[⭐] 20 - Mempersempit Jarak

1.5K 218 25
                                    

untuk mempersempit jarak,
yang dibutuhkan hanyalah
menambah komunikasi
di antara kita.

Orion sebenarnya ingin menahan diri dari bersikap terlalu impulsif, seperti yang akhir-akhir ini dia lakukan. Dia berubah, semakin mengikuti apa yang hatinya katakan, bukan akal sehatnya.

Seperti sekarang ini. Akal sehatnya mengatakan, dia tidak harus mengantarkan Ghea. Tapi hatinya ingin. Dan karena Orion juga tidak akan melakukan hal berarti di rumah, akal sehatnya tidak bisa menolak.

"Makasih ya, Kak," ujar Ghea di perempatan.

"Santai," sahut Orion, mencari-cari alasan yang masuk akal. "Lo bahkan nggak harus ikut ngebantuin desain, tapi lo udah dateng."

Tidak ada jawaban untuk sesaat. "Yah, salahkan Thalia. Dia yang maksa gue."

"Nggak apa-apa."

Mereka terdiam saat lampu berubah hijau. Barulah di perempatan berikutnya, Ghea berani bertanya lagi.

"Kak, lo sering ngelakuin ini? Nganterin anggota Klub Jurnal lainnya, maksudnya."

Orion memilih jujur, "Nggak juga. Cuma elo. Nggak tau kenapa."

Tanpa Orion tahu, cewek di belakangnya susah payah menahan mulutnya supaya tidak berteriak.

Orion mendesah. Dia sebenarnya tidak ingin terlalu jujur, tapi dia tidak mau menutupi alasannya mau berbaik hati mengantar Ghea pulang. Dia tidak tahu---dan tidak terlalu mau tahu---ke mana semua ini akan mengarah. Dia ingin membiarkannya terjadi.

Ghea mengucapkan sesuatu saat mereka sedang dalam perjalanan. Orion mencondongkan badan ke belakang.

"Apa?" teriaknya.

"Kata nyokap gue," balas Ghea berteriak, sedikit mencondongkan badan ke depan supaya suaranya terdengar, "nama gue itu pelesetan dari Gaia, nama dewi Bumi Yunani."

"Terus?" Orion sedikit melambatkan laju motornya.

"Nama lo kan, nama rasi bintang."

"Terus?" Orion masih tidak tahu arah pembicaraan Ghea.

"Yah, gue cuma merasa itu kebetulan yang aneh. Kita sama-sama dinamai dari benda alam semesta."

Orion hanya diam saja. Rupanya Ghea suka bercocoklogi.

Mereka tidak berbicara lagi setelahnya, hingga motor Orion berhenti di pekarangan rumah Ghea. Sambil turun dari motor, Ghea melepas helm yang dia pakai.

"Omong-omong, makasih, Kak, udah dianterin," Ghea tersenyum. "Hati-hati, ya."

Orion mengangguk. "Masuk aja. Gue duluan."

Ghea menggumamkan sesuatu, lalu berbalik. Orion meninggalkan tempat itu, tapi satu yang tidak bisa meninggalkan pikiran Orion: senyum Ghea.

Dia masih tidak tahu apakah dia betulan suka pada Ghea atau dia hanya menjadikan cewek itu tempat berlari dari rasa sepi. Mungkin saja, keduanya berkaitan, kan?

Rumahnya sendiri hanya sekitar sepuluh menit perjalanan dari rumah Ghea, melewati satu perempatan dan beberapa gang kecil. Rumah ini selalu sepi.

Dulu, saat masih bersama, orangtuanya terlalu sibuk bekerja, meninggalkannya sendirian di sana untuk sebagian besar waktunya. Pun, jika bertemu, mereka lebih sering bertengkar---saling menyalahkan karena mereka jarang di rumah lah, Mama nggak pernah memasak lah, Papa terlalu sibuk dengan "titik kecil di langit yang nggak penting" lah. Orion sampai hafal.

Orion lega orangtuanya akhirnya bercerai. Toh, dia sudah cukup mampu hidup sendiri tanpa mereka memperhatikannya juga, jadi peristiwa itu tidak begitu mengubah hidupnya.

Meski begitu, dia rindu juga pada kehangatan seseorang. Orang yang mau menemaninya, menyayanginya, karena kedua orangtuanya tidak bisa melakukan itu.

Tanpa sadar, Orion jadi Pemburu yang selalu mencari teman untuk mengusir sepi.

Astaga, lebih baik Orion tidur saja. Dia sudah terlalu lelah untuk berpikir.

Sajak SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang