Octo

1K 194 134
                                    

Changbin meletakkan kepalanya di atas meja kantin fakultas nya dengan lesu. Ia kelelahan dan sedang berada dalam mood yang tidak baik. Ia memejamkan matanya tanpa peduli dengan pandangan orang lain yang tengah menatapnya. Changbin hanya terlalu lelah tanpa alasan. Ia merasa ada sesuatu yang hilang hingga membuatnya kurang bersemangat.

Terhitung sudah satu minggu lebih pemuda berbibir tebal yang sering menganggunya itu tidak terlihat. Tidak ada kabar sama sekali, pemuda itu menghilang bak di telan bumi.

Oh, tentu saja Changbin tidak peduli. Namun, tanpa ia sadari di bagian hatinya yang paling dalam ia merasa ada yang kosong. Tapi Changbin tidak ingin mengakui. Dan berakhir dengan mood nya yang beberapa hari selalu down. Bahkan, kekasihnya sendiri pun jarang mengabarinya. Jisung seakan ikut menghilang.

Pemuda tupai itu akan muncul ketika ia hanya meminta uang pada Changbin dan setelahnya pasti akan menghilang entah kemana. Namun Changbin terlalu malas jika hanya sekedar untuk mencari tahu dimana dan kemanakah perginya Jisung.

'Duk'

Changbin merasa seseorang duduk di kursi di hadapannya, namun lagi-lagi Changbin acuh. Ia tak akan peduli selama keberadaan orang tersebut tidak menganggunya. Ia terlalu lelah untuk bercanda.

'tuk''tuk'

Suara ketukan pada meja itu menganggu telinga Changbin yang menempel pada meja. Namun, lagi-lagi tak Changbin hiraukan.

'tuk''tuk''tuk'

"Apasih!! Berisik!!", Changbin akhirnya dengan kesal mengangkat kepalanya. Ia menunjukkan wajah garangnya seketika pada orang yang telah menganggu ketenangan nya. Namun, Changbin masih menutup matanya.

Dan, ketika Changbin membuka matanya. Wajah terkejutnya tak bisa ia sembunyikan ketika melihat siapa seseorang yang mengganggu ketenangan nya.

"Hai Kak Rae,, apa kabar?", Seseorang tersebut dengan senyum nya yang lebar hingga matanya menyipit menyapa Changbin.

Changbin mematung sesaat kala melihat wajah orang yang tak ada kabarnya selama satu minggu lebih itu. Namun, ia segera memasang wajah datarnya. Seakan tidak peduli dengan kehadiran seseorang tersebut.

"Ngapain lo disini?!!", Changbin berujar ketus, ia entah kenapa merasa kesal. Walaupun sebenarnya ada rasa lega ketika ia melihat wajah tersebut.

"Masih galak aja sih kak, nggak kangen gitu ke gue?", Pemuda itu menunjuk dirinya sendiri, sikap santainya itu membuat Changbin makin kesal.

"Nggak guna banget kangen sama lo!", Pemuda tersebut terkekeh, ia memangku wajahnya sendiri. Menatap lurus pada Changbin.

"Yakin? Kok keliatannya seneng banget bisa ketemu gue"

"Berisik. Mending lo pergi", Changbin tidak tahu kenapa ia begitu kesal. Melihat pemuda itu begitu santai, bahkan ketika ia tidak memberi kabar apapun pada Changbin.

Changbin sempat menanyakan keberadaan Hyunjin pada Jisung atau teman Hyunjin lainnya beberapa hari lalu, namun mereka semua menjawab tidak tahu. Changbin kira ada sesuatu yang terjadi pada Hyunjin, namun ketika melihat Hyunjin sekarang dalam keadaan sehat dengan senyum tengil nya membuat Changbin lega. Sekaligus kesal.

Ia kesal karena Hyunjin tiba-tiba menghilang, ia kesal karena Hyunjin tidak memberinya kabar sama sekali, ia kesal karena sekarang Hyunjin baik-baik dan ia kesal sepertinya Hyunjin tidak terlihat merasa bersalah padanya. Ia juga kesal karena ia tidak tahu alasan yang jelas kenapa ia harus merasa kesal. Sial.

"Oh, jadi maunya gue pergi selama-lamanya gitu? Oke, maaf deh kalo ganggu", aneh, Hyunjin tiba-tiba saja beranjak dari duduknya. Namun, ia masih tersenyum pada Changbin. Membuat Changbin merutuki mulutnya sendiri.

"Maaf ya kak, kalo gue sering bikin kesel. Janji deh, mulai sekarang gue gak bakal muncul dihadapan lo lagi. Hehehe, sehat-sehat ya Kak Rae", Dan tanpa disangka Hyunjin pergi begitu saja, menyisakan tanda tanya pada Changbin yang kini tengah terbengong.

Ia tidak mengerti kenapa Hyunjin tiba-tiba berubah, apa yang terjadi pada pemuda itu selama tak bertemu dengannya. Changbin tahu, walaupun ia baru mengenal Hyunjin, pemuda itu bukanlah tipe yang akan dengan mudah merasa tersinggung akan sesuatu.

"Bodo amatlah", Changbin mengusak rambutnya sendiri dengan frustasi, ia lalu memilih untuk pulang ke kos nya sebelum ia ke kafe Minho.

Changbin dengan lesu berjalan, ia bahkan berulang kali menghela nafasnya entah karena apa. Dan ketika ia hampir saja keluar dari gedung fakultas nya, tak sengaja ia melihat Jeongin dan Seungmin. Changbin lalu menghampiri kedua pemuda itu.

Ketika Changbin mendekat, dapat ia lihat wajah sembab Jeongin dan Seungmin tengah mengelus punggung nya seakan sedang menenangkan Jeongin.

"Bintang! Joan!!", Panggil Changbin, dan kedua pemuda pemilik nama yang Changbin panggil itu menoleh. Namun raut wajah keduanya terlihat beda, terlebih Jeongin. Dan Changbin menyadari itu.

"Kamu kenapa Jo?", Sebenarnya Changbin menanyakan hal lain, namun melihat Jeongin dan Seungmin yang terlihat suram membuat Changbin mengurungkan niatnya.

Jeongin tidak menjawab, ia malah memalingkan wajah nya dari Changbin. Seungmin melihat pada Seungmin sambil menggelengkan kepalanya, dan Changbin menatap tidak mengerti pada Seungmin.

"Gak apa-apa Jo?", Seakan meminta persetujuan, Jeongin mengangguk.

"Gak apa-apa, kasih tau aja", Seungmin terlihat menghela nafas, ia lalu kembali memandang Changbin yang masih bingung.

"Ayahnya Jojo meninggal kak", satu kalimat itu mampu membuat otak Changbin yang tadinya lambat tiba-tiba merespon dengan segera. Ia membulatkan matanya lebar.

"Serius?", Seungmin mengangguk atas pertanyaan Changbin. Dan Changbin beralih pada Jeongin. Ia mengulurkan tangannya untuk menepuk pundak Jeongin, menyemangati adik tingkat nya itu.

"Keep strong ya Jo, kamu nggak boleh berlarut-larut. Ayah kamu udah tenang disana", Jeongin mengangguk dalam diam, dan melihat itu membuat Changbin bersimpati.

"Kak, udah ketemu Adit?", Pertanyaan dari Jeongin itu seakan menampar Changbin. Ia baru ingat jika Jeongin dan Hyunjin adalah saudara kandung.

"Astaga, goblok banget sih gue", alih-alih menjawab pertanyaan Jeongin, pemuda itu malah berlari ke tempat dimana ia bertemu Hyunjin tadi. Pantas saja ia merasa ada yang janggal pada Hyunjin, dan seketika ia tahu alasannya.

Changbin merutuki dirinya sendiri yang begitu jahat pada Hyunjin, padahal pemuda itu pasti sedang merasa terpukul.

Changbin terus berlari ke kantin fakultas nya, namun tak ia temukan sosok pemuda tampan berbibir tebal itu.

Tak mau menunggu, Changbin kembali berlari entah kemanapun. Membiarkan kakinya membawa lari entah kemana.

Changbin berbelok ke belakang gedung fakultas nya, disana ada taman yang begitu sepi dan biasanya dijadikan tempat untuk menenangkan diri mahasiswa lainnya, termasuk dirinya juga.

Langkahnya terhenti kala Changbin retinanya menangkap sosok yang menghilang selama satu minggu lebih itu. Tampak tak jauh di depannya, Hyunjin tengah duduk pada satu-satunya kursi yang tersedia di taman itu.

Changbin tidak melihat Hyunjin sedang menangis, namun ia tahu dengan jelas pemuda itu tengah bersedih. Terlihat dari bagaimana Hyunjin menundukkan kepalanya.

"Radit?!!", Panggil Changbin, ia dengan nafas tersengal menghampiri Hyunjin. Namun ia berjalan lambat. Dan bisa ia lihat Hyunjin mendongakkan kepalanya, melihat padanya.

"Kak Rae?", Melihat pada mata Hyunjin yang terlihat baik-baik saja namun sendu itu makin membuat Changbin merasa bersalah.

Apalagi ketika Hyunjin melayangkan senyum padanya, Changbin meringis semakin merasa tak enak.



-To Be Continued-







Sorry kalo misal saya slow update..hehe saya sedang berada dalam mode jenuh. Serasa tidak ada semangat buat nulis,, dan ini saya berusaha buat update walaupun saya tahu nggak ada yang nungguin sih.:')

[2]COMMODUS - Changjin ft Jisung (COMPLETED) ✔Where stories live. Discover now