8 inikah relawan sebenarnya? (revisiiiiiii

18.6K 1.2K 7
                                    

Salsa terbangun dari tidurnya. Ia bergegas mencari air wudhu untuk melaksanakan salat tahajud. Kebiasaan dirinya untuk curhat di sepertiga malam. Mengadukan kekesalan yang di pendam kepada Allah Swt. Teman curhat terbaik baginya itu hanyalah Allah swt.

Tapi ketika ia mengambil air wudhu, tiba-tiba suara alarm berbahaya berbunyi. Seluruh orang yang ada di dalam base camp terbangun mendengar alarm itu. Salsa panik setengah mati, ada apa ini? Salsa bergegas masuk untuk membangunkan yang lain, tapi mereka sudah terbangun. Salsa terus menyebut nama Allah ketika cahaya berwarna kuning dari langit akan jatuh ke tanah. Jaraknya tidak terlalu jauh dari base camp mereka.

"AYO SEGERA BERLARI!" seru Dirga tegas. Suasana mendadak mencekam. Takut di mana-mana. Nama Allah beberapa kali di teriakkan oleh mereka. Seruan itu semakin keras untuk menjauhi base camp. Suara teriakan begitu memekakkan telinga.

Mereka berlari keluar menjauh dari tenda TNI AD dan....

DUUUUUAAAAAARRRRRR......

Suara itu begitu memekakkan telinga. Hingga membuat mereka terpental jauh. Dentuman boom yang jatuh mengenai dekat base camp telah berubah menjadi api yang besar. Dan mereka terpental jauh. Jauh...sampai mengakibatkan luka parah dan mungkin bahkan ada yang meninggal.

Tentu saja mereka panik! Mereka terlambat untuk berlari menjauh karena datangnya bom yang tak di sangka-sangka. Apalagi ketika musim orang tidur. Ah! Allah selalu memberi kejutan pada hamba-Nya. Baik buruk kejutan itu, tetap saja itu yang terbaik, kan?

Ini yang di maksud sebuah relawan bagi mereka. Mengorbankan nyawa mereka untuk saudara kita yang terkena musibah di Palestine. Berani dan siap menjadi relawan di sini, maka sudah siap menyerahkan nyawa mereka kapanpun dan di manapun mereka berada. Dengan kondisi siap tidak siap mereka tetap akan dalam mode siap. Tapi percayalah, Allah memberikan pahala yang berlipat ganda untuk mereka. Jangan ragukan itu.

Tubuh ringkih Salsa terpental jauh. Gadis itu sedari tadi menggumamkan pertolongan kepada Allah sehingga suara bom yang menggelegar telah menyapanya. Salsa terpekik, ketika tubuhnya jatuh di permukaan tanah. Kepalanya terbentur batu. Gadis itu meringis kesakitan sebelum matanya terpejam sempurna. Terakhir kali yang Salsa lihat hanya kekacauan yang luar biasa.

"Bunda, Ayah. Salsa ba-baik-baik a-aja kok," kata Salsa terakhir kali terbata-bata. Musibah besar telah menyapanya, tapi gadis itu tetap bisa tersenyum ditengah badai ini. Ia tidak menyesali hal ini sedikit pun. Ia sudah cukup tau jika kejadian seperti ini akan terjadi. Dan Salsa sudah menyiapkan mentalnya walaupun ia tidak berhasil 99%. Setidaknya masih ada 1%, bukan?

****

Indonesia
09.27

Entah sebuah kebetulan atau memang takdir yang ditetapkan oleh Allah Swt. Kini Salsa telah di pulangkan ke Indonesia dengan keadaan koma karena akibat bom ketika ia di Palestina beberapa hari yang lalu. Semua relawan di pulangkan ke Indonesia. Ada empat orang dokter seangkatan Salsa telah meninggal dunia. Mungkin Allah telah menggariskan umur mereka. Beberapa relawan lainnya masih di rawat di rumah sakit yang sama. Mereka tentu saja mengalami luka yang serius. Sedangkan Salsa masih mengambang di ujung kematian. Mampukah gadis itu bertahan melawan sakaratul mautnya?

Ibunda Salsa sudah menangis sejak kemarin ketika mendapat kabar buruk tentang anaknya. Tentu saja, siapa yang tidak menangis ketika anaknya sedang menghadap sakaratul mautnya? Apalagi Salsa adalah anak semata wayang. Betapa hancurnya hati seorang ibu ketika mendapatkan kabar tidak baik tentang anaknya.

"Bunda harus tenang. Salsa anak kita yang kuat kok. Mending kita salat ashar dulu, yuk ke masjid," ajak suaminya sembari mengelus punggung istrinya lembut. Di dalam pelukan sang suami, beliau mengangguk lemah. Tenaganya sudah terkuras habis karena menangisi putri semata wayangnya.

Ketika di perempatan jalan menuju masjid rumah sakit, mereka bertemu dengan Dirga yang berlari tergopoh-gopoh sembari memegangi lengan kanannya yang terluka karena luka bakar di Palestina.

"Dirga? Kamu sudah sembuh?" tanya ayah Salsa sembari berhenti berjalan. Menatap pria muda itu yang tersenyum ramah padanya.

"Iya om. Alhamdulillah, bagaimana keadaan, Salsa?" tanya Dirga sopan. Pemuda itu telah mengenakan pakaian santai, T-shirt berwarna putih di padukan dengan celana jeans selutut warna hitam. Jika memakai pakaian seperti ini, sifat arogan yang menempel pada dirinya sudah menghilang. Malah menarik perhatian semua orang. Ah lupakan!

"Salsa koma, nak. Mungkin Allah telah menguji keluarga kami. Doakan saja yang terbaik untuknya. Oh iya, nak Dirga mau kemana? Ada yang sakit?"

"Aya, Om. Aya kecelakaan sewaktu saya pulang perjalanan ke sini. Dan kebetulan, dia di rawat di sini," kata Dirga.

Ayah Salsa membelalakan mata. Kenapa ia tidak mendengar kabar itu? Ayah Salsa beristighfar dalam hati.

"Kapan, nak? Ya Allah. Om nggak tau kabar itu. Masya Allah, kayaknya om terlalu fokus sama keadaan Salsa. Sampai keponakan sendiri kecelakaan, om tidak tahu. Dia di rawat diruang apa? Nanti setelah salat Ashar, kami akan menjenguknya," kata ayah Salsa sembari terus memegangi pundak istrinya yang lemah. Mungkin istrinya tidak memperhatikan interaksinya dengan Dirga. Dilihat dari istrinya yang menunduk lemah dan tidak berkomentar apa-apa.

"Di ruangan anggrek, om. Nggak papa, saya paham aja kok. Em...om saya kesana dulu, ya?"

"Iya, sampaikan salam pada Ara. Setelah salat, kami kesana. Nak Dirga tidak ikut salat bersama, kami?"

"Ah tidak om, saya sudah sholat dirumah. Permisi om, Assalamualaykum," pamit Dirga sopan. Pemuda itu langsung berlari menuju ruangan tunangannya.

Kedua orang tua Salsa kembali berjalab menuju masjid setelah memastikan punggung lebar Dirga menghilang di belokan tembok. Sekali lagi, ayah Salsa memperhatikan keadaan istrinya yang tampak sangat kacau. Beliau menghela napas panjang dan mengusap punggungnya lembut. Berusaha menyalurkan kekuatan untuk istrinya yang di nikahinya selama bertahun-tahun.

"Bunda ingatkan, kalau segala sesuatu yang di ciptakan oleh Allah akan kembali kepada-Nya, lagi? Jadi, bunda jangan sedih. Ayah jadi ikut sedih. Salsa hanya titipan, Bun. Sekalipun Salsa pergi jauh dan tak kembali lagi, kita sebagai manusia biasa harus mengikhlaskannya, bukan? Tenangkan pikiran bunda dulu," kata beliau lembut pada istrinya.

Bunda Salsa hanya menangis tak menanggapi perkataan suaminya. Pikirannya hanya tertuju pada putrinya. Salsabilla Aaron Akbar.

Imamku, Tentaraku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang