F ㅡ Foxtrot

20.3K 3.1K 282
                                    

"Kau sudah tanyakan pada istrimu?"

"Belum."

"Kalau begitu keluar dari kantorku!"

"Yah! Hyung!"

Mark kembali meninggalkan layar laptopnya untuk melihat Jeno yang duduk didepan meja kerjanya.

"Jeno, tidakkah kau sadar ini urusan rumah tanggamu? Apa yang terjadi dirumah maka selesaikan hal tersebut dirumah, jangan membawanya keluar apalagi kehadapanku."

"Apakah begitu ucapan orang yang berkata ingin membantuku mencari pemberitaan tentang istriku?" Cibir Jeno.

"Ya memang, dan orang itu hanya bisa membantumu sampai disini saja."

Dokter itu menghela nafas melihat Mark kembali bekerja, mengabaikannya.

"Aku tak bisa bertanya padanya, Hyung. Maksudku, tidak sekarang."

"Kenapa? Kalian sudah menikah Jeno, saling terbuka adalah hal yang wajar antar suami istri."

"Itulah masalahnya, Hyung! Jaemin belum tentu mengatakan yang sebenarnya padaku jika aku langsung bertanya. Dia bisa saja menyangkal dan berbohong padaku tentang perceraiannya."

"Wuah, Jeno, kau suami yang kejam. Kuberi tahu, kepercayaan adalah salah satu pilar terkuat dalam pernikahan."

"Bukan begitu maksudku, Hyung. Aku hanya ingin mengetahui situasi disekitar kami lebih jauh, sehingga saat aku bertanya padanya langsung nanti aku tak akan terlihat seperti orang bodoh."

Jeno punya harga diri sebagai suami, ia tak akan memojokkan istrinya tanpa bukti. Tak akan menuduh tanpa fakta yang nyata. Mark menghela nafas melihat tekat di mata Jeno, sebuah tekat yang salah arah menurutnya. Pola pikir yang aneh sekaligus merepotkan menurut Mark, membuat dokter ini hampir mustahil menjalani hidupnya sendirian. Harus selalu ada seseorang yang mengarahkannya ke jalan yang benar.

"Yang ingin aku tahu hanya dirinya yang sebenar-benarnya, Hyung. Ayolah bantu aku, kali ini saja."

Dari sejak mereka kenal bertahun-tahun yang lalu Jeno selalu bilang 'kali ini saja' tapi nyatanya dia akan kembali lagi padanya jika memiliki masalah. Ck, orang merepotkan.

Jadi atas nama pertemanan mereka dan upaya menambah pahala, Mark akhirnya menutup laptopnya sejenak dan melihat orang memprihatinkan didepannya.

"Jeno, sebenarnya yang paling bisa menolongmu adalah dirimu sendiri." Tatapan heran Jeno terlihat saat mendengarnya.

"Maksudku, kalau kau ingin menyelidikinya seharusnya kau mulai dengan cara paling mudah, yaitu mengamati perilakunya selama ini. Kau adalah orang terdekatnya. Kalian tinggal bersama dan bertatap muka hampir setiap saat. Coba kau lihat kembali, adakah yang janggal? Adakah yang mungkin terlewat darimu?"

Jeno cemberut sambil menggerutu.

"Bilang saja kau ingin aku melakukannya sendiri!"

"Hei! Aku sedang membantumu sekarang! Hei, Jeno! Kau mau kemana? Aku belum selesai!"

Terlambat, Jeno sudah melangkah pergi dari kantor Mark sembari merajuk dan bersungut-sungut. Dokter itu kembali kerumah sakit dengan tak tenang. Ia hampir tak bisa konsentrasi bekerja karena terpikir istrinya. Seluruh sudut ruang di otaknya serasa berisi nama Jaemin seorang. Ia bahkan sempat memanggil pasien yang ia periksa dengan nama istrinya secara tak sengaja.

"Astaga aku bisa gila!" Serunya jengkel sembari meremas rambutnya.

Sudut matanya menangkap layar komputernya sejenak, sembari berfikir sebelum ia membuka sambungan internet didalamnya. Dengan cepat ia mengetikkkan nama mantan suami ketiga istrinya, 'Huang Renjun'. Dalam sekejam ribuan hasil pencarian terpampang.

[✔️] The 4th Husband | NominWhere stories live. Discover now