E ㅡ Echo

19.4K 3.2K 186
                                    

"Aku yakin Jaemin berperilaku seperti istri sempuna bukan? Tapi percayalah, Jaemin tak sebaik kelihatannya."

Jeno termangu. Rasa takut dan cemas mulai merambat ditubuhnya perlahan. Kata-kata orang didepannya ini seakan sedang mengantarkannya pada hal yang paling ditakutkannya.

Hal yang paling ditakutkannya dimana dia menikahi orang yang salah.

"A-apa maksudmu?" Jeno tergagap karena kecemasannya.

Direktur itu mengangkat bahu dengan enteng. Seperti mereka sedang membicarakan hal sepele, bukan tentang pernikahan orang lain yang dipertaruhkan disini.

"Kami berpisah bukan dengan jalan baik-baik, tapi karena aku menceraikannya."

Dada Jeno langsung sesak mendengarnya.

"Menceraikannya? Kenapa?"

"Itu bukan hakku untuk memberitahu, aku tidak ingin dicap sebagai perusak rumah tangga orang. Tapi coba pikirkan ini Dokter Lee. Kau tahu jika ia juga pernah menikah sebelumnya?"

Dengan lemah Jeno mengangguk.

"Kalau begitu kau bisa perkirakan sendiri. Jaemin adalah seseorang yang selalu gagal dalam pernikahannya sebelumnya. Aku yakin kau cukup cerdas untuk menarik kesimpulan."

Ya, Jeno mengerti maksud Renjun, sangat mengerti.

Seorang bodyguard Renjun datang memberitahu bahwa sudah waktunya Renjun bertemu Dokternya. Renjun segera berdiri, merapikan jasnya sebelum kembali melihat Jeno yang terlihat linglung.

"Akan ada baiknya jika istrimu tak tahu kita bertemu, Dokter Lee. Kurasa ia tak akan senang mendengarnya." Renjun tersenyum, kemudian menunduk sopan padanya.

"Saya permisi."

Dan Jeno ditinggalkan begitu saja dengan otak yang semakin tersesat. Apa maksud orang itu mengatakan hal buruk tentang istrinya? Kenapa segala sesuatu yang dikatakan orang ini mendukung segala prasangkanya?

Simpulkan sendiri?

Jeno bahkan tak berani memikirkannya. Bagaimana jika segala hal yang ia lihat dari istrinya selama ini hanya kepalsuan semata? Jeno takut, namun juga ingin kebenaran diwaktu bersamaan.

Siapa disini yang sebenarnya sedang membodohi dirinya? Mana yang harus ia percaya?

🐁🐁🐁

Pada akhirnya ketakutannya mengalahkan segalanya.

Dengan pelan ia mengunyah makan malamnya, iris obsidiannya melihat istrinya dengan nyalang. Melihat sosok yang kini makan dengan begitu elegan bak direstoran bintang lima meski kenyataanya mereka hanya makan tumis daging, sup rumput laut, dan kimchi sebagai teman nasi. Istrinya mengatakan stok bahan makanan mereka hampir habis dan besok ia baru akan berbelanja sehingga mereka makan apa yang tersisa.

Hambar.

Semua yang Jeno kunyah rasanya hambar. Tubuhnya sangat lelah, tubuh dan pikiran kalau boleh jujur. Jangan salah paham, ia bukannya takut akan istrinya. Hanya saja ia takut akan kenyataan yang menunggunya. Katakanlah ia pengecut karena menghindar. Tapi sungguh, Jeno hanya ingin pernikahan normal dan pasangan yang normal.

"Ah telat!"

Jeno langsung berhenti melangkah menuju ruang kerjanya. Melihat istrinya yang begitu terburu-buru menaruh piring dan mangkuk makan malam mereka yang selesai ia cuci.

"Apanya yang telat?" Iris obsidiannya otomatis melihat bagian bawah istrinya. Memangnya Jaemin bisa datang bulan?

"Drama yang ingin kutonton, sudah mulai!"

Ah, Jeno mengerti sekarang. Mengelengkan kepalanya atas pemikiran tak masuk akal sebelumnya, Jeno berbalik mendekati istrinya yang sudah duduk manis dengan remot TV di tangannya. Niat awalnya ingin meneruskan pekerjaannya urung sudah.

"Ingin kutemani?"

Jaemin terdiam sejenak menatap suaminya, lalu bibirnya tersenyum hangat yang mana mampu melelehkan hati Jeno. Ia menepuk ruang kosong sofa yang ia duduki. Begitu Jeno duduk disebelahnya, Jaemin langsung menuntun satu tangan Jeno agar merangkul pundaknya. Membuat dirinya bersandar nyaman pada tubuh Jeno.

"Hah." Desah lega Jaemin saat mendapatkan posisi ternyaman.

Menit-menit selanjutnya hanya terdengar suara tawa Jaemin karena adegan komedi yang ia tonton. Sama sekali tak menyadari iris obsidian suaminya sedari tadi melihatnya. Melihat bagaimana senyum bahagia istrinya yang mampu menghilangkan rasa lelahnya. Karena terlepas dari segala hal yang ia dengar tentang istrinya, Jeno adalah laki-laki biasa. Seorang suami biasa seperti yang lainnya. Seorang suami yang akan bahagia jika istrinya juga bahagia.

Lihatlah mereka sekarang, bukankah semua pasangan selalu melakukan hal seperti ini? Bukankah kebersamaan seperti ini yang selalu dilakukan orang yang sudah menikah? Jeno hanya ingin segalanya berjalan normal seperti ini, ia hanya ingin istri yang normal. Dia hanya ingin Jaemin menjadi istrinya saja, istrinya seorang.

Apakah keinginannya itu terlalu berlebihan?

Tangan kuat itu perlahan merengkuh tubuh ramping istrinya, memeluknya dari belakang dan menyembunyikan wajahnya ditengkuk mulus itu.

"Jaem..."

"Hm?"

"Aku mencintaimu."

Itu hampir seperti sebuah bisikan, namun mampu membuat Jaemin berbalik melihat iris obsidian suaminya. Dengan lembut ia tersenyum, sebelum mencium bibir manis Jeno sebagai jawaban.

"Aku juga."


Tbc~



Kalian yang nonton produce X 101, kepo dong, siapa kapal yang paling kalian sukain?



[ piceboo & yayarara, 2019 ]

[✔️] The 4th Husband | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang