S ㅡ Sierra

16.1K 2.7K 244
                                    

Tangan mungil itu menyentuh kedua pipi Jaemin, membuat laki-laki itu tertawa sebelum mencium gadis kecil dipangkuannya dengan gemas. Tawa renyah balita berusia tiga tahun itu terdengar, gadis kecil itu balas mencium Jaemin.

"Aw, lucunya."

Dengan cepat Jaemin bangkit dari sofa dengan gadis kecil itu digendongannya. Berjalan menuju dapur, membuka kulkas untuk mengambil satu pak buah strawberry. Ia baru akan kembali ke sofa ruang tengah tepat saat melihat suaminya pulang. Jaemin hanya tersenyum saat Jeno terbengong-bengong melihatnya dengan gadis kecil digendongannya.

"Namanya Jinny, anak tetangga sebelah kita. Ibunya harus ke rumah sakit mengurus kakaknya yang opname, jadi dia menitipkan Jinny disini." Terang Jaemin seperti mengerti isi pikiran suaminya.

Jeno sendiri yang sudah bertahun-tahun tinggal diapartemen ini baru tahu tetangganya memiliki anak kecil. Maklum saja, Jeno hanya dirumah saat pagi dan malam hari, sisanya ia habiskan di rumah sakit.

Hal berikutnya Jeno mendapati diri duduk bersebelahan dengan Jinny dimeja makan sembari menunggu Jaemin menyiapkan makan malam. Iris obsidian dokter itu sedari tadi melihat tingkah laku bocah disebelahnya. Dahinya sesekali mengernyit melihat bagaimana gadis kecil ini berusaha menggigit buah strawberry dengan mulut kecilnya.

Mata bulat itu melihat Jeno sebelum tangan mungilnya mengulurkan buah merah asam itu pada Jeno. Jeno membuka mulutnya, menerima suapan gadis kecil didepannya. Jinny terkikik setelahnya, membuat Jeno mengusap lembut rambut gadis kecil itu sembari ikut tersenyum. Tentu hal itu tak lepas dari penglihatan Jaemin.

"Jadi bagaimana menurutmu?"

"Hah? Apanya?"

Dagu Jaemin menunjuk Jinny yang masih sibuk mengunyah. "Anak."

Heh?

Pikiran Jeno blank sejenak saat mendengarnya. Apa Jaemin baru saja menyinggung soal anak? Iris obsidiannya kembali melihat Jinny, lalu kembali lagi melihat Jaemin.

"Apa tidak terlalu cepat?"

Jaemin tersenyum mendengarnya. "Aku bukan ingin anak sekarang, Jeno. Aku hanya bertanya pendapatmu tentang anak-anak."

Oh, Jeno kira apa. Tangan besar itu kembali mengusap rambut Jinny. Membuat mata bulat itu melihatnya dengan tatapan polos tanpa dosa. Murni tak bersalah.

"Aku selalu menyukai anak-anak."

"Jadi kau juga ingin kita memiliki anak?"

"Tentu saja! Mungkin kita bisa mengadopsi tiga atau empat anak jika kau mau."

Jeno mendengar tawa istrinya, apa ia mengatakan hal yang salah?

"Kita coba satu dulu, Jeno. Kalau kita bisa mengatasi satu anak dengan baik baru pikirkan yang berikutnya."

Jaemin benar. Bagaimana bisa mereka mengurus tiga sampai empat anak sekaligus? Itu pasti akan sangat merepotkan. Tapi dada Jeno terasa hangat membayangkan melihat Jaemin mengurus anak mereka kelak. Itu akan menjadi hal paling indah yang pernah Jeno lihat.

Tunggu dulu. Tiba-tiba saja Jeno menyadari sesuatu.

Jika Jaemin ingin memiliki anak dengannya, bukankah itu berarti Jaemin ingin pernikahan mereka berjalan selamanya? Berarti Jaemin tak akan bercerai dengannya?

Jeno langsung tersenyum seperti orang bodoh setelahnya.

Ngomong-ngomong soal perceraian, Jeno menjadi ingat perkataan Mark. Mengenai dirinya yang harus bertanya pada istrinya perlahan. Bicara pada Jaemin pelan-pelan mengenai perceraiannya sebelum-sebelumnya. Itu terdengar lebih sulit dilakukan dari pada dikatakan.

Seluruh makanan sudah tersaji dan Jaemin sudah duduk didepannya sembari mulai memakan makanannya. Waktu yang paling berkualitas bagi suami istri untuk bicara adalah saat makan malam. Biasanya suami istri akan bicara apa saja saat di meja makan untuk mengobati rindu setelah seharian tak bertemu. Jadi Jeno akan memulainya. Yosh!

"Jaem."

"Hem?"

Jeno langsung merasa udara menghilang saat iris hazel menawan itu menatapnya langsung. Mata Jaemin seperti mempunyai mantra hipnotis, bisa membuat isi pikirannya menghilang tak berbekas. Kalimat berikutnya tak jadi keluar, mulut Jeno terbuka tanpa ada satu katapun yang mampu ia ucapkan.

"Daging..."

"Ya?"

"Daging panggang buatanmu sangat enak!" Bodoh! Dalam mental, Jeno menampar dirinya sendiri.

Istrinya itu hanya tersenyum sembari menyuapkan daging padanya sesekali. Benar bukan, istrinya terlalu tangguh untuknya. Mampu membuat Jeno tak berkutik. Inilah sisi buruk saat kau terlalu mencintai seseorang, kau akan seperti budak saat berhadapan dengannya. Budak cinta.

Tidak-tidak! Ia tak boleh menyerah sekarang! Jadi Jeno akan mencoba lagi.

"Jaem!" Kali ini nada suaranya lebih keras dengan tekat kuat.



"Aku-"




Tbc~

Wkwk gantung😃

Si Jeno kira-kira bakal nanya ke Jaemin nggak tuh?


[ piceboo & yayarara, 2019 ]

[✔️] The 4th Husband | NominWhere stories live. Discover now