Bab 1 : Dhea

4.2K 112 80
                                    

Dhea POV

Byuur

Bajuku kebasahan karena ulah beberapa gadis yang membuliku. Mereka tertawa melihatku basah kuyup seperti ini. Entah kenapa mereka sangat bahagia bisa membuat aku menjadi seperti ini.

Padahal, aku tak punya masalah dengan mereka. Apa mungkin karena aku adalah siswa yang berhasil mendapat beasiswa untuk di sekolah ini. Aku memang mendapat beasiswa di sekolah ini, sekolah yang terkenal dengan siswa dan siswinya yang adalah kaum elit.

Kepandaian mereka juga tak kalah hebatnya. Banyak dari siswa dan siswi yang pernah dan berprestasi di bidang mereka. Aku belum perkenalkan namaku, hai namaku Dhea. Aku adalah salah satu orang yang beruntung atau sial bisa mendapatkan beasiswa itu.

Pasalnya, siswa-siswi yang ada di sekolah ini, kebanyakan para orang elit, menatap rendah pada siswa-siswi yang mendapatkan beasiswa yang mayoritas berasal dari kalangan menengah kebawah.

Aku sering mendengar gosip beberapa orang yang sama sepertiku tak tahan tinggal di sekolah ini dan bahkan ada beberapa dari mereka yang bunuh diri karena tak sanggup menerima lagi bulian.

Hanya aku saja yang mampu bertahan sampai kelas 2 dan sebenarnya aku sangat tak tahan dengan perlakuan mereka padaku. Memperlakukanku layaknya mainan mereka.

"Hei kalian minggir! Aku mau lihat mainan kita!" seru suara seorang laki-laki. Ah, aku muak dengan laki-laki itu. Dia adalah orang penyandang Raja Buli di sekolah ini berpasangan dengan Elisha, Ratu Buli dan kebetulan saja mereka tengah berpacaran.

Namanya Rafael, anak dari pemilik sekolah ini. Mempunyai wajah ganteng dan tubuh kekar, begitu juga dengan otak yang encer membuat dia terlihat sangat sempurna. Sayangnya, kelakuannya yang buruk menutupi itu semua.

Baginya sekolah ini layaknya istana dan dia adalah Rajanya sementara aku, sekolah ini layaknya neraka. Aku memutar mataku bosan melihat pemandangan Rafael yang tengah bercumbu mesra dengan Elisha.

Bukan karena aku cemburu melainkan karena aku malas melihat tingkah mereka yang sok dewasa layaknya pasangan suami istri padahal baru pacaran. "Hei, kenapa kau melihat kami seperti itu?!" hardik Rafael.

Aku hanya diam saja tak mau mengatakan apa-apa, aku tak ingin menambah buruk keadaan karena salah bicara.

Plakk

Aku meringis kesakitan merasakan pipiku memanas karena ditampar oleh Rafael. "Hei kalau ditanya jawab dong !?" bentak laki-laki itu.

Dia kembali menampar pipiku sebelah sampai dua kali. Saat Rafael melayangkan tangannya hendak menampar pipiku untuk ketiga kalinya, aku memejamkan mataku pasrah dengan tamparan itu.

"Lepaskan tanganku Bima," pintaan Rafael membuat aku berani membuka mataku dan melihat Bima, sahabat Rafael menahan tangannya itu.

"Sudahlah hentikan Rafael, jangan menyiksa dia, dia itu perempuan apa kau tak kasihan sama dia." bela Bima. Rafael mendengus kesal dan menyingkirkan tangan Bima yang memegang lengannya.

"Awas kau akan kubuat lebih menderita lagi." ancam Rafael padaku. Dia akhirnya berlalu pergi bersama dengan teman-temannya pergi meninggalkanku yang masih mengusap pipiku bersama dengan Bima.

"Apa kau tak apa-apa?" tanya Bima. Aku mengangguk walau masih meringis kesakitan. Bima adalah siswa satu-satunya yang bisa kukatakan baik, dia tak pernah membuliku atau ikut-ikutan membuliku.

Dia seperti penengah bagi kami dan beberapa kali dia menolongku. "Aku minta maaf soal Rafael, dia anak yang baik hanya saja karena sesuatu hal dia menjadi seperti itu." kata Bima.

[#MAW1] Dhea & Rafael [Tamat]Where stories live. Discover now