My Dominant Boss [M]

13.2K 572 138
                                    


Aku tersentak dan segera terbangun dari lelap ketika ponsel berdering cukup nyaring. Aku melepas pelukannya dan beranjak dari ranjang kami.

Setelah memakai jas tidur yang acak-acakan saja, aku berlari menuju kamar mandi untuk menerima panggilan teleponku.

"Halo, Sayang! Kau di mana? Ini sudah jam sebelas malam!" Bahkan belum sempat aku menyapa, suara di seberang telepon sudah berseru.

"S—Suamiku, maaf sepertinya aku tak pulang malam ini. Aku masih berada di kantor." Aku beralasan pada suamiku yang menelepon di seberang sana.

"Lembur lagi?! Kyung, ini sudah tiga hari!"

Benar sekali. Sudah tiga hari lamanya aku tak pulang ke rumah. Tetapi, aku memang tak dapat pulang. Jika aku tak menuruti perintah atasanku, barangkali ia bisa saja tak segan memecatku.

Aku tak memiliki penghasilan lain, bahkan suami tercinta yang menunggu di rumah, tidak memiliki pekerjaan sama sekali.

"Tidak bisa. Aku tak bisa pulang sekarang," ucapku sedikit ketakutan untuk menjawab, merasa kasihan padanya yang menunggu di rumah.

"Kyung, aku tahu gajimu besar di perusahaan itu. Aku tahu semua kebutuhan terpenuhi. Akan tetapi, aku tak bisa membiarkan suamiku kelelahan bekerja setiap hari. Kau butuh istirahat, Kyung! Kau butuh pulang!"

"Tidak, Suamiku. Kumohon, bertahan—"

Belum sempat terselesaikan ucapanku, sang suami sudah menyela di balik telepon. "Ayo berhenti saja dari perusahaan itu!"

Kalimat perintah dari balik telepon membuatku tersentak. Namun, aku lebih tersentak lagi manakala menangkap sosok lelaki bertubuh atletis dan maskulin dari pantulan cermin.

Tubuh yang begitu polos dan tak berpenutup apa pun, mengekspos kulit tubuh yang agak gelap. Aromanya menguar kala ia datang memeluk dari belakang punggung.

"Kyung?!" Sapaan di balik telepon membuatku tersentak dan tersadar diri.

"A—Apa tadi kau bilang?"

Aku hampir melupakan suamiku. Apalagi kini tangan-tangan nakal lelaki bertubuh atletis sudah menggerayangi tubuhku, menarik jas tidur acak yang kukenakan hingga tubuh mungil yang begitu putih bersinar milikku, tercungkil sedikit.

"Ayo berhenti saja dari pekerjaanmu, Kyung!"

"Ahh!" Aku mendesah mana kala tangan jantan itu memijat kelentit susu, tangan lain sudah membelai lubang belakang.

"Kyung?!"

"A—Aku tidak bisa! Ku—kumohon mengertilah! Bagaimana kita bisa hidup jika aku tak bekerja, kau bahkan tak bekerja!" Aku bersuara lantang. Bukannya marah, tetapi aku sedang berusaha menutupi suara-suara aneh nan mesum yang barangkali tercipta lantaran tangan-tangan nakal itu semakin berulah.

"Kau menyalahkanku!" Bentakan itu terdengar di balik telepon.

"B—Bukan begit—Unghh!" Aku harus menutup mulutku. Tiba-tiba saja jari jemari sang lelaki atletis sudah menusuk lubang belakang, bibirnya tak berhenti menganiaya leher dan tengkuk, sesekali ia mengecup telingaku.

"K—Kumohon, Suamiku. A—Aku harus bekerja. Ayo matikan saja teleponnya." Aku berucap dengan serak dan desah tertahan.

"Aku benar-benar tak tahu apa yang ada dipikiranmu, Kyung! Bekerja! Bekerja!" Helaan napas kesal dari bibir suamiku terdengar begitu jelas di telingaku. "Sudahlah! Aku hanya mengingatkan, besok adalah peringatan kematian ibumu! Kuharap kau tak melupakan!"

KAISOO Oneshot CompilationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang