Chapter 16

9.9K 851 3
                                    

Pagi, Mbak.
Bisa kita ketemunya di Soetta aja ya?
Di depan terminal 3 dekat pintu keberangkatan ya!
Saya tunggu sekitar jam 10 sampai sana.

Aarghh, gerutuku dalam hatii

Dan sekarang sudah jam 8.30, untung saja aku sudah tiba di kantor sehingga bisa langsung meluncur berangkat ke Soetta.

Sambil berjalan cepat, aku pamitan pada Delia yang baru saja masuk, "Aku pergi ke Soetta dulu ya, ketemu Natasya!"

"Haah, eehh dianter Pak Topo gih biar gak susah nyari parkiran!" sahut Delia.

Aku berhenti dan berjalan  ke arah Delia. Saran yang sangat bagus dan beneran aku enggak kepikiran tadi.

"Aah, kamu emang pinter dan baik hati deh!" kataku sambil memeluk Delia.

Delia tertawa.

"Udah sana berangkat. Ntar aja gombalin akunya,"
ledek Delia.
Aku ikut tertawa.

"Thanks banget!" kataku serius.
"Pergi dulu, ya!" pamitku lagi  sambil beranjak ke arah lift.

Jadilah pagi ini Pak Topo menemaniku dalam perjalanan ke Soetta. Menikmati jalanan Jakarta yang cukup padat merayap.

Waktu menunjukkan pukul 09.30 saat kami tiba di Soetta. Pak Topo menurunkan aku tepat di depan pintu keberangkatan terminal 3. Tidak terlalu banyak orang yang lalu lalang. Aku pun memutuskan untuk duduk dan mengeluarkan gawai sambil menunggu Natasya.

"Mbak!" sapanya sambil menyentuh pundakku.
Aku mendongak melihat ke arah suara.
"Oh, Iya, Mbak!" sapaku pada asal suara.

Ternyata Natasya.

"Udah lama ya, Mbak?" tanya Natasya yang kemudian duduk di sampingku.

"Lumayan, udah lima belas menitan," jawabku.

"Boleh saya lihat  desainnya?" tanya Natasya langsung.
Aku menyerahkannya pada Natasya.

"Kemaren Mikhail sudah info ke saya kalau dia juga sudah setuju dengan desain, Mbak," terang Natasya lagi. "Saya kan masih harus balik lagi ke KL, jadi mungkin nanti Mbak akan berbelanja dan memesan perlengkapannya bareng Mikhail aja ya,"  sambungnya lagi.

"Eh btw Mbak Sasa sudah lama kenal sama Mikhail ya?" tanya Natasya pelan.
Ia kemudian menatapku.

"Iya, Mbak... dulu saya sempat bekerja di tempatnya Mikhail," terangku singkat.

"Masa sih? Bukan mantan pacar?" selidik Natasya.
"Iya, bukan mantan pacar, Mbak," sahutku pasti.

"Ooh, saya pikir mantan pacar Mbak. Mikhail antusias banget saat tahu Mbak yang nanganin proyek saya, dan dia malah nawarin diri buat bantuin saya," Natasya terkekeh.

Ini baru pertama kalinya aku melihat Natasya tertawa seperti ini. Dan ternyata kecantikan Natasya makin bertambah saat dia tertawa. Maklum selama ini setiap kali bertemu kan selalu dalam suasana serius.

"Mikhail dan saya sudah seperti adik kakak beneran, karena kami sama-sama anak tunggal. Jadi dari kecil kami akrab. Terus terang saya sempat kaget melihat reaksi Mikhail waktu itu. Udah beberapa tahun ini, Mikhail enggak pernah dekat dengan siapa-siapa," kata Natasya panjang lebar.
Ia kembali menatapku dengan tatapan yang menyelidik.
Dan aku hanya bisa menyahut pelan, "Oh"

Kenapa tiba-tiba jadi ngomongin Mikhail ya?

"Sorry ya, Mbak. Saya ajak Mbak ketemu disini, padahal sebenarnya saya bisa saja meminta Mbak mengirimkan ini via E-mail. Tapi ya karena saya mau nanya soal Mbak dan Mikhail, makanya saya merasa perlu bertemu dengan Mbak,"  terang Natasya.

"Karena beneran saya penasaran dengan tingkahnya Mikhail," sambung Natasya sambil tersenyum.

Hhmm, at least, pertanyaanku terjawab kenapa Natasya minta ketemuan di bandara seperti ini.

Natasya merapikan berkas tersebut dan memasukkannya ke dalam tas kerjanya. Ia kemudian bangkit dan berkata," Saya pergi dulu ya, Mbak...Nanti Mbak Sasa silahkan berkomunikasi dengan Mikhail saja ya," titah Natasya.

Ia kemudian mengulurkan tangannya untuk menjabat tanganku. Dan yang bikin aku cukup kaget adalah Natasya mengajakku cupika-cupiki.

Tumben.

Rancangan Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang