Quattuor

1.3K 201 78
                                    

Changbin menyeka keringat yang bercucuran dipelipisnya dengan handuk kecil yang tersampir apik dibahu bidangnya. Berkat rutinitas yang tak pernah ia lewatkan itu, tubuhnya terbentuk apik walaupun tidak mempengaruhi pertumbuhan tulangnya.

Karena sudah terlalu lama berlari dan ia memang kelelahan, Changbin memilih duduk di rumput basah lapangan yang terletak dikawasan perumahan tempat kostnya. Ia hanya memakai pakaian tanpa lengan namun sama sekali tak merasa kedinginan. Ya, dengan keringat yang terus bercucuran bagaimana bisa membuatnya kedinginan.

Changbin memejamkan matanya menikmati ketenangan yang ia dapatkan, pikirannya terasa lapang saat mendengar suara-suara serangga yang bertabrakan dengan kicauan burung yang lumayan merdu ditelinga nya.

"Sendirian aja", Changbin terlonjak kaget saat pipinya menyentuh sesuatu yang dingin juga diikuti dengan munculnya sesosok manusia yang menyebalkan baginya.

"Ngapain lo disini? Ngikutin gue?!", Changbin memandang curiga pada air mineral yang diulurkan Hyunjin padanya, ia juga bingung kenapa pula pemuda ini berkeliaran di sekitar tempat tinggalnya.

"Dih percaya diri sekali anda. Gue tinggal disini", Changbin lagi-lagi terkejut mendengar perkataan Hyunjin, namun ia lebih tak percaya dengan perkataan pemuda itu. Bagaimana Changbin bisa tidak tahu kalau makhluk absurd ini tinggal tak jauh dengannya.

"Bodo! Gapeduli! Ngapain lo disini pagi-pagi?", Lagi-lagi Changbin mendelik tak suka pada Hyunjin, namun pemuda itu dengan santai bersidekap didepan Changbin.

"Olahraga", jawabnya santai, dan Changbin hanya menatap datar pada Hyunjin. Sudah jelas pemuda yang lebih muda darinya itu tengah berbohong.

Hyunjin dengan rambutnya yang masih berantakan, muka bantal, celana pendek juga kaos putih polosnya mengatakan jika ia habis berolahraga padahal tak Changbin temukan sebutir keringat pun di tubuh Hyunjin, bahkan lubang hidungnya sekalipun.

"Hehehehe, enggak sih. Gue habis dari warung" lanjut Hyunjin dengan tersenyum bodoh saat ia tahu Changbin tak akan percaya jika dia habis berolahraga. Bahkan Hyunjin sendiri anti bangun pagi, ia bangun lebih cepat karena kelaparan atau ada kelas pagi saja. Selain itu ia pasti akan memilih membusuk di kasurnya ketimbang berkeringat karena olahraga.

"Makasih", Changbin memilih tak ambil pusing lalu mengambil air mineral yang diulurkan Hyunjin padanya tadi.

Changbin segera meminum air tersebut hingga setengah nya karena ia memang kehausan.

"Kak Rae, lo belum sarapan kan? Sarapan sama gue aja, gue masak nasi goreng spesial hari ini. Mau nggak?", Hyunjin mengangkat kantong plastik yang sedari tadi ia bawa, memperlihatkan benda tersebut pada Changbin.

"Enggak makasih, gue gasuka nasi goreng. Apalagi buatan lo", Changbin berdiri, ia lalu membersihkan pantatnya dari kotoran.

Hyunjin tersenyum mendengar penolakan Changbin itu. Sudah dikatakan sebelumnya, Hyunjin itu tahu segalanya tentang Changbin. Ya, pengecualian untuk hubungan Changbin dan Jisung.

"Alah, padahal tiap malem gue sering liat lo makan di pangkalan nya Kang Aming. Dusta!", Hyunjin lalu tanpa izin menarik tangan Changbin agar ikut dengannya, karena ia tahu Changbin akan terus menolak.

"Lo ngikutin gue ya?!! Eh! Lo ngapain sih narik-narik?!!", Changbin ingin sekali melepaskan tangan Hyunjin yang menggenggam tangannya dan menariknya. Namun ia tidak tahu ternyata pemuda itu memiliki tenaga yang lebih kuat, berbanding terbalik dengan tubuhnya yang kurus. Changbin menyerah, ia tahu menolak Hyunjin adalah sesuatu yang mustahil. Setidaknya hal itulah yang ia sadari ketika baru sehari mengenal Hyunjin.

Saat mereka sampai di persimpangan dekat kost Hyunjin, tiba-tiba Hyunjin berhenti. Membuat Changbin yang ditarik juga ikut berhenti. Hyunjin terdiam menatap lirih didepannya, ayu tepatnya melihat pada kamar yang berada tepat disebelah kamar kost nya. Karena posisi tempat tinggal Hyunjin yang berhadapan langsung dengan persimpangan, maka ia bisa melihat dengan jelas apa yang ada didepan matanya.

"Ngapa berhenti?", Tanya Changbin yang masih terdiam ditempatnya.

"Nasi gorengnya nanti gue anterin aja ya ke kost lo, kamar gue berantakan. Bau, nanti lo nggak nyaman", tanpa melihat Changbin, Hyunjin berbicara masih menatap pemandangan didepan nya yang sungguh tak mengenakkan. Mungkin tidak baginya, tapi bagi Changbin.

Changbin mengernyitkan dahinya bingung, ia tak mengerti kenapa Hyunjin tiba-tiba berubah pikiran. Ia pun berjalan ke samping Hyunjin, ingin melihat apa yang membuat pemuda itu tiba-tiba tidak jadi mengajak nya sarapan bersama.

Saat matanya ikut mengarah pada objek yang Hyunjin lihat, Changbin terpaku. Hyunjin sadar, dan ia tidak ingin Changbin melihat apa yang ia lihat, namun ia terlambat saat melihat Changbin terdiam.

Didepan sana, tepat di depan kamar, sebelah kamar Hyunjin dua orang pemuda tengah berbicara bersama terlihat begitu akrab. Dan salah satunya adalah Jisung, kekasih Changbin. Mungkin Changbin akan bersikap biasa saja ketika melihat kekasihnya dekat dengan orang lain, namun tidak jika kedua tangan mereka tengah bertaut.

Changbin dalam diam mengambil ponselnya yang berada di saku celananya, ia menekan sebentar benda tersebut lalu mengarahkan nya pada telinganya. Changbin menelepon Jisung yang tengah berduaan dengan Woojin. Yang Changbin tahu adalah mantan kekasih Jisung.

Terlihat didepan sana Jisung mengambil ponselnya yang bergetar dari sakunya, ia sedikit terkejut saat melihat nama yang tertera pada layar ponselnya.
Jisung nampak memperlihatkan siapa yang meneleponnya pada Woojin, seakan meminta persetujuan. Dan Woojin mengangguk pelan.

"Halo Kak?", Suara Jisung terdengar begitu tenang, namun dari jarak Changbin, ia bisa melihat bahwa Jisung tengah gelisah.

"Kamu dimana?"

"Masih dirumah", Changbin menghela nafas panjang. Ini pertama kalinya Jisung berbohong padanya, yang ia tahu.

"Oke!"

"Oh iya kak, nanti kayaknya aku gabisa mampir ke cafe, soalnya nanti anak-anak mapala rapat"

"Iya, gapapa. Jangan telat makan"dengan segera Changbin memutus sambungan telepon itu. Matanya terus menatap datar pada objek yang kini kembali seperti semula.

Hyunjin menyaksikan dalam diam, ia merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Melihat Changbin yang terus terpaku ditempat membuat Hyunjin tidak tahu harus berbuat apa.

Ia belum pernah di selingkuhi oleh seseorang, bahkan berpacaran saja belum pernah. Jadi ia tidak tahu se-menyakitkan apa rasanya jika ia berada diposisi Changbin.

"Nggak usah dipikirin kak", Changbin membalikkan tubuhnya menghadap Hyunjin. Menatap datar pada Hyunjin. Hyunjin berani bersumpah tatapan itu lebih datar dari isi dompetnya ketika tanggal tua.

"Gak usah ikut campur!", Ujar Changbin dingin lalu ia segera pergi dari hadapan Hyunjin tanpa mengatakan apapun lagi.

Ingin sekali Hyunjin menghibur Changbin, namun ia yakin semua yang ia lakukan malah akan membuat Changbin merasa lebih buruk. Bagi Changbin, ia hanyalah seonggok manusia yang memberikan kesan buruk padanya dan selalu menganggu ketenangan nya.

Hyunjin memang tidak tahu bagaimana rasanya diselingkuhi, tapi ia yakin rasanya sama menyakitkan ketika  diabaikan. Dan Hyunjin merasa terabaikan dan tidak penting sekarang.


















Tadinya aku gamau update apa-apa :') tapi aku ngerasa punya utang :')

[2]COMMODUS - Changjin ft Jisung (COMPLETED) ✔Where stories live. Discover now