BAB 18

4K 111 1
                                    

Mata Vivian berusaha membuat fokus di sekeliling.

"Eddie ...." Vivian menangkap figur Eddie yang tengah berjalan ke arah ranjang. Pria itu hendak membuka kancing kemeja.

Vivian semakin mengernyit.

Setelan jas Eddie berwarna biru tertanggalkan di atas lantai, dia mendekati Vivian perlahan.

Menyadari sesuatu sudah tak beres, Vivian segera bangkit dari duduk. Sekarang adalah zona berbahaya dan Vivian merasakan firasat buruk akan terjadi jika ia tidak bergerak dan keluar dari kamar Eddie.

"Kau telah menaruh sesuatu di jusku tadi, Eddie?"

"Tepat itu benar, aku ingin menikmati malam langkah ini-rugi jika aku tidak merasakan tubuhmu, Cantik."

Eddie menyunggingkan senyum miring, kemudian meletakan jemari telunjuk bibir Vivian. Seketika itu, membuat sekujur tubuh Vivian menegang takut. Vivian menepis cepat jemari tangan Eddie.

"Kau sungguh pria bajingan, dan terkutuk!"

Memutar kaki, mengambil langkah tapi aksi Vivian cepat dicengah Eddie, tangan Vivian dicekal seketika.

Sedikit panik, Vivian berupayah menepis Eddie. "Jangan kau sentuh aku lagi! Atau kau akan menerima akibatnya, Eddie!"

"Wah. Wah. Wah! Mulutmu sungguh kasar ternyata, Cantik." Eddie seketika menarik tangan Vivian, "Jangan coba-coba melawan, kau berada di wilayahku, Vivian."

Eddie secara teknis menyeret Vivian ke atas ranjang dengan cara kasar.

"Berengsek. Jangan sentuh aku!"

Vivian meronta untuk berusaha melawan. Sementara Eddie tidak terpengaruh. Justru tangan Eddie mulai beraksi ke belakang punggung Vivian, dan menurunkan resleting gaun.

"Eddie! Jangan!!! Kumohon, jangan lakukan ini!"

Suara Vivian bergetar, menatap memohon kepada Eddie. Namun, Eddie tidak memedulikan permohonan Vivian.

Vivian berteriak, berontak, dan menangis terisak-isak.

Eddie berhasil telah menurunkan setengah di bawah dada gaun Vivian kenakan. Isakan parau Vivian dan tatapan sangat takut; tak sama sekali Eddie pedulikan. Vivian masih berusaha tidak akan diam dilecahkan begitu saja. Ia berupayah menutup dada dengan dua tangan.

Eddie berhenti sejenak, beralih pandang menuju ke bibir Vivian. Tatapan Eddie intens busuk.

"A-Apa yang akan kau lakukan lagi?" tanya Vivian seraya meneteskan air mata.

Eddie tidak menjawab. Melainkan pria itu dengan berani maju hingga tidak menyisahkan jarak dari wajah Vivian. Dengan cepat Vivian membuang muka ke sebelah kiri.

Tangan kanan Eddie langsung menangkup rahang Vivian, menghadapkan lurus. Tidak menunggu berlama-lama, Eddie langsung memagut bibir Vivian, mencium kasar dan penuh nafsu.

Vivian menjerit, berusaha mendorong tubuh Eddie.

Dikarenakan tak ingin masa muda dihancurkan cepat, tiba-tiba salah satu ide menjauhkan Eddie terpikirkan oleh Vivian. Menyerang pangkal paha Eddie adalah langkah sangat tepat.

Ide Vivian simulasikan dalam pikiran berhasil mengenai langsung bagian selangkangan Eddie.

"Jalang sialan!" bentak Eddie. Tubuh kekar Eddie termundur cepat dan sedikit jauh dari hadapan Vivian.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang