B ㅡ Bravo

26.1K 3.6K 1.4K
                                    

Bukan perjodohan sebenarnya.

Awalnya ibunya tiba-tiba mengeluh ingin memiliki menantu karena iri pada teman-temannya, lalu beberapa hari setelahnya dengan wajah begitu sumpringah tiba-tiba saja ibunya menyodorkan calon istri untuknya.

Namanya Na Jaemin, 30 tahun, seumuran dengannya. Dan laki-laki.

Tak ada kesan yang istimewa saat dengan semangat ibunya menceritakan bagaimana Jaemin begitu baik, lembut, dan penyayang bagai malaikat. Pertemuan ibunya dengan laki-laki bernama Na Jaemin itu di toko bunga sangat berkesan di benak ibunya.

Ibunya terus bercerita tentang bagimana Jaemin memilihkan bunga yang cantik untuknya, bagaimana Jaemin menolongnnya meminta pegawai disana membingkainya, hingga membantunya men-stop taksi.

Cerita yang sama itu terus berulang lagi, lagi, dan lagi. Hingga Jeno merasa alergi mendengar nama Jaemin selalu disebut-sebut ibunya setiap hari. Bahkan saat ibunya terus menyodorkan foto Jaemin pun Jeno sebenarnya enggan, tak ada yang istimewa dengan laki-laki bertubuh kurus itu dimatanya.

Yah, sampai suatu hari ibunya tiba-tiba saja memaksanya mengantarnya ke suatu tempat. Mereka tiba di sebuah cafe di salah satu barisan ruko disana. Dengan pantang menyerah ibunya itu menyeretnya kedalam, mendekati sosok pria ramping yang terlihat menunggu. Sosok itu juga terlihat kebingungan melihat ibunya mengandeng sosok lain yang belum ia kenal.

"Jaemin-ah, kenalkan ini putraku Jeno."

Dan tiba-tiba saja otak Jeno macet seketika, tepat saat iris hazel itu menatap lurus kearahnya.

Kau tahu, ada orang yang mengatakan jika ada kalanya kita akan tahu bahwa orang itu adalah orang yang ingin kita nikahi tepat saat pertama kali bertemu. Nah, katakanlah Jeno juga mengalaminya saat itu.

Tepat saat pertama kali menatap matanya, tepat saat pertama kali melihat senyumnya, dan tepat saat pertama kali menyentuh tangan lembutnya. Jeno tahu ia akan mengahabiskan hidupnya dengan orang ini. Jaemin ini.

Setelah pertemuan itu semuanya berjalan dengan begitu cepat dan tanpa campur tangan ibunya, sudah Jeno katakan ini bukan perjodohan. Mereka menjadi rutin bertemu, mengobrol, keluar bersama, dan berkencan. Dan saat ibunya kembali mengeluh soal ingin menantu, entah kerasukan setan mana tiba-tiba saja ia mengatakan akan melamar Jaemin. Membuat ibunya berteriak kegirangan saking bahagianya.

"Ayo menikah."

Hanya itu yang dikatakan Jeno setelah duduk berhadapan dengan Jaemin di cafe tempat mereka pertama bertemu sambil menyodorkan cincin di kotak beludru merah yang terbuka. Tak ada bunga, tak ada musik romantis, apalagi acara berlutut seperti pangeran menyunting sang putri. Nihil. Segalanya sangat biasa dan memalukan untuk sebuah lamaran, namun anehnya Jaemin justru tersenyum lembut lalu mengangguk.

"Baiklah."

See, semudah itu seorang Lee Jeno akhirnya menikah. Bahkan meski ia baru mengenal calon istrinya dua bulan, ia tetap yakin dengan keputusannya saat itu. Sangat yakin bahwa Jaemin memang ditakdirkan untuknya.

Ia sama sekali tak tahu bahwa hal itu justru menjadi boomerang baginya dimasa depan, sama sekali tak tahu bahwa keputusannya yang gegabah itu memiliki konsekuensi yang sangat tak terduga.





"Istrimu pernah menikah dan bercerai tiga kali sebelumnya."

Itu adalah kalimat paling kejam yang menghancurkan semuanya.

Dan respon Jeno adalah diam. Membeku lebih tepatnya. Mungkin nyawanya setengah melayang hingga membuatnya benar-benar blank.

"Astaga Jeno, bagaimana bisa kau menikahinya tapi kau tak tahu tentang semua itu?!"

[✔️] The 4th Husband | NominWhere stories live. Discover now