1. kesan pertama (revisi)

37.5K 2K 12
                                    

Syukron. Kalau kalian suka, aku bakal terusin ceritanya yaaa.
Happy Reading guys.

Semoga kalian senang.

Jangan lupa vote dan komen yaaa

***

"Dokter Salsa," panggil salah satu perawat.

Salsa yang sedari tadi melamun, entah apa yang di lamunkan, segera menoleh ke sumber suara. Tersenyum ramah menatap perawatnya.

"Ada apa, suster Lala?" tanya dokter Salsa ramah.

"Sebelumnya maaf, dari tadi saya mengetuk pintu dokter Salsa, tapi tak kunjung ada sahutan. Makanya saya langsung membukanya," kata Suster Lala ramah.

"Oh tak apa. Maaf, tadi saya lagi melamun,"

"Iya dok. Saya membawakan hasil laporan keadaan pasien yang ada di ruangan rafflesia," kata Suster itu sembari menyerahkan amplop warna pink muda pada Salsa.

"Boleh saya liat?" tanya Salsa ramah.

Suster itu mengangguk lalu berkata, "Kalau begitu terima kasih banyak, dok. Saya harus mengecek pasien ruangan anggrek," pamitnya ramah

"Iya sama-sama," setelahnya, Salsa kembali menutup pintu ruangannya dan kembali duduk untuk melihat hasil laporan yang di berikan oleh suster Lala baru saja. Jemari lentiknya membuka amplop warna pink itu perlahan, ketika ia akan membaca isi laporan tersebut, konsentrasinya buyar. Karena teringat lamunannya beberapa menit yang lalu sebelum suster Lala datang. Sungguh mengganggunya.

Ia mendesah sembari mengusap keningnya, "Ya Allah, dosakah diriku ini? Karena memikirkan seseorang yang jelas-jelas bukan mahram hamba. Tolong jauhkan hamba dari bayangan negatif, Ya Allah," katanya frustasi. Menaruh kembali map pink yang sedari tadi ada di pangkuannya.

Salsa melirik arloji yang melingkar manis di pergelangan tangan kecilnya, menunjukkan pukul 03.05 sore. Gadis berkarir itu bangkit dari kursi kebesarannya untuk menuju masjid yang di sediakan pihak rumah sakit, tentu saja untuk melakukan salat Ashar.

Kaki jenjangnya yang tertutup rok panjang berwarna putih telah berjalan menyusuri jalan setapak taman yang akan membawanya ke area masjid yang begitu megah. Di sana sudah banyak jema'ah yang keluar karena sudah selesei menunaikan ibadah. Berarti, Salsa tidak ikut berjama'ah. Tak hanya Salsa, beberapa orang yang belum melaksanakan salat Ashar segera mengunjungi masjid.

Salsa melepas jas putih kebanggaanya dan menyimpannya lemari yang di sediakan.

Salsa segera mengambil air wudhu. Menurutnya, setiap ia mengusapkan air wudhu ke ketubuhnya, dapat memberi efek baik bagi tubuhnya. Setelah selesai, Salsa segera mengambil mukena yang di sediakan pihak masjid.

Mengucapkan niat salat, dan melakukan gerakan salat. Salsa khusyuk dalam salatnya. Hanya salat yang mampu menjernihkan pikirannya ketika otaknya akan meledak. Merapalkan doa-doa salat sembari menghayati setiap ayat yang ia bacakan. Dengan cara seperti ini, ia mampu berdekat, bersimpuh, dan berserah diri kepada Allah Swt.

Setelah selesai berdoa dan sedikit mencurahkan isi hatinya pada-Nya, Salsa kembali melipat mukena dan di taruhnya kembali dengan rapi pada tempatnya. Ia segera mengambil jas putih kebanggaanya. Ketika ingin menginjakkan kaki di teras masjid, tiba-tiba kakinya mendadak berhenti. Jantungnya berdetak kencang, keringat dingin mulai bermunculan. Kalimat istighfar telah ia ucapkan beberapa kali.

Seorang lelaki dengan seragam kebanggaannya khas tentara telah berhasil membuat langkah Salsa mendadak kaku, seakan-akan ada rantai kapal yang menahan kakinya agar tidak berjalan lebih dekat. Orang itu...

Orang itu, kakak kelas Salsa sewaktu ia masih sekolah di SMA. Salsa sudah lama memendam perasaan terhadap kakak kelasnya itu, bahkan perasaannya masih bercokol di hatinya sampai saat ini, dan detik ini. Kakak kelasnya yang bernama Angkasa Dirgantara telah mampu menggoyahkan hatinya. Seorang tentara yang bergelar Kapten telah merobohkan bentengnya. Tapi, nasibnya tidak seperti di novel-novel yang akan ber-ending bahagia. Dirga telah memiliki tunangan. Tunangannya adalah tak jauh yaitu kakak sepupunya sendiri. Mendengar hal itu, hati Salsa sesak. Tapi, itu hanya nafsu duniawinya. Seharusnya, Salsa tidak boleh seperti itu. Tidak boleh memikirkan seseorang yang belum menjadi mahramnya. Sehingga Salsa harus mengubur perasaannya yang sudah berumur kurang lebih tujuh tahun dari masa ia SMA. Setiap harinya, ia kuatkan dengan berdoa dengan sang Maha Penguasa. Meminta agar pikiran negatif menjauhi dirinya. Ini kesalahan yang fatal. Apalagi ia sudah mempunyai tunangan. Selama tujuh tahun menyimpan perasaan dan berusaha menghilangkan perasaan itu, ketika melihat Dirga sehari saja, sudah roboh benteng pertahanannya. Jangankan sehari, beberapa menit saja sudah roboh. Mungkin, Dirga sudah mengebom hatinya dengan senjata andalannya ketika di bawa perang.

Sepertinya, Salsa harus menguatkan imannya kembali.

Dirga adalah cowok dingin ketika ia SMA, bahkan sifat dingin itu masih melekat pada wajahnya sampai saat ini. Setiap lekukan wajahnya menggambarkan wataknya yang cocok menjadi seorang tentara yang bergelar Jenderal. Rahangnya tegas seperti sikapnya. Siapapun wanita akan terpikat melihat wajar Dirga pahatan sempurna yang di ciptakan oleh Allah Swt. Lelaki itu sengaja mampir ke masjid rumah sakit Al-Akbar, karena kebetulan ia sedang melewati jalan depan rumah sakit, sehingga memutuskan untuk salat di situ.

"Jangan berdiri di tengah jalan, Dokter Salsa,"

Salsa terperanjat ketika mendengar suara bariton yang begitu dingin dan tegas itu menyapa gendang telinganya.

"Ka-Kak Dirg-a. Maaf," kata Salsa terbata-bata sembari menunduk. Setelahnya, Dirga masuk ke dalam masjid untuk beribadah.

Untungnya, ia tidak bermain kontak mata dengan Dirga. Tanpa menunggu lama lagi, Salsa berjalan menjauh sembari menetralkan detak jantungnya. Salsa segera mengambil jasnya dan berlari keluar untuk kembali keruangannya. Kejadian baru saja sudah membuat hati Salsa kembang kempis.

"Ya Allah, dosalah hamba karena menyukai tunangan orang lain," lirihnya sembari keluar dari area masjid dan benar-benar kembali ke dalam ruangannya.

Ketika berjalan menyusuri lobi untuk kembali ke ruangannya, salah satu perawat telah memanggil namanya.

"Dokter Salsa," teriaknya.

Salsa menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang memanggilnya, setelah tau, ia tersenyum ramah.

"Ada apa, sus?"

"Pasien kamar anggrek sedang kritis, kita harus segera melakukan operasi, Dok. Berkas perizinan sudah saya taruh di meja Dokter Salsa, siap untuk di tanda tangani," kata Suster Lala itu.

"Siapkan ruang operasi, saya akan segera menandatangani berkasnya," kata Salsa. Setelahnya gadis itu berlari menuju ruangannya. Baginya, menjadi dokter tidak lah gampang. Tapi, Salsa sudah menciptakan profesi ini sejak kecil. Menyelamatkan satu nyawa perlu mendapatkan izin dari Allah Swt. Ia hanya membantu semaksimal mungkin atas izin-Nya. Sejatinya hidup dan mati tetap Allah Swt yang memegang.

***

Syukron. Jangan lupa like dan komen ya

Imamku, Tentaraku Where stories live. Discover now