ISABELLA
Pak Alvin: Tidak usah masuk kerja. Aku sudah ijinin kamu.
Bella terkejut saat mendapatkan pesan whatsapp dari Alvin. Dia baru saja bangun dari tidurnya pagi ini. Sungguh, di pagi subuh begini dia sudah mendapatkan wa seperti itu. Jantungnya kembali berdetak saat menatap tulisan itu. Dia jadi teringat semalam, saat Alvin membangunkannya mereka sudah ada di depan rumahnya. Dia sangat malu, tertidur di mobil Alvin. Tapi pria itu sepertinya tidak mempermasalahkan. Bahkan Alvin semalam sempat berbicara dengan ibunya.
Bella: Maaf pak. Tapi saya sudah sehat kok pak.
Bella akhirnya mengetikkan jawaban itu. Semalam memang Alvin tidak meminta nomor ponselnya tapi dia memang tahu kalau Alvin sepertinya sudah memilikinya. Bella menghela nafasnya dan menyugar rambutnya yang panjang itu. Pagi masih dingin, dia baru saja melaksanakan shalat subuh dan baru akan mandi saat ponselnya itu berbunyi.
Bella menunggu dan menunggu tapi setelah 30 menit dia tidak mendapatkan jawaban apapun lagi. Bella akhirnya beranjak dari duduknya dan kini melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Dia harus berangkat kerja karena dia baru diterima di kantornya Alvin itu.
*****
Tapi saat Bella selesai mandi dia mendapati pesan dari personalia memastikan dia diberi ijin karena sakit. Hal itu tentu saja membuat Bella mengernyitkan kening. Alvin tidak memberinya jawaban hanya aja pria itu pasti langsung bertindak sendiri. Bella menghela nafasnya lalu berganti baju dan kini melangkah keluar dari dalam kamar. Ibunya menyambutnya saat dia bergabung di dapur.
"Loh kok masih belum siap-siap?"
Pertanyaan ibunya itu membuat Bella kini menggelengkan kepala. Dia mengambil sayur kangkung yang masih belum di olah. Lalu membawanya ke wastafel dan mencucinya.
"Bella di suruh libur sama Pak Alvin bu, padahal kan Bella gak apa-apa. Cuma semalam Bella tu asmanya kambuh sama magnya juga. Jadi deh.."
Bella tersipu saat mengingat semalam Alvin begitu perhatian memberikan obat untuknya.
"Alvin itu baik ya, sama kayak adiknya. Pokoknya keluarganya Caca itu baik semua ya Bel."
Bella menganggukkan kepala dan kini meletakkan sayur kangkung itu di wadah dan membawanya ke meja dapur. Dia mulai memetik sayur itu sementara ibunya menggoreng ikan."Iya bu, tapi Bella jadi merasa sangat berutang budi."
Bella teringat kalau semua ini adalah hasil dari belas kasihan Caca. Dia bisa bekerja meski belum berpengalaman.
Bella kembali meneruskan kegiatannya membantu ibunya memasak. Setelah itu mereka berdua makan bersama di meja makan. Dan saat Bella membereskan piring-piring kotor, bel rumahnya berbunyi.
"Udah sana dibuka, biar ibu yang nyelesaiin semua."
Bella menganggukkan kepala dan melangkah menuju ruang tamu. Lalu membuka pintu rumahnya dan dia terkejut mendapati siapa yang berdiri di depan rumahnya.
"Bang Reno?"
Dia mengernyit melihat teman satu kantornya itu ada di depan rumah. Hal itu membuat Bella canggung. Reno tersenyum lebar."Pagi bella, denger dari Bu Sonya tadi katanya kamu gak masuk karena sakit. Jadi aku nyempetin jenguk. Kebetulan aku lagi survey lapangan."
Bella sebenarnya tidak suka melihat Reno, karena pria itu menatapnya dengan tatapan yang membuat bulu kuduknya meremang. Seperti ada maksud yang buruk untuk dirinya.
"Duduk Bang.."
Bella akhirnya mempersilakan Reno untuk duduk di kursi teras. Dan pria itu langsung menurutinya. Bella jadi merasa jengah dengan pakaian yang dipakainya sendiri karena pagi ini dia memakai kaos yang sedikit ketat dan celana diatas lutut.
"Ehmmm kamu sendiri tinggal di rumah ini?"
Bella menggelengkan kepala saat Reno mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah.
"Sama ibu."
Reno tampak menganggukkan kepala lalu menatapnya lagi. Kali ini lebih lekat."Kamu cantik Bel,"
Hal itu membuat Bella makin tidak nyaman. Reno tampaknya sedang menggoda dirinya.
"Semua cewek juga cantic Bang, " jawabnya untuk mencairkan suasana. Tapi Reno tampak menyeringai.
"Kamu seksi Bel, dan aku suka." Bulu kuduknya meremang saat mendengar ucapan Reno itu dia baru saja akan mengusir pria itu saat suara mobil mengalihkan tatapan mereka. Mobil yang sama dengan yang mengantarnya semalam.
Dan sosok pria yang menjadi mimpi Bella semalam, kini sudah turun dari dalam mobil. Membuka kaca mata hitamnya, Alvin tampak menyipitkan mata menatap teras. Reno tentu saja tampak salah tingkah, pria itu langsung beranjak berdiri.
"Pagi Pak Alvin."
Bella juga sudah berdiri saat Alvin sudah sampai di depan mereka. Alvin kini menatap Reno.
"Sedang apa kamu di sini?Ini jam kerja."
Hardikan itu terasa begitu keras didengar Bella, dan Reno untuk sesaat kehilangan orientasinya. Tapi kemudian pria itu tersenyum dengan canggung."Tadi lewat pak cuma mau jenguk bella sebentar. Ya sudah saya pamit ya pak, Bella."
Reno langsung pergi dengan cepat dari rumahnya. Membuat Bella sedikit ternganga tapi kemudian Alvin menarik perhatiannya.
"Ini.."
Alvin memberikan sebuah bungkusan kepadanya yang membuat Bella terkejut.
"Aku belikan alat bantu pernafasan buat asma kamu. Yang semalam tertinggal di mobilku."
Bella tentu saja merasa tidak enak. Dia menerima bungkusan itu dan menatap Alvin.
"Pak maaf banget, saya yang teledor semalam meninggalkan di mobil bapak. Tapi.."
"Pakai saja, aku takut kamu kambuh lagi."
Lalu Alvin menatap jam yang melingkat di tangannya.
"Ya sudah, aku ke kantor."
Alvin sudah akan beranjak dari tempatnya berdiri tapi saat menatap Bella dia mengernyitkan keningnya lagi.
"Reno mengganggumu?"
Pertanyaan itu membuat Bella langsung menatap Alvin dan kali ini dia menganggukkan kepala.
"Saya sedikit takut pak sama bang Reno sebenarnya."
Alvin kini menganggukkan kepalanya.
"Pakailah baju yang tidak mengundang nafsu Bell, itu akan menjauhkanmu dari pria macam Reno. Aku pamit."
BERSAMBUNG
seharian pusing nih baru bisa ketik sekarang, hayuk koment ya ramein biar buat obat author

YOU ARE READING
ISABELLA
RomanceISABELLA. Dia tidak pernah bermimpi akan menikah degan seorang pria yang tidak pernah melihatnya ataupun menganggapnya ada. Dia tidak pernah merasa akan menikah dengan pria yang jauh di atas usianya. Tapi kenyataan itu akhirnya menghampirinya, dia m...