BAB 37

2.6K 70 1
                                    

Matahari baru saja terbenam. Saat bel pintu berbunyi, Vivian segera menjauh dari dapur setelah mencuci tangan dan mengatur posisi piring makan di meja makan mini.

Vivian melihat layar interkom untuk mengintip orang yang membunyikan bel apartemen. Sebuah senyuman tipis terlukis di wajah Vivian ketika melihat orang membunyikan bel pintu. Vivian segera membuka pintu apartemen.

"Maaf, aku datang terlalu lama. Ada beberapa pemotretan."

"Kau tidak terlalu lama, Lonza. Aku tidak merasa lama menunggu." Vivian berkata sambil memiringkan badan agar memberi Lonza ruang untuk masuk dalam apartemen.

"Kau memasak lagi, Viv?"

Langkah Lonza berhenti tak jauh dari Vivian yang masih berada di belakang yang menutup pintu apartemen.

"Ya. Hanya beberapa hidangan sederhana."

Vivian menuju ke tempat Lonza dan berdiri di sebelah Lonza dan menatap wajah pria itu.

Lonza mengembuskan napas pendek dan menatap Vivian dengan senyum segaris. "Aku tidak bisa menghentikanmu. Kau terlalu keras kepala."

"Baiklah, mari kita makan malam bersama."

Vivian meraih tangan Lonza dan menariknya perlahan menuju meja makan.

Ada debaran di jantung Lonza. Perasaan seperti ini sangat membuat Lonza nyaman, bukan hanya di tempat penginapan sementara. Cara Vivian membuat makanan setiap hari menggambarkan seolah-olah mereka benar-benar pasangan. Lonza tersenyum dan menatap penuh harapan bahwa yang mereka lakukan segera terjadi.

"Tolong cuci tanganmu, lalu kembali duduk di kursi yang sudah kusiapkan untukmu."

Suara Vivian terdengar senang. Wajah gadis itu berseri-seri dan Lonza tahu untuk memerahi Vivian tak akan bisa ia lakukan.

Lonza melepas arloji tangan dan menggulung lengan baju setengah lengan baju. Lonza melangkah ke dapur yang terhubung dengan ruang tamu. Di dapur Lonza menyalakan keran, air yang mengalir tidak terlalu dingin menerpa punggung tangannya hingga ke telapak tangannya. Lonza membersihkan tangannya sampai bersih. Setelah dari mencuci tangan Lonza melangkah ke tempat Vivian.

Vivian duduk di sana menunggu Lonza datang bergabung dengan kami untuk makan malam.

"Vivian, aku tidak yakin kau hanya ingin tinggal di sini beberapa hari," kata Lonza setelah meletakkan lauk tambahan ke piring.

"Aku tidak mau pulang."

Sedikit kejujuran keluar dari mulut Vivian dan Lonza ingin tahu kejelasan di balik kejujuran Vivian tadi.

"Mengapa?" tanya Lonza sebelum memasukkan makanan di sendok ke mulut.

"Aku akan memberitahumu setelah kita selesai makan."

Tidak ada pembicaraan lebih lanjut dari Lonza atau Vivian. Keheningan mendominasi makan malam mereka.

Lonza menunggu Vivian di sofa ruang tamu. Setelah selesai makan, Lonza membantu membersihkan meja makan yang digunakan untuk makan. Vivian mencuci barang-barang seperti gelas, sendok dan piring.

Tak lama Vivian datang dan duduk di sebelah Lonza.

Lonza memperhatikan Vivian dengan ekspresi sedikit serius.

Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPTWhere stories live. Discover now