Chapter 20

29 8 0
                                    

"Aduh," lirih Nova pelan sembari memegangi bahunya yang terasa sakit akibat ditabrak seseorang. "Aduh, maaf yah. Saya tidak sengaja." Nova menoleh mencari sumber suara barusan.

Seorang wanita dengan penampilan modis sedang menatapnya lekat. Tentu saja ia yang membuat Niva terjatuh barusan. Bahkan wanita itu tak berniat membantunya untuk berdiri? Nova berdecak pelan lalu menyelipjan helaian rambut yang menutupi matanya diantara daun telinganya.

"Lain kali kalau jalan, hati-hati dong, Mbak!" ujar Nova dengan kesal. Nova telah bangkit kini, ia juga membalas tajam tatapan wanita itu. "Em, ma-maaf, yah. Saya benar-benar tidak sengaja." Nova dapat melihat sosok wanita di hadapannya ini sedikit gelagapan. Nova memprediksi bahwa usianya mungkin dua puluh satu atau maksimal dua puluh tiga tahun.

Karena merasa tak ada gunanya juga, Nova segera memutus kontak matanya, dan segera berlalu menghampiri mami Esyi, meninggalkan wanita dengan drees merah pekat itu. Entah kenapa Nova merasa, tatapan wanita itu seperti seorang yang terkejut mungkin.

"Halo, Mami Esyi." yang Nova panggil langsung menoleh dan tersenyum cukup lebar. "Nov, baru datang sih, sayang. Mami kirain tuh, si Dirgam gak sampein pesan Mami ke kamu."

Nova terkekeh. Inilah mami Esyi, wanita berusia tiga puluh tujuh tahun yang masih terlihat seperti anak gadis.  Butiknya ini juga cukup terkenal dengan produk yang di lauching tak hanya untuk orang-orang dewasa, tetapi juga mendesain pakaian pengantin, pakaian modis untuk anak-anak muda, hingga busana muslimah lengkap di sini. Dan, setiap tahunnya biasanya butik ini akan melauching keluaran terbarunya, seperti saat ini. Dan, Nova dimintai menjadi salah-satu model di acara fashion show  minggu nanti.

"Mami, jadi tugas Nova gimana?" tanya Nova. Ia dan mami Esyi sekarang telah duduk di sofa dalam ruangan milik wanita itu.

"Jadi gini, Nov. Mami ada dua tawaran buat kamu. Kamu tahu, kan acara ini tuh gak main-main. Ini launching tahunan di butik Mami. Dan, kali ini ada tambahan keluaran buat desaian pakaian remaja gitu, jadi Mami tawarin model yang akan dimuat khusus dalam majalah, atau langsung show aja pas acara? Ini tawaran cuma buat kamu, lho."

"Em, maksudnya Mami, Nov bisa pilih salah satu gitu? Bukannya biasanya satu orang, yah. Aduh, ini kan tahun pertama Nov disini, jadi masih bingung deh, Mami." mami Esyi tersenyum simpul dengan bibir berbalut warna ungu itu.

"Sebenarnya, memang enggak ada istilah milih salah satu, karena model yang lusa pemotretan juga akan tampil saat fashion show nanti. Tapi, Mami kepikiran kamu, kamu kan kelas 12 yang sedang di sibukkan dengan ujian, belum lagi kalau mau tampilkan harus persiapan latihan yang lumayan buat kamu. Sedangkan yang lain kan udah bisa dikatakan senior itu, untuk urusan peraan busana juga tahun lalu juga mereka. Kamu ngerti 'kan maksud mami?" sejenak Nova terdiam, mencerna penjelasan barusan.

"Ini bukan karena Mami, raguin kamu lho, Sayang. Kalau Mami ragu sama kamu, udah pasti Mami gak tawarin kamu ikut bagian, tapi Mami mau ringankan kamu aja, gimana mudah."

Nova mengangguk mengerti, setelah di pikir-pikir, memang benar. Acara ini bukan buat main-main, ini acara besar. Sedangkan dirinya, yang biasa hanya menjadi model saat mengendorse produk di butik ini, Dan sekarang harus berusaha menjadi model saat fashion show yang dibuat secara langsung puluhan atau ratusan orang menyaksikannya nanti?  Nova menghembus nafas berat, ditatapnya wanita di hadapannya lekat, ia berusaha membuatnya yakin.

"Gimana, Sayang? Ini berat, lho. Acaranya tinggal seminggu lagi. Mami percaya, kok kamu bisa. Tapi, kamu juga harus yakini diri kamu. Pokoknya untuk pemotretan udah ada di tangan kamu, kok. Kamu bisa pikirin lagi nanti di rumah. Kompromi juga sama orang tuamu. Sekarang, ayo ikut Mami lihat pakaian yang harus kamu coba nanti." Nova ikut beranjak bangkit mengikuti Mami Esyi yang mengajaknya barusan.

Suasana di seluruh ruangan butik ini memang begitu ramai ternyata, kecuali ruangan mami Esyi barusan. Nova dapat melihat banyak karyawan sibuk dengan memindahkan barang dari sini ke sana, ada juga yang sibuk mendekor ruangan utama butik ini, mungkin itu untuk pemotretan nanti, dan saat sampai di ruang yang terlihat dua kali lebih besar daripada ruang mami Esyi tadi. Di sini, juga ada beberapa wanita cantik, Nova mengetahui beberapa diantaranya mereka sering ditampilkan di majalah maupun di sosmed.

"Nov, ini baju yang kamu pakai buat pemotretan lusa." Nova menoleh menemukan Arshila yang memegang sebuah drees selutut berwarna merah muda. Nova tersenyum dan segera menghampirinya.

***

Kak Gio♡
Aku otw , yah. See u, Nona Witomo :')

Satu pesan dari seorang  Gergi gionaldi telah mampu membuat pipi Nova merona. Jarum jam telah menunjukkan pukul setengah lima sore, dan ia masih harus menunggu jemputan dari Gio. Rasanya sangat letih setelah beberapa jam ini mencoba berbagai pakaian yang harus di sesuaikan dengannya. Nova memasukkan handphone tak berniat membalas pesan kekasihnya barusan.

"Hei, Nov."

"Dirgam, dari mana aja?"

"Itu, abis dari pantai ada acara bareng bakti sosial gitu, gue ikut bareng anak pramuka." Nova mengangguk kepalanya, ia baru tahu sosok Dirgam yang terkenal bandel di sekolah mau ikutan organisasi seperti itu.

"Belum selesai, Nov?" tanya Dirgam yang telah duduk di sebelah Nova. Tadinya, Nova sedang menunggu Gio di sebuah kursi panjang depan butik.

"Udah, selesai kok, lagi nunggu aja," balas Nova seadanya. "Nungguin gue datang? Ya ampun, ini calon istri emang pengertian, deh."

"Dih, orang gue nunggu kak Gio, kok." mendengar penuturan Nova membuat Dirgam berdecak. Tak berapa lama kemudian, sebuah mobil hitam telah berhenti tepat di hadapan Nova.

Gio mengeluarkan kepalanya melalui jendela mobil dengan seutas senyum manis. "Udah sampe, gue duluan yah, Gam." Nova beranjak namun Gio lebih dulu keluar dan membukakannya pintu. Nova hanya bisa tersenyum dengan perlakuan Gio.

"Tadi siapa?" tanya Gio setelah keduanya telah duduk dibangku masing-masing. "Masa gak kenal?" balas Nova.

"Ya, gak kenal makanya aku tanya Nov," sahut Gio lagi sedangkan Nova hanya menyengir. "Itu, Dirgam. Anak mami Esyi, adik kelas kita juga."

"Oh," balas Gio.

"Kenapa cemburu, yah?" Gio menoleh mendapati Nova yang menatapnya dengan mengedip-ngedip matanya. "Why?" tanya Gio namun Nova hanya tertawa, entah karena apa.

"Hm, udah makan?" Nova mengangguk, sembari menetralkan tawanya. Sebenarnya ia tertawa karena melihat ekspresi Gio saat ia menggoda lelaki itu tadi. "Mending langsung pulang aja, Nov udah makan tadi, mami Esyi pesan karting kok. Nov capek, kak Gio pasti juga capek, kan?"

Gio tersenyum tipis, sebelah tangannya terulur mengacak-acak Puncak kepala Nova gemas, sebelah tangannya lagi masih stay di stir mobil. "Pacarku yang pengertian." Nova langsung merona dibuatnya.

-OktaNova-

Salam hangat,
~Molysa


OktanovaWhere stories live. Discover now