🍳🍳
Jujur, gue gak suka lo deket sama cowok lain.
~Kevin Albano Fahriz
🍳🍳
KARIN turun dari motor Kevin dengan cepat di malam yang dingin itu. Wajahnya datar dan nampak tak bersemangat. Efek jatuh itu lebih buruk dari yang ia kira. Ia melepas helm lalu memberikannya pada Kevin.
"Makasih." Ucapnya datar kemudian berbalik masuk ke rumah meninggalkan Kevin yang masih ada di depan rumah Karin. Cowok itu menggenggam stang sepeda motornya dengan penuh amarah. Entahlah, ia benci melihat Karin sedih padahal ia yang membuat gadis itu merasa seperti itu.
Sedikit lama berada di depan rumah Sungut tanpa bergerak dari motornya, Kevin pun melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
🍳🍳
Karin melemparkan sepatu ketsnya pada Sungut yang tertidur dengan tangan dan kaki terbuka lebar di sofa.
Bukk..
Sepatu itu mengenai perut Sungut hingga cowok itu pun langsung bangun terbatuk.
"Heh, apaan sih, Rin?!" Protesnya sambil melemparkan kembali sepatunya.
"Kalau tidur yang bener, gue gak suka." Ucap Karin lalu pergi begitu saja ke kamarnya meninggalkan Sungut yang tercengang dengan gaya bahasa Karin.
"Ini pasti ada apa-apa." Gumam Sungut.
Karin memasuki kamarnya dengan langkah lesu. Hingga ia duduk di pinggir kasur dan menatap gitar putihnya dengan malas. Namun, ia tiba-tiba berdiri dan mengambil gitar itu lalu kembali ke kasur untuk tidur. Ia merasa penyakit malasnya kambuh lagi hingga ia tak mencuci muka maupun sikat gigi dahulu ke kamar mandi.
Cewek itu menatap langit-langit kamarnya dengan sendu. Ah, ternyata menyukai seseorang itu beresiko menyakiti hatinya. Ia benci pada dirinya sendiri yang tak bisa mengendalikan kata-kata maupun perasaan saat bersama Kevin. Dan lihat, apa yang teman-temannya katakan terjadi sekarang. Ia jatuh.
Karin memeluk gitarnya dengan erat. Mungkin salah satu alat musik yang mempunyai suara indah ini mengerti mengapa Karin memeluknya. Jika saja, gitar itu hidup, ia akan bercerita panjang lebar tentang semua yang ia alami padanya. Namun, kenyataan sepertinya kembali menertawakannya. Tidak ada yang bisa ia ajak bercerita.
Tidak ada. Karin tersenyum miris mengingat kedua orang tuanya selalu pergi jauh hingga berbulan-bulan meninggalkannya sendiri. Ia selalu ke sini, rumah Mamanya. Tapi, tetap saja bukan berarti ia bisa menganggap mamanya seperti Bundanya. Selama ini ia selalu bercerita pada Bundanya, tentang semuanya. Namun, setelah Ayahnya naik jabatan dan sering keluar kota bahkan luar negri, ia hampir tak pernah melakukan itu lagi.
"Gitar, ngomong dong sama Karin," bisik Karin pada gitar yang ia peluk.
Entah berapa kali ia sudah mencoba mengajak gitar itu berbicara namun tak ada tanggapan sama sekali.
Suatu rasa kebas menjalar kembali ke tangannya ketika kata-kata Kevin kembali masuk ke telinganya dan pikirannya.
Kevin tak pernah benar-benar menyayanginya selama ini. Ia yang terlalu percaya diri mengharapkannya. Tapi, ia jugalah yang terlalu takut mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARIN✔
Teen Fiction[TEENFICTION] 15+ 🅔🅝🅓 { 𝙆𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙠𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙗𝙚𝙧𝙟𝙪𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙪𝙝 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙩𝙚𝙣𝙜𝙖𝙝-𝙨𝙚𝙩𝙚𝙣𝙜𝙖𝙝. 𝘾𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙤𝙗𝙡𝙤𝙠, 𝙮𝙖𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙜𝙤𝙗𝙡𝙤𝙠𝙞𝙣 𝙖𝙟𝙖} Dari pertanyaan rutin yang Karin, si bocah lontarkan...