳🍳

Matamu memancarkan keteduhan bagi pengelihatnya.

Karina Valenssia

🍳🍳

KARIN berjalan tergesa-gesa di koridor sekolah. Keringat mulai bercucuran di dahinya. Sebenarnya ini masih sangat pagi untuknya berangkat sekolah. Namun, karena PR yang lupa ia kerjakan semalam, ia harus segera menyelesaikannya pagi ini. Ia tak bisa menyelesaikannya di rumah karena ayahnya harus berangkat pagi. Jadilah ia sekarang harus berjalan cepat ke kelasnya yang kebetulan berada di pojok.

SMA Nusantara sedang direnovasi beberapa tempat. Seperti di cat atau penambahan kolam ikan dan penanaman pohon lagi. Makanya, pagi ini koridor sudah cukup dipenuhi oleh beberapa pekerja yang sedang mengecat ulang tembok dengan warna oranye.

"Yang sebelah situ juga ya pak,"ucap Pak Bordon, guru kimia berkepala plontos yang sepertinya mendapat jatah piket pagi ini. Ia sedang mengawasi beberapa pekerja yang mengecat.

Karin mengusap dahinya yang berkeringat. Udara pagi ini yang dingin masih tak cukup untuk menghilangkan rasa panasnya. Ia beberapa kali mengipaskan tangannya ke wajah. Masih dengan jalan yang terburu-buru. Tak sadar ia pun menyenggol satu kaleng cat warna oranye yang masih setengah. Ia terisap dan otomatis berhenti di tempat. Semua isi dari cat itu tumpah. Namun, tak sampai mengenai kakinya.

"Aduh.. mampus gue,"gumam Karin lirih sambil menengok perlahan ke belakang.

"Karina Valentino Rossi,"ucap Pak Bordon dengan nada rendah penuh penekanan. Karin berbalik perlahan menghadap guru kimia itu sambil nyengir tak jelas. Ia bingung harus berkata apa. Padahal, PR-nya sangat banyak dan kejadian ini tentu saja menunda waktunya mengerjakan PR.

"Karina Valenssia , pak."ucap Karin meralat kalimat Pak Bordon.

"Terserah. Sekarang kamu, bersihin catnya terus-"

Ini sangat membuang waktunya yang berharga untuk mengerjakan PR. Ia tak bisa.

"Pak, kepala bapak banyak lalatnya!"seru Karin panik.

"Hah?"Pak Bordon melotot lalu dengan cepat menunduk dan mengibas-kibaskan kepalanya yang botak itu. "Pergi lalat, pergi!"seru Pak Bordon.

Karin tentu saja langsung berlari meninggalkan Pak Bordon yang masih sibuk bergulat dengan lalat-lalat yang tak terlihat itu.

Pak, maaf ya.. Karin gak bermaksud ngebodohin bapak kok. Cuma bapak aja yang agak bodo mau aja dibodohin Karin. Ucap Karin dalam hati sambil terkikik geli.

"Karin!!"teriak Pak Bordon emosi. Karin semakin mempercepat larinya setelah mengetahui bahwa Pak Bordon mengejarnya.

"Aduh, pak! Nyusahin aja sih!"seru Karin kesal. Setelah sampai di depan pintu kelasnya yang tertutup ia langsung membuka pintu kelasnya itu.

Namun, malang sekali nasibnya karena pintu kelas tak kunjung terbuka. Ia mencoba mendorongnya berkali-kali namun tak kunjung terbuka. Ia mengoklak-aklik daun pintunya dengan tergesa-gesa sambil melihat ke belakang. Pak Bordon sedang berjalan santai menuju arahnya.

"Ish!! Pintu sialan!! Buruan buka dong!!"teriak Karin frustasi. Ia mendobraknya lagi. Pak Bordon semakin dekat ke arahya. Karin juga semakin panik membuka pintunya.

Tanpa berfikir lagi, Karin mengeluarkan botol minumnya dari tas dan mengucapkan bismillah pada airnya. Segera, ia mencipratkan air itu ke pintu kelas. Setelah itu, ia memasukan botol minumnya dan mendobrak pintu sekali lagi.

KARIN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang