Bella masih merasa tidak enak dengan Alvin karena kondisinya. Padahal Alvin sendiri sudah meyakinkan Bella untuk tidak merasa bersalah. Karena Alvin juga bersabar menunggu Bella sembuh. Hanya saja itu menjadi dilema sendiri untuk Bella. Jadi Bella lebih banyak diam dan tidak menuntut apapun lagi. Beberapa hari ini Alvin memang sangat sibuk, kadang pulang larut malam dan paginya sudah berangkat terlebih dahulu. Padahal mereka sekarang bekerja dalam satu ruangan.
Karena kasus dengan sepupunya Reno di bagian administrasi, akhirnya Bella memang menyetujui untuk dipindah ke bagian menjadi asisten Alvin meski dia masih banyak belajar dengan Reni, asisten Alvin yang lama.
"Enggak apa-apa Mbak Bella, kan pelan-pelan."
Bella menatap Reni deng.an malu karena masih salah terus dalam mengerjakan semuanya. Saat tadi Bella sampai di kantor, Alvin memang sudah tidak ada di ruangannya karena sudah berangkat untuk menemui klien. Hal itu saja Bella masih harus mempelajari, apa saja jadwal Alvin hari ini. Terlalu rumit untuknya.
"Aku tuh malu. Aku tidak mau dikira aji mumpung. Karena istri bos terus aku yang jadi asistennya."
Reni kini tersenyum ramah kepadanya. Asisten Alvin itu memang sangat baik kepadanya dan sabar.
"Semua kan butuh belajar mbak. Lagian mbak Bella jadi tahu jadwal Pak Alvin dan bisa menyusunnya dengan cermat. Saya aja ngiri, Mbak Bella pokoknya beruntung dapat pak Alvin."
Mendengar itu pipi Bella merona merah. Dia memang beruntung.
Suara pintu ruangan terbuka membuat keduanya mengalihkan tatapan. Lalu melihat Alvin sudah melangkah masuk, tapi tidak melihat ke arahnya. Bella melihat di belakang Alvin ada seorang wanita cantik dan tampak anggun kini melangkah mengikuti Alvin. Dan suaminya itu tampak serius berbicara.
"Pak Alvin."
Reni sudah menyapa Alvin dan membuat Alvin langsung mengalihkan tatapannya.
"Ren, kamu siapkan semua berkas dengan PT ATAS MAKMUR ya. Ini Bu Widya sudah siap untuk menandatanganinya."
"Baik pak."
Reni sudah beranjak untuk mengambil berkas yang diminta di meja yang ada di depan Bella.
Kali ini Bella mencoba untuk menanyakan kepada Alvin, tapi pria itu hanya menatapnya sekilas lalu berbalik berbicara dengan kliennya itu.
"Mari silakan Bu Widya."
Alvin mempersilakan Bu Widya untuk duduk di sofa putih yang ada di dalam ruangan. Sementara Reni segera menyusulnya dan Bella merasa tidak berarti berada di sana.
Bella hanya diam dan kini menatap interaksi semuanya. Alvin serius menjelaskan, Reni mencatat tapi dia bisa melihat Bu Widya seperti mencuri pandang terus ke arah Alvin dan sesekali menyentuh lengan Alvin. Yang membuat Bella mengernyit. Dia tidak suka dengan keagresifan Bu Widya.
"Bella."
Mendengar namanya dipanggil tentu saja Bella langsung beranjak berdiri dari duduknya.
"Ya Pak."
Bella menatap Alvin yang kini menoleh ke arahnya.
"Ehm tolong buatkan the dan kopi ya."
Bella menganggukkan kepala. Setidaknya dia bisa melangkah keluar dari ruangan ini untuk sejenak dan merasa berarti.
Bella ingin bersikap professional, dia segera beranjak keluar. Tapi hati kecilnya sedikit tersentil dengan sikap Alvin. Bella menghela nafas dan kini menggelengkan kepala saat melangkah ke pantry. Dia tidak boleh berpikiran berlebihan, semua ini dilakukan dengan professional.

ESTÁS LEYENDO
ISABELLA
RomanceISABELLA. Dia tidak pernah bermimpi akan menikah degan seorang pria yang tidak pernah melihatnya ataupun menganggapnya ada. Dia tidak pernah merasa akan menikah dengan pria yang jauh di atas usianya. Tapi kenyataan itu akhirnya menghampirinya, dia m...