LIMA

324 26 4
                                    

"Makasih traktirannya Baal" Kini, Iqbaal dan Steffi sudah sampai dihalaman rumah Steffi, setelah tadi Iqbaal diajak Steffi muter-muter mencari toko kaset.

"Iya" Sebenarnya Iqbaal tidak mentraktirnya, tapi Iqbaal dipalak. Dengan alasan uangnya habis, Steffi minta Iqbaal yang membayari dvd yang dibelinya. Padahal, uangnya masih ada. Tapi ya dasarnya Steffi, cari gratisan. Katanya, kalo hidup itu ga ada gratisnya, Indonesia akan bangkrut. Apa hubungannya coba? Ckckck.

"Yaudah. Lo pulang gih" Iqbaal melotot, bagaimana bisa Steffi dengan tersenyum begitu menyuruhnya pulang? Setelah uangnya habis karena Steffi, dia malah diusir? Emang dasar Steffi.

"Lo ngusir gue? Gue cape tau, haus pula. Lo ga nyuruh gue mampir dulu gitu untuk sekedar minum?" Tanya Iqbaal tak percaya.

"Yaudah kalo lo haus, lo beli minum aja. Kan gampang. Gue mau nonton drakor. Kalo lo mampir, lo gangguin gue ntar" Steffi dengan cuek berbicara seperti itu.

"Udah sana lo pulang" Steffi berbalik memasuki pekarangan rumahnya. Iqbaal yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Untung temen, ucapnya dalam hati. Dia kemudian melenggang pergi dari halaman rumah Steffi.

-

"Sha, lo sama Aldi udah sahabatan berapa lama?" Ditanya seperti itu Salsha mengerutkan kening. Kini, Salsha dan Rey sedang berada diruang keluarga menonton televisi.

"Lo masa ga tau? Gue kan ama dia udah lama sahabatan, sama Iqbaal Steffi juga"

"Dari kecil kan ya? Dulu, kita main ditaman, terus lo gue tinggalin buat beli minum. Lo digangguin sama anak tetangga depan rumah ya Sal? Lo nangis, haha. Lo emang cengeng sih. Terus gue dateng nyamperin lo. Dan disana ada Aldi, gue kira Aldi yang buat lo nangis. Gue marahin dia, tiba-tiba Aldi nangis juga karena gue marahin. Haha. Lo sama dia waktu itu masih umur 5 tahun ya Sal" Rey menerawang jauh ke kejadian beberapa tahun silam.

"Lo sih ga nanya waktu itu, tiba-tiba langsung marahin Aldi. Kan Aldinya jadi nangis juga" Salsha menjawab sambil terkekeh, mengingat kejadian beberapa tahun silam.

"Abisnya muka Aldi tuh, kek muka abis marahin orang gitu. Gue kira dia abis marahin lo, jadi ya gue marahin juga lah"

"Dia tuh marahin Tian, sia anak tetangga depan rumah itu. Tapi lucu juga sih, dia berani marahin Tian, eh pas dimarahin sama lo malah nangis" Kini Salsha tertawa mengingat betapa lucunya muka Aldi saat itu.

"Dan lo malah diem pas denger Aldi nangis" Kini Rey ikut tertawa juga.

"Abis itu, lo jelasin ke gue kalo bukan dia yang jahilin lo. Lo bilang 'Tian bang.. bukan dia yang jailin aku' gue denger itu langsung minta maaf ke Aldi yang udah sesenggukan waktu itu, terus cari Tian. Eh Tian nya malah udah pergi" Rey terkekeh kali ini, sambil mengusap kepala Salsha yang kini sedang menyender dibahunya.

"Haha, abis itu kita kenalan sama Aldi. Terus ngajakin Aldi kerumah. Tapi dia bilang dia udah ditungguin mama papanya, mau pulang. Terus dia jalan tuh ke mobilnya, eh dia malah kesandung gara-gara jalannya liat kebelakang mulu" Salsha kini semakin terbahak mengingat kejadian dulu.

"Dia ngeliatin lo waktu itu, kan dulu lo imut banget, makanya Aldi sampe kesandung gara-gara liatin lo mulu" Salsha terkekeh mendengarnya,

"Emang sih dari dulu gue imut, sampe sekarang malah" Ucap Salsha masih dengan kekehannya. Dia mengakkan badannya, mukanya dia buat seimut mungkin, dan menampakkannya didepan Rey. Melihat itu, Rey malah mengusap wajah Salsha.

"Yeeee sekarang mah amit" Salsha memanyunkan bibirnya mendengar itu.

"Abis itu kita jadi sering ketemu dia ya Sal ditaman, makin hari kita makin akrab, sampe lo masuk sekolah, kita selalu bertiga, dan gue yang jagain lo berdua. Haha, kakak yang baik banget sih gue" Ucap Rey membanggakn diri. Salsha bergidik mendengar itu.

"Yain" Ucap Salsha datar.

"Waktu kelas 2 SD, tiba-tiba Tian dateng, dan minta maaf karena pernah jailin gue ya Bang. Gue kira dia udah lupa pernah jailin gue, eh taunya masih inget" Lanjut Salsha.

"Hha, iya. Dan lo dengan mudahnya maafin dia"

"Gue, lo, Aldi sama Tian mutusin buat sahabatan waktu itu, sahabat ala anak-anak SD. Haha" Salsha terkekeh kembali.

"Dan pas kelas 6. Perpisahan, kita pisah sama Tian, karena Tian lanjutin sekolahnya di Bandung ikut orang tuanya waktu itu" Lanjut Salsha.

"Dan yang sampe sekarang masih bertahan, lo sama Aldi, juga gue" Ucap Rey

"Ga kerasa ya, udah sepuluh tahun kita sahabatan sama Aldi" Lanjut Rey. Dia mengusap-usap rambut Salsha yang kini kembali bersandar dibahunya.

"Iya" Salsha tersenyum mengingat bisa selama itu dia bisa berteman dengan Aldi.

"Gue kangen Tian bang"

"Kangen Tian ngelawak, kangen Tian ketawa, kangen suaranya Tian. Pokoknya gue kangen semua yang ada di Tian bang. Dia masih di Bandung apa udah balik ya bang?" Salsha tiba-tiba meneteskan air mata, merasa sangat rindu dengan sahabatnya yang satu itu. Memang, setelah acara perpisahan waktu SD dulu, mereka tidak pernah bertemu Tian kembali.

"Udah, jangan nangis. Nanti kalo kita nemu kontaknya Tian. Kita ajakin dia ketemuan" Rey kini memeluk Salsha yang kelihatan sedang sedih. Salsha mengangguk dalam pelukannya.

"Udah ah. Lo ngapain nangis sih" Ucap Rey sambil melonggarkan pelukannya. Salsha kini beralih menyenderkan kepala nya saja pada bahu Rey, lagi.

"Shaa"

"Ya bang?"

"Lo kann, udah lama sahabatan sama Aldi. Terus lo udah besar juga, udah kelas 10. Lo ga ada rasa gitu sama dia?" Salsha yang mendengar pertanyaan seperti itu menegakkan badannya, menatap Rey.

"Maksud lo?"

"Lo ga ada rasa suka gitu sama Aldi?" Salsha menggeleng sebagai jawaban.

"Gue sama Aldi udah sahabatan dari kecil kan Bang?" Rey mengangguk.

"Gue ga mau persahabatan gue hancur, karena hal percintaan kaya gitu" Lanjut Salsha.

"Kalo Aldi yang suka sama lo?"

Deg.

Jantung Salsha tiba-tiba berdetak serasa lebih cepat dari biasanya. Ditanya seperti itu, dia jadi teringat sikap Aldi beberapa minggu belakangan ini. Aldi menjadi lebih manis kepadanya.

"Yaa, itu hak dia mau suka apa ngga sama gue"

"Kalo tiba-tiba Aldi nyatain perasaan ke lo, lo terima?"

"Lo apaan sih Bang. Ngapa jadi bahas kek gini sih ah. Gue males tau" Salsha kini bersandar disandaran sofa keluarga, mukanya terlihat kesal. Kenapa bang Rey ngomongin beginian sih?, Tanyanya dalam hati.

"Iyadeh iya. Maaf"

"Sini ah peluk gue lagi. Udah lama ga peluk lo, gue kangen" Rey berucap seraya menarik Salsha kedalam pelukannya.

"Gitu dong. Pelukan, jangan berantem mulu" Suara seorang laki-laki tiba-tiba mengagetkan mereka berdua, secara refleks mereka melepaskan pelukannya. Dan menolehkan kepala ke belakang.

Pria yang mengagetkan mereka tadi tersenyum dibelakang mereka. Salsha dan Rey tiba-tiba berlari menuju pria tersebut dan menghambur memeluknya.

-
-
-
-
-

Part lima selesai!!!
Jangan lupa tinggalin jejak ya teman:)
Vote&Coment.

IS THIS LOVE : FRIENDZONE? (ALSHA STORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang