Chapter 14

37 6 0
                                    

-OktaNova-

Lelaki dengan kaos hitam polos yang menutupi tubuhnya, terlihat sedang berbaring pada sofa panjang dengan tatapan terfokus pada ponsel di genggamannya. Dito terlihat sangat asyik dengan tokoh games-nya yang sedang beraksi menembaki musuhnya. Lagi-lagi seringai kemenangan menghiasi bibirnya. Tinggal sedikit lagi musuh yang ada, yang harus ia bunuh dengan senjatanya supaya ia dapat memperoleh Dinner chicken. Sejak pagi tadi, ia telah berhasil menang sebanyak tiga kali, dan kalah tertembak satu kali. Hal itu tentu saja membuat rank-nya terus naik.

Namun, tak lama konsentrasi nya terpecahkan akibat kedatangan pengganggu. Membuat lelaki itu berdecak dan ingin pindah menuju kamar saja, namun hal itu harus diurungkan mengingat kakinya yang tak mampu berjalan seperti biasa.

"Bunda, Nov pulang!" teriak Nova begitu keras padahal gadis itu sudah masuk ke dalam rumah. Ditambah, gadis itu memang sengaja ingin mengganggu Dito.

"Oii, Sipit. Kak Okta belum pulang, yah? Kok mobilnya gak ada?" tanya Nova yang kini telah berdiri disamping sofa. Sejenak lelakinitu mendongkrak kepalanya, menoleh ke arah gadis berbando itu.

"Gue, gak tahu!" balas Dito cuek. Sedangkan Nova yang dibuat kesal hanya menghentakkan kakinya kasar sebelum berlalu pergi ke kamarnya.

Setelah gadis pengganggu itu pergi, Dito malah terkekeh garing. Dan kembali melanjutkan permainannya.

"Bro, Nov kemana?" tanya seseorang yang baru saja duduk di sofa sebelah Dito. Lelaki itu tentu dibuat kanget bahkan suaranya yang pelan membuat bulu kuduknya sempat merinding. Ketika Dito menoleh, ternyata Gio yang duduk di sana. Tentu saja Dito mengenalnya dengan baik.

"Eh, ditanya duem aja lu." Gio dengan sesukanya memukul bahu Dito.

"Kan lagi mikir, Bos. Tadi itu pacar lo masuk kamar, kayaknya."

"Oh, sehat lo? Jadi ini maha karya dari kejadian semalam?" Gio menunjuk-nunjuk kaki lelaki di sampingnya yang di bungkus gips. Sedangkan Dito yang berusaha fokus dengan permainan di ponselnya, kini menoleh dan menatap sinis pada Gio.

"Kalo ngomong, yah. Bertele-tele amat, pakek maha karyaan segala. Udah tahu lo nanya lagi," desis Dito dengan ketus. Namun, Gio malah tertawa sendiri melihat ekspresi lawan bicaranya. "Lo mah, gak tahu basa-basi, yah!"

"Eh, udah lo tuh udah kayak cewek. Apa-apa basa-basi, basi tahu!" kata Dito dengan jemari tak lepas dari layar handphonenya.

"Mumpung udah siang, ayo kita makan dulu, yuk. Bunda udah siap masak loh," ujar seorang wanita dengan daster panjang hitam yang menutupi tubuhnya. Mengetahui kehadiran seseorang, Dito yang tadinya asyik dengan permainannya terpaksa harus berhenti sejenak.

Kedua lelaki itu menoleh pada sumber suara, lalu Gio dengan senyum manisnya berujar, "iya, Bun. Gak perlu repot-repot, kok."

"Kalo Dito, nungguin Okta balik aja deh, Bun. Kasian dia makan sendirian," timpal Dito.

"Lho, si Kakak belum pulang memang? Mang Akos juga gak ada?" tanya Nia sedikit khawatir.

"Belum, Bun." mendengarnya Nia sempat melirik ke arah luar mandela, di halaman rumahnya hanya ada satu buah mobil yang terparkir dan itu milik Gio. Nia hanya menghela nafas gusar. "Ya udah, kita tunggu Okta dulu, yah. Biar Bunda siapin makanannya dulu." Gio dan juga Dito sepakat mengangguk. Nia pun berlalu pergi kembali ke dapur.

"Yah, yah .. Udah mati gue, ahk!" petik Dito histeris. Akibat telah kalah dalam permainannya.

"Berisik ah, ini tuh siang gak usah berisik Sipit." Nova datang dengan pakaian yang telah berganti. Gadis itu kini memakai kaos berwarna biru laut, dan juga celana kain hitam selutut. "Kakak belum balik juga?"

"Okta, pulang!" teriak Okta dari balik pintu putih rumahnya. Gio, Nova, dan juga Dito dengan serentak menoleh menatap gadis yang terlihat lesu itu.

"Kok baru pulang, kak?" tanya Nova.

"Abis jalan-jalan gue sama Mang Akos," balas Okta dengan iringan kaki melangkah masuk.

"Gak sopan banget, ih.Pakek gue-lo," keluh Nova pelan.

"Jomblo amat, Ta. Jalan-jalan mesti sama Mang Akos. Tunggu abang sembuh, kita naik vespa keliling dunia," ujar Dito girang, sedangkan Okta sudah tak terlihat lagi masuk ke dalam kamarnya. Kepala Dito jua di hadiahi pukulan empuk dari bantal yang Gio lempar, akibat merasa kesal dengan ucapan lelaki itu barusan.

-OktaNova-

~Molysa







OktanovaWhere stories live. Discover now