Widower [M]

14.9K 662 501
                                    


"Ah, Tuan Kim! Selamat datang."

Tuan Kim?

Segera saja Kyungsoo meninggalkan pekerjaannya, dia bahkan tergesa-gesa berlari menuju pintu masuk untuk ikut menyambut Tuan Kim yang datang.

Ah, masih begitu tampan seperti hari kemarin, senyumnya bahkan terlihat begitu ramah. Sore ini surainya terlihat acak dan lembab, barangkali lantaran hujan salju yang mengguyur di luar sana. Baju hangatnya bahkan terkena rintikan kristal salju yang berjatuhan.

"Ah, dia pasti kedinginan. Andai aku bisa memeluk Tuan Kim," gumam Kyungsoo yang terpesona memandangi lelaki matang yang menawan di depan pintu masuk.

"Guru Do? Apa yang kaulakukan? Di mana Rahee? Ayahnya sudah menjemput!"

Kyungsoo tersentak oleh seruan Ibu Kepala Sekolah yang sedang menyambut Tuan Kim. Ah, benar! Kim Rahee. Dia seharusnya memanggil dan segera membereskan peralatan Rahee agar ayahnya bisa segera membawa pulang.

Segera kemudian Kyungsoo kembali masuk ke dalam kelas untuk memanggil anak asuhnya. "Rahee, D—Daddy datang!"

"DADDY!" Segera saja anak manis berusia lima tahun itu berlarian ke arah pintu masuk kelas Sakura, di mana lelaki rupawan itu sudah menghampiri dan melebarkan kedua lengan menyambut anak perempuannya yang berhamburan.

Daddy. Kata panggilan yang sering disebut Rahee untuk Tuan Kim, sebenarnya membuat Kyungsoo iri. Andai saja Kyungsoo bisa ikut menggunakan kata panggilan itu, ia yakin bibirnya akan terdengar lebih menyenangkan kala memanggil dengan sebutan itu.

"Bagaimana Rahee hari ini, Guru Do?" Tuan Kim bertanya dengan kalimat sopan santun. Demi Tuhan, suara rendah yang begitu lembut itu benar-benar mengguncang Kyungsoo. Detak jantung tiba-tiba saja senewen.

"A—Ah! Tidak ada hal spesifik yang terjadi. Rahee malah lebih banyak bicara hari ini. Sepertinya ada hal yang menyenangkan yang terjadi, ya?" Kyungsoo berusaha tetap tenang, tidak menunjukkan jika ia kini sedang salah tingkah lantaran Tuan Kim berbicara terlalu dekat. Ini padahal sudah biasa terjadi, hari ini Kyungsoo bertambah gugup saja. Tampang yang lembab itu menambah seratus persen ketampanan Tuan Kim.

"Wah, benarkah? Mungkin karena ini adalah akhir minggu. Saya sudah berjanji untuk membawa Rahee ke taman bermain di hari libur."

"Um! Daddy berjanji!" Rahee mengulangi dengan mantap. "Apa Pak Guru juga mau ikut? Pasti akan tambah menyenangkan jika ada Pak Guru Do." Senyum manja itu membuat Kyungsoo ikut-ikutan tersenyum.

"Apa boleh Pak Guru ikut?" tanya Kyungsoo dengan lembut pada Rahee.

"Eum. Iya kan Daddy? Pak Guru boleh ikut?!" Rahee mendesak ayahnya.

"Oh tentu saja! Daddy senang sekali jika Guru Do ikut bersama kita besok."

Jawaban itu membuat mata Kyungsoo membulat. Ia tahu jika itu adalah untuk sekedar menyenangkan hati Rahee. Akan tetapi, Kyungsoo tak bisa mengatasi gemuruh detak jantung yang semakin tidak terkendali. Jawaban Tuan Kim membuat hati Kyungsoo berbunga-bunga.

"Yeay!"

Kyungsoo menelan liur, lantas tersenyum untuk Rahee. "Kalau begitu, sekarang Rahee pulang dan beristirahat. Jangan tidur terlalu malam supaya besok kita bisa pergi ke taman bermain pagi-pagi," ucap Kyungsoo dan merapikan rambut Rahee yang sedikit acak-acakan di dalam gendongan Tuan Kim. Dia kemudian memberikan tas ransel Rahee pada Tuan Kim.

"Terima kasih, Guru Do."

"Ah, tidak perlu berterima kasih. Itu sudah menjadi tugas saya." Kyungsoo tersenyum sembari menundukkan kepala menutupi perasaan malu.

KAISOO Oneshot CompilationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang