18

2K 286 40
                                    

Awas typo..
Happy reading na.. 😘😘



    

    "Phi kemana saja akhir-akhir ini? Kau selalu sibuk dan tidak pernah ada waktu untukku."
Earth memasang wajah cemberut pada kekasihnya.
Title yang melihat ekspresi Earth segera merengkuh tubuh mungil kekasihnya itu.

    "Ada beberapa pekerjaan yang harus phi selesaikan.. jangan marah na.."
Title mencintai pundak Earth yang terekspos karena baju yang ia pakai kebesaran, dan itu adalah baju Title.

     "Baiklah.. aku memaafkanmu."
Earth tersenyum manis lalu membalikkan tubuhnya agar menghadap sang kekasih.

     "Phi.. jika terjadi sesuatu padaku.. aku harap kau bisa terus melanjutkan hidupmu tanpaku."
Ujar Earth tangannya menangkupkan kedua pipi Title dan menatap mata orang yang sangat ia cintai itu.

      "Apa yang kau katakan..? Aku tidak akan membiarkanmu pergi kemanapun, karena tempatmu itu berada di sisiku selamanya. Jadi.. jangan berpikir bahwa akan terjadi sesuatu padamu."
Title memeluk tubuh Earth sangat erat. Earth hanya diam saja, dalam pikirannya masih terngiang ucapan Saint 3hari yang lalu.
Kini suasana di rumah mereka pun tidak sama lagi, di sana begitu dingin, Saint yang jarang sekali pulang, dan Plan yang selalu mengurung diri di dalam kamar.
Gun yang biasanya ceria kini menjadi pendiam, bahkan saat Kengkla menelfonnya ia hanya menatap ponselnya tanpa mau mengangkatnya.

      "Phi.. itu kamar siapa?"

     "Ah.. itu kamar tempatku meletakkan semua hasil foto-foto yang ku ambil."

     "Wah.. apa aku boleh melihatnya..?"

     "Emmbb.. di sana sangat gelap karena lampunya rusak dan phi belum memperbaikinya.. dan di sana juga berantakan."

     "Ah... Sayang sekali.. padahal aku ingin sekali melihatnya.."
Earth kembali bergelayut manja pada Title.
Title tersenyum lega saat kekasihnya itu tidak lagi memaksa untuk masuk kedalam kamar itu.



















      "Gun.. kenapa kau menghindariku? Phi minta maaf jika waktu itu membuatmu tidak nyaman.."
Mark terus membujuk Gun yang juga terus berusaha menghindarinya.

      "P, Mark.. sudah cukup, aku tidak mempermasalahkan hal itu, aku hanya tidak ingin memiliki perasaan aneh ini terhadapmu."
Bentak Gun tepat di depan wajah Marj.
Mark terdiam sejenak mencerna ucapan Gun.

      "Tunggu, perasaan aneh apa yang kau maksud?"
Tanya Mark, dan yang mendengar pembicaraan mereka berdua hanya memutar bola matanya jengah
Melihat pasangan bodoh itu.
Saint maupun Plan hanya mengamati saja tanpa mau ikut campur urusan mereka berdua.

      "Apa kau juga berdebar saat berdekatan denganku seperti ini?"
Mark membawa tangan Gun untuk memegang dadanya yang berdegup kencang.
Wajah Gun memerah, karena yang di katakan oleh Mark itu benar adanya.
Gub mengangguk pelan, kemudian Mark menariknya kedalam pelukannya.

Semua pengunjung di cafe berteriak histeris karena melihat adegan itu, dan ada juga yang bertepuk tangan.
Mereka berdua terlihat manis dengan tingkah bodoh mereka.
Saint dan Plan kembali pada pekerjaan mereka masing-masing.

      "Cepat pergi jika masih ingin bermesraan, jangan di sini."
Usir Plan pada keduanya, saat melewati mereka untuk mengantarkan pesanan para pelanggannya.
Tanpa menunggu jawaban dari Gun, Mark menariknya untuk keluar dari cafe.

Tepat saat Mark membawa Gun keluar dari cafe Mean masuk kedalam cafe dan berpapasan dengan Plan.

      "Ha_hai phi.."
Sapa Plan agak gugup, dan itu terlihat manis di depan Mean apalagi saat Plan memanggilku dengan sebutan Phi.
Mean tersenyum lalu menepuk kepala Plan, kemudian duduk di meja yang masih kosong.
an segera masuk kedalam dan mengambilkan pesanan Mean seperti biasanya.

Sweet Killer "Completed"  Where stories live. Discover now